Resiko Investasi dengan Saham

2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk degan adanya aktifitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham Telkom TKM dengan harga per saham Rp3.500 kemudian menjual dengan harga per saham Rp3.500 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp500 untuk setiap saham yang dijualnya. Disamping dua keuntungan tersebut maka pemegang saham juga dimungkinkan mendapatkan saham bonus jika ada, yaitu saham yang dibagikan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga normal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di Pasar Perdana. Misalnya, setiap saham dengan nominal Rp500 dijual dengan harga Rp800, maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp300 untuk setiap sahamnya.

2.1.6.4. Resiko Investasi dengan Saham

Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tingkat tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan capital gain dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat pemodal pengalami kerugian besar dalam waktu singkat Darmadji, 2001: 10. Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. Resiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan saham saham biasa: 1. Tidak Mendapat Deviden Perusahaan akan membagikan deviden jika operasional perusahaan menghasilkan keuntunga. Dengan demikian perusahan tidak dapat membagihan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Misalnya seorang pemodal memiliki saham Indosat ISAT dengan harga beli Rp9.000 namun beberapa waktu kemusian dijual dengan harga persaham Rp8.000 yang berarti pemodal tersebut mengalami capital loss Rp1.000 untuk setiap saham yang dijual. Disamping resiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi resiko lainnya yaitu: • Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan dengan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. • Saham di-Delist dari Bursa Delisting Suatu perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja saham buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat diperdagangkan diluar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. • Saham di-Suspend Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan oleh otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian dimintakan konfirmasi kepada perusahaan tersebut atau Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. kejelasan informasi lainnya, sedemikian sehingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika sudah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

2.1.6.5. Penawaran Umum dan Pencatatan Efek di Bursa