Perkembangan Suku Bunga SBI dan BI Rate 2005

PUAB. Perubahan ini tidak mengejutkan pengelolaan likuiditas perbankan mengingat pascalibur panjang Lebaran 2003 frekuensi lelang SBI hanya menjadi tiga kali dalam sebulan. Selanjutnya untuk mendukung kebijakan tersebut, ketentuan SBI repo dilonggarkan baik dari sisi jumlah maupun suku bunganya. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi potensi tekanan pada pengelolaan likuiditas perbankan pascapengurangan frekuensi lelang dan pada gilirannya meminimalkan potensi ketidakstabilan di PUAB. Kebijakan moneter yang mengarah ketat ditandai oleh kecenderungan naiknya suku bunga SBI 1 bulan secara perlahan. Dalam 14 kali lelang SBI 1 bulan pada episode tersebut, suku bunga meningkat tipis sebesar 11 bps dari posisi akhir Mei 2004, sehingga pada akhir tahun tercatat sebesar 7,43. Sementara itu, dalam tujuh kali lelang SBI 3 bulan pada periode yang sama, suku bunga relatif stabil dengan peningkatan yang sangat minimal 5 bps dari posisi akhir Mei 2004, sehingga tercatat sebesar 7,29 pada akhir tahun.

4.1.5.2. Perkembangan Suku Bunga SBI dan BI Rate 2005

Sepanjang tahun 2005, perbaikan kinerja lelang SBI 1 bulan tercermin pada rata-rata penyerapan likuiditas yang mencapai 93,8 dari likuiditas yang ditawarkan perbankan, lebih tinggi dari rata-rata yang sama di tahun sebelumnya 90,6. Periode Januari-Maret 2005, perekonomian Indonesia diliputi optimisme pembentukan pemerintahan baru dan pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan. Dalam realisasinya di periode ini, pergerakan rata-rata tertimbang Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. RRT SBI 1 bulan relatif tidak mengalami perubahan level, hal ini karena masih cukup tingginya ekses likuiditas perbankan. Suku bunga SBI 1 bulan pada akhir triwulan II-2005 telah meningkat 82 bps dari akhir triwulan sebelumnya menjadi 8,25. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga base money agar dapat tumbuh. Peningkatan Suku bunga SBI pada periode tersebut dikarenakan meningkatnya tekanan eksternal dan ketidakpastian ketersediaan penempatan likuiditas jangka pendek mempengaruhi tingginya kelebihan simpanan perbankan di Bank Indonesia di atas ketentuan minimum yang dipersyaratkan. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan uang kartal yang meningkat lebih tinggi dari perkiraan telah mempengaruhi realisasi base money. Periode berlanjutnya tekanan stabilitas makroekonomi Juli-September 2005, semakin kuatnya tekanan terhadap stabilitas makroekonomi mendorong Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan moneter cenderung ketat dengan sinyal kebijakan yang lebih jelas, transparan dan intensitas yang lebih kuat. Bank Indonesia melakukan upaya penguatan kerangka kerja kebijakan moneter dengan sasaran akhir kestabilan harga melalui penggunaan suku bunga BI Rate sebagai satu-satunya policy reference rate pada awal Juli 2005. Dengan perubahan tersebut diharapkan sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia untuk merespon kondisi makro ekonomi dapat lebih mudah dipahami dan digunakan sebagai acuan oleh pelaku pasar dalam pengambilan keputusan usahanya, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan efektivitas dan kredibilitas kebijakan moneter. Periode September-Desember 2005, Bank Indonesia tetap menerapkan kebijakan moneter cenderung ketat dengan intensitas yang semakin kuat. Masih cukup tingginya ekspektasi inflasi dan ketidakpastian di tengah berlanjutnya pemburukan kondisi stabilitas makroekonomi mendorong Bank Indonesia untuk kembali menaikkan BI Rate. Pada fase ini BI Rate mengalami 3 kali kenaikan dengan kumulatif 275 bps sehingga pada akhir tahun ditutup sebesar 12,75. Selain dengan menaikkan BI Rate, Bank Indonesia juga semakin berkomitmen pada upaya menjaga level dan stabilitas suku bunga jangka pendek PUAB ON melalui pengoptimalan pelaksanaan lelang SBI rata-rata penyerapan likuiditas SBI 1 bulan mencapai 99,0 dari total likuiditas yang ditawarkan perbankan, menyediakan batas bawah floor otomatis melalui aktivasi instrumen FASBI ON dan batas atas ceiling secara diskresi melalui instrumen fine tune, serta menyempurnakan berbagai instrumen moneter agar selaras dengan BI Rate.

4.1.5.3. Perkembangan Suku Bunga SBI dan BI Rate 2006