Kerangka Pemikiran DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

56 membtasi makna-makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep. Secara konsep defenisi disini diartikan sebagai batsan arti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian Siagian, 2011:138 Adapun batatasan konsep dalam penelitian dalam penelitian ini adalah: a. Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya yang menghasilkan suatu hasil. b. Anak adalah seseorang individu yang berumurdi bawah 18 tahun dan belum pernah menikah. c. Inklusi sosial adalah sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan d. latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. e. Anak jalanan adalah anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya. f. Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan KKSP adalah organisi Non- pemerintah yang didirikan tahun 1987 dan sekarang menjadi Pusat Informasi dan Pendidikan Hak Anak 57

2.8.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah permasalahan-permasalahan yang di alami anak jalanan, yang secara umum keberadaan mereka tidak di terima. Adapun permasalahan anak jalanan yang menjadi indikator peneliti yaitu: 1. Sesama kelompok anak jalanan yang merupakan masalah intern dari kelompok itu sendiri 2. Keluarga anak jalanan 3. Masyarakat lingkungan yang berada di sekitar rumah singgah dan di sekitar jalanan tempat anak jalanan beraktivitas 4. Yayasan, Panti sosial, lembaga swadaya masyarakat LSM dan lembaga lainnya yang menangani mAsalah anak jalanan 5. Pemerintah 6. Dunia usaha 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak jalanan merupakan fenomena nyata bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kota-kota besar di Indonesia, termaksuk kota Medan. Data dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang ada di kota Medan menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan yang beroperasi hampir disetiap sudut-sudut persimpangan jalan lampu merah sekitar 200-600 anak Medan Bisnis Daily, 2015. Munculnya anak jalanan pada umumnya dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga yang rendah. Rendahnya pendapatan keluarga tersebut mendorong anak untuk masuk dalam dunia kerja. Keadaan ini diperburuk dengan besarnya jumlah anggota keluarga anak jalanan seringkali mendorong anak untuk bekerja. Mereka mempunyai kewajiban untuk ikut membantu orang tua yang mempunyai pendapatan rendah. Selain itu adanya kakak yang bekerja dapat mendorong adik laki-lakiperempuan untuk ikut bekerja, terutama kakak yang bekerja sebagai anak jalanan. Dari sebagian anak jalanan dampiangan KKSP Medan yang terletak disalah satu persimpangan kota Medan yaitu simpangan lampu merah Juanda dan simpangan lampu merah Aksara menganggap bahwa mereka lebih baik bekerja dan mencari uang untuk jajan daripada pergi kesekolah, karena malas berpikir. Salah satu faktor lain karena mereka tidak bersekolah adalah faktor ekonomi. Mereka berpikir daripada menghabiskan uang untuk bersekolah lebih 2 baik bekerja untuk medapatkan uang. Akibatnya dapat ditebak, anak-anak jalanan malas diajak kehabitat normal seperti pada umunya anak seusia mereka. Mereka mulai menikmati bermain dan mencari uang di pinggir jalan. Masih ditemukan anak usia 18 kebawah yang beraktifitas penuh dijalanan, dalam arti dia tidak pulang kerumah melainkan tidur dan beraktifitas dijalanan. Namun begitu jalanan bukanlah tempat yang baik bagi anak-anak dan remaja. Karena dengan mudah pengaruh negatif menghampiri mereka, seperti narkoba, kriminalitas, mencopet belum lagi pelecehan yang dialami anak jalanan perempuan. Padahal dalam Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 pasal 4 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada pasal 11 dijelaskan pula bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi perkembangan diri. Secara kualitas kesehatan, memang kondisi anak jalanan sangat memprihatinkan, saat melakukan pemantauan kita mendapatkan anak anak yang sakit dan mereka tidak mengakses fasilitas kesehatan. Mereka hanya mampu membeli obat di warung seperti Procold, Decolgen atau obat yang lainnya untuk menyembuhkan sakitnya. Kita juga melihat pola makan yang tidak sehat, mereka makan jika mereka sudah punya uang dari hasil kerjanya, jika mereka tidak mendapatkan uang mereka akan berpuasa dan mengharap kawan mereka mau memberikan makanannya. Anak jalanan di Kota Medan juga sulit mendapatkan pelayanan publik seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan. Anak-anak jalanan