Berdasarkan Intensitas Hubungan dengan Keluarga

40 bebas, tidak dikontrol orang tua, tidak wajib setor uang, bebas jajan, merokok, bergaya hidup santai sering menjadi daya tarik sendiri bagi anak jalanan Vulnerable untuk mengikuti jejak anak jalanan high risk.Kekerasan antar anak jalanan juga sering terjadi dalam berbagai bentuk seperti perkelahian, penggunaan senjata tajam, pengeroyokan, pengompasan atau pemerasan, intimidasi psikis dan bahkan seksual. Akibat kekerasan terwujud dalam trauma psikis dan lingkaran setan kekerasan. 2. Anak Jalanan dengan Orang Tua Kemiskinan sering dituding sebagai biang keterlibatan anak dalam ekonomi keluarga. Dengan dalih kemiskinan anak diperlakukan secara salah dengan dipaksa bekerja untuk membantu ekonomi orang tua. 3. Anak Jalanan dengan Masyarakat Masyarakat cenderung memberi stigma buruk pada anak jalanan. Anak jalanan dianggap sebagai pengganggu kenyamanan lingkungan, pelaku kriminalitas dan kekerasan. 4. Anak Jalanan dengan LSM Pendamping Anak Jalanan Terkadang terjadi persaingan antar LSM, sehingga untuk menarik perhatian anak, LSM memberikan iming-iming, janji-janji atau bingkisan dan uang saku. Anak jalanan tiba-tiba merasa jadi idola yang diperebutkan, bahkan menuduh LSM ”menjual kemiskinan anak jalanan”. 5. Anak Jalanan dengan Negara Negara berkewajiban menjamin hak asasi anak. Tiga persoalan besar yang 41 dialami anak jalanan adalah masalah identitas dan akte kelahiran, terbatasnya akses anak pada berbagai fasilitas pelayanan umum, serta diskriminasi dan kekerasan aparat pemerintah negara terhadap anak jalanan. Dari pendapat yang di atas permaslahan yang di alami dapat disimpulksan sebagai berikut: 1. Sesama Anak Jalanan Melihat perilaku dan sikap anak jalanan yang bia di katakan jauh dari nilai dan norma sosial yang ada sehingga memunculkan tindakan yang ekstreme yang mereka lakukan dengan orang lain, baik itu dengan teman sebaya, teman sepermaianan, orang tua atau lingkungan sekitarnya 2. Keluarga Tidak sedikit anak-anak yang di tolak keberadaaannya oleh orang tua mereka, sehingga mereka enggan untuk tinggal dan betah di rumah. Mereka mencari kehidupan di luar rumah yatitu di jalanan. Jalanan merupakan pilihan mereka sebagai tempat dari penolakan tersebut. Anak- anak yang melarikan diri ke jalanan akhirnya melakukan kegiatan dan aktivitas di jalanan. Umumnya berada pada usia tersebut perhatian mereka tertuju pada keinginan di terima oleh teman-teman sebaya sebagai angggota kelompok. Oleh karena itu mereka ingin menyesuaikan diri dengan standart yang di setujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara, dan berperilaku sekali pun itu bertentangan dengan orang tuanya maupun peraturan sekolah. Bagi masyarakat miskin dizaman