43 diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya dan tertuang dalam
akta kelahiran pasal 27. Beberapa alasan bagi mereka yang tidak memiliki kartu identitas diri yaitu:
a. Beberapa dari mereka tinggal ditempat terpencil karena biasanya
kemunculan anak jalanan berasal dari anak-anak desa yang tanpa bekal ingin hidup di kota disaat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidup mereka pun terpaksa menjadi anak jalanan. b.
Karena ketidakmampuan mengurus akta kelahiran karena tidak memiliki biaya beberepa tempat harus membayar cukup mahal
c. Ketidaktahuan bagaimana cara mengurusnya, karena minimnya
informasi dan pengetahuan akan hal itu d.
Tidak adanya tempat tinggal yang permanen karena pengurusan akta secara formal membutuhkan berbagai dokumen atau keterangan dari
RT atau RW, sementara mereka tidak memiliki itu e.
Anak jalanan mayoritas memiliki asal-usul keluarga yang tidak jelas. Tidak sedikit anak jalanan berasal dari psangan yang hamil di luar
nikah, bahkan mereka tidak mengetahui siapa orang tua asli mereka. 5.
Pendidikan Dari sulitnya medapatkan identitas diri hal ini akhirnya mempengaruhi
sulitnya anak jalanan untuk masuk ke dunia pendidikan. Anak jalanan mungkin ini tidak terlihat begitu penting. Pada anak jalanan lebih memilih
untuk mencari uang di bandingkan dengan bersekolah. Karena perekonomian mereka yang menengah ke bawah yang bagi mereka untuk
memenuhi kebutuhan pokok saja sulit. Itu mereka lakukan demi
44 memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mempertahankan hidup. Maka dari
itulah pendidikan yang di dapat oleh mereka sangat lah rendah. Menurut Pasal 9 Undang-undang No. 23 Tahun2002 tentang Perlindungan Anak 1
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya”. Pemerintah mewajibkan bagi setiap anak bangsa mengenyam pedidikan 9 tahun. Tetapi sebagian besar anak jalanan
pendidikan terakhirnya hanyalah kelas 3-5SD bahkan tidak sedikit dari mereka sama sekali tidak pernah merasakan bangku sekolah atau tidak
pernah bersekolah sama sekali 6.
Pemerintah Tanpa kita sadari di balik kerasnya kehidupan di jalanan, banyak
permasalahan yang di alami oleh anak jalanan yang dilakukan oleh pemerinta secara umum, lambatnya penanganan anak jalanan oleh
pemerintah. Contoh kasus dalam permasalahan razia, disaat dan setalah anak jalanan di tangkap mereka bukan nya di tangkap untuk di bina, di
rehabilitsi, di berikan keterampilan dan modal usaha atau di pulangkan kepada pihak keluarga secara baik. Tetapi yang sering terjadi malah anak
jalanan mendapatkan perlakukan deskriminatsi dari aparat satpol PP, mereka di caci di maki, ditunjang, bahkan mereka sengaja di pekerjakan di
dalam tahanan. Tidak seharusnya anak-anak mendapatkan perlakukan seperti tahanan orang dewasa. Dan pemerintah tidak memikirkan langkah
selanjutnya setelah mereka di bebaskan, akan kemana kah mereka, seprti
45 apakah kegiatan mereka. Akan kah mereka kembali kembali ke kehidupan
mereka di jalanan, jawabannya kebanyakan. Iya. Contoh lain dalam pelayanan publik dalam kesehatan, sulit sekali mereka
dapat pelayanan publik seperti berobat gratis di puskesmas dan layanan BPJS. Hal ini membuat tingkat kesehatan anak jalanan sangat rendah.
Sehingga di saat mereka sakit, mereka hanya mampu membeli obat-obatan di warung.
7. Dunia Usaha atau Bursa Kerja
Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah masalah pengangguran. Sulitnya mendapatkan pekerjaan bukan hanya di alami oleh
anak jalanan, bahkan orang-orang yang berpendidikan yang sudah memiliki gelar saja sulit mendapatkan pekerjaan. Dilihat dari beberpa
permasalahan yang sudah dituliskan di atas dari mulai masalah identitas dan masalah pendidikan sangat jauh sekali untuk anaka jalanan disaat
tumbuh besar mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri dan keluarganya kelak. Danjika pun ada
anak jalanan yang mampu mengenyam pendidikan sampai 9 tahun sangat sulit sekali karena sudah pasti masyarakat mengenalnya sebagai anak
jalanan yang sudah terkenal negatif, tidak bisa di percaya dan pemalas. Sehinggatingkat kesejahteraan dan kelayakan hidup anak jalanan hanya
dibawah standart.
46
2.5.5 Metode Penanganan Anak Jalanan
Menurut Departemen sosial menjelaskan bahawa penananan anak jalanan
di lakukan dengan metode dan pemberian pelayanan yang meliputi: 1.
Street Based Street Basedmerupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau dan
mendampingi anak di jalanan. Tujuannya yaitu, mengenal, mendampingi anak, mempertahankan relasi dan komunikasi, dari melakukan kegiatan
seperti: konseling, diskusi, permainan, literacy dan lain-lain. Pendampingan di jalanan terus di lakukan untuk memantau anak binaan
dan mengenal anak jalanan yang baru. Street based berorintasi pada menangkal pengaruh-pengaruh negatif dan membekali mereka nilai-nilai
dan wawasan positif. 2.
Community Based Community based adalah pendekatan yang melibatkan keluara dan
masyarakat tempat tinggal anak jalanan. Pemberdayaan keluarga dan sosialisasi masyarakat, dilaksanakan dengan pendekatan ini yang bertujuan
mencegah anak turun ke jalanan danmendorong penyediaan sarana pemenuhan kebutuhan anak. Community based mengarah pada upaya
membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi anggota keluarga dan masyarakat dalam menangani anak jalanan
3. Bimbingan sosial
Metide bimbingan sosial untuk membntuk kembali sikap dan perilaku anak jalanan sesuai dengan norma, melalui penjelasan dan pembentukan
47 kembali nilai bagi anak, melalui bimbingan sikap dan perilaku sehari-hari
dan bimbingan kasus untuk mengtasi masalah-masalah kritis. 4.
Pemberdayaan Metode pe,berdayaan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anak
jalanan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Kegiatannya berupa pendidikan, keterampilan, perberian modal, alih kerja dan sebagainya.
2.6 Rumah Singgah
Salah satu bentuk penanganan anak jalananadalah melalui pembentukan rumah singgah. Konferensi Nasional II Masalah Pekerja Anak di Indonesia pada
bulan Juli 1996 mendefeniskan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk
memeproleh informasi dan pembinaan awal sebelum d rujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah
di defenisikan sebagai perantara anak jalanan dan dengan pihak-pihak yang membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memebrikan
suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma masyarakat. Munajat 2001 menjelaskan rumah singgah merupakan perantara antara
jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka. Rumah singgah bertujuan membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan
akternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian rumah singgah bukan merupakan lembaga pelayanan sosial yang membantu
menyelesaikan msalah, namun merupakan lembaga pelayanan sosial yang
48 memberikan proses informal dengan suasana resosialisasi bagi anak jalanan
terhadap sistem nilai dan norma yangberlaku di masyarakat. Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial Depsos sebagimana di kutip
oleh Krismiyarsi 2004 mendefenisikan rumah singgah sebagai berikut: 1.
Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan perlindungan, misalnya: karena tidak punya rumah, ancaman di jalan, kekerasan dari
orang tua atau orang lain. Biasanya hal ini di hadapi anak yang hidup di jalanan dan tidak mempunyai tempat tinggal
2. Pada saat tinggal sementara mereka memperoleh intervensi yang intensif
dari pekerja sosial sehingga tidak etrgantung terus kepada rumah singgah 3.
Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk bercakap-cakap, istirahat, bermain mengikuti kegiatan dan lainnya
4. Rumah singgah tidak memperkenankan anak jalanan untuk tinggal
selamanya 5.
Anak jalanan yangmasih tinggal dengan orang tua atau saudaranya atau sudah mempunyai tempat tinggal tetap sendirian maupun berkelompok
tidak di perkenankan menetap di rumah singgah, kecuali ada beberapa situasi yang bersifat darurat
6. Anak jalanan yang sudah mempunyai tempat tinggaltetap merupaka
kondisi yang lebih baik di bandingkan dengan mereka yang membutuhkan rumah singgah sebagai tempat tinggal sementara, seperti: kelompok anak
yang hidup di jalanan.
49
2.6.1 Ciri-ciri Rumah Singgah
Rumah singgah adalah suatu perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu anak jalanan. Ciri-ciri rumah singgah adalah Surbakti dan
Sarwanto, 2005: 1.
Lokasi rumah singgah berada dekat dengan lokasi anak jalanan 2.
Rumah singga terbuka 24 jam bagi anak jalanan 3.
Rumah singgah merupakan tempat persinggahan sementara 4.
Rumah singgah dapat dimanfaatkan anak jalanan kapan saja agar mereka mendapat perlindungan. Dirumah singgah anak bebas melakukan bebagai
aktivitas membaca, menulis, bermain, bercanda, mandi dan sebagainya. Tetapi dilarang melakukan hal yang tidak baik kekerasan, minum-
minuman keras dan yang lainnya 5.
Fungsi rumah singgah adalah untuk membetulkan sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma, memberikan prteksi mengatasi masalah dan
meyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan anak jalanan. 6.
Para pekerja sosial rumah singgah membina anak jalanan dengan bertindak sebagai teman, bertindak sejajar dengan anak jalanan dan
pembinaan bersifat kekeluargaan. Dengan cara ini di harapkan anak tidak mengalami hambatan untuk menyampaikan permasalahan dan bersedia
untuk merubah sikap dan perilaku yang keliru
2.6.2 Tujuan Rumah Singgah
Melalui proses informal dalam resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, diharapkan mampu mencapai tujuan
50 penyelenggaraan rumah singgah. Tujuan penyelenggaraan rumah singgah itu
sendiri ada dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.
Tujuan umum rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. 2.
Sedangkan tujuan khusus rumah singgah, yaitu: a.
Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yangberlaku di masyarakat
b. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau
di panti dan lembaga pengganti lainnya jika di perlukan c.
Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak.
2.6.3 Fungsi Rumah Singgah
Departemen Sosial RI sebagaimana di kutip oleh Triyanti 2001
mengemukakan fungsi rumah singgah sebegai berikut:
1. Tempat pertemuan meeting point pekerja sosial dengan anak jalanan.
Dalam fungsi ini, rumah singgah merupakan tempat bertemu antara pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan,
assessment dan melakukan program kegiatan. 2.
Pusat assessment dan rujukan. Rumah singgah menjadi tempat assessmentterhadap masalah dan
kebutuhan anak jalanan serta melakukan rujukan refeal pelayanan sosial bagi anak jalanan.