Penggolongan dari Jenis Inflasi

BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA

KONSEPTUAL PENELITIAN

4.1. Landasan Teori

2.1.1. Inflasi 2.1.1.1. Defenisi Inflasi Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut dengan inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Boediono, 1987: 161. Untuk mengetahui tinggi rendahnya kenaikan harga atau laju kecepatan inflasi itu seringkali digunakan indeks harga. Yang paling banyak digunakan adalah indeks biaya hidup yang sudah mencakup 62 macam barang dan ini sudah diperbaiki lagi menjadi indeks harga konsumen IHK yang meliputi 150 macam barang. Untuk meneliti laju inflasi itu biasanya macam barang dikelompokkan lagi menjadi kelompok bahan makan, kelompok sandang, kelompok perumahan dan kelompok lain-lain Suparmoko, 2000: 209.

2.1.1.2. Penggolongan dari Jenis Inflasi

Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi, dan penggolongan mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita. Penggolongan pertama didasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tersebut, penggolongan kedua atas dasar sebab-musabab awal dari inflasi, penggolongan ketiga berdasarkan asal dari inflasi Boediono, 1990. 1. Penggolongan pertama, didasarkan atas “parah” tidaknya inflasi, dibedakan menjadi: a. Inflasi ringan di bawah 10 setahun b. Inflasi sedang antara 10 – 30 setahun c. Inflasi berat antara 30 – 100 setahun d. Hiperinflasi di atas 100 setahun 2. Penggolongan kedua, didasarkan atas dasar sebab-musabab awal dari inflasi, yaitu: a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation. S D 2 D 1 Harga H 2 Output H 1 Q 1 Q 2 6 Sumber: Dikutip dari Boediono, 1990, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Ekonomi Moneter”, BPFE, Yogyakarta, hal. 163. Gambar 2.1. Demand Inflation Gambar 2.1 menggambarkan suatu demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang aggregate demand bertambah misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, maka kurva aggregate demand bergeser dari dari D 1 ke D 2 . Akibatnya harga akan naik dari H 1 ke H 2 . b. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Ini disebut cost inflation. Sumber: Dikutip dari Boediono, 1990, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Ekonomi Moneter”, BPFE, Yogyakarta, hal. 163. Gambar 2.2. Cost Inflation S 2 D 1 Harga H 4 Output H 3 Q 4 Q 3 S 1 Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. Pada Gambar 2.2 kita lihat bahwa bila biaya produksi naik misalnya karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat aggregate supply bergeser dari S 1 ke S 2 . Akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output, tidak berbeda, tetapi dari segi volume output GDP riil ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation, biasanya ada kecenderungan untuk output GDP riil menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply; semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang “kelesuan usaha”. Perbedaan yang lain dari kedua proses inflasi ini terletak pada urutan dari kenaikan harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang akhir output mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi upah dan sebagainya. Sebaliknya dalam cost inflation kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga barang-barang akhir output. Kedua macam inflasi ini jarang sekali ditemukan dalam praktek dalam bentuk yang murni. Pada umumnya inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain. 3. Penggolongan ketiga, berdasarkan asal dari inflasi, yaitu: a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri domestik inflation Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen gagal dan sebagainya. Akibat dari pencetakan uang baru tersebut pada akhirnya yang akan menimbulkan inflasi. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri imported inflation Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga yaitu, inflasi di luar negeri atau negara-negara langganan berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan: 1 secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup di dalamnya bersal dari impor, 2 secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dan kemudian, harga jual dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor cost inflation, 3 secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena kemungkinan tetapi ini tidak harus demikian kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintahswasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut demand inflation. terutama pada barang-barang impor atau kenaikan bahan baku yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor yang merupakan salah satu komponen Indeks Harga Konsumen akan meningkatkan biaya produksi. Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010.

2.1.2.3. Teori Inflasi