4.1.4.3. Perkembangan Investasi dan Pasar Modal 2006
Kinerja pasar modal meningkat secara signifikan selama 2006. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pada akhir 2006 mencapai 1.805,5 poin atau menguat
632,9 poin 55,3 dibanding tahun sebelumnya. Perkembangan indeks yang membaik didukung oleh faktor domestik dan faktor eksternal yang kondusif. Faktor
domestik yang menopang kinerja BEJ adalah penurunan BI Rate sejak Mei 2006 dan perkembangan berbagai indikator makroekonomi yang semakin membaik, seperti
inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang meningkat, nilai tukar rupiah yang stabil, dan kinerja ekonomi yang menguat. Perbaikan ekonomi dan terjaganya
stabilitas makroekonomi tersebut mendorong menguatnya keyakinan investor asing terhadap kondisi perekonomian. Keyakinan ini diperkuat lagi dengan prospek
perekonomian 2007 yang semakin membaik sehingga memberikan angin segar bagi perkembangan kinerja emiten sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan keuntungan
yang cukup besar pada triwulan IV-2006. Selanjutnya, perbaikan kinerja emiten tersebut menimbulkan ekspektasi peningkatan imbal hasil di kalangan investor pasar
saham. Dari sisi eksternal, membaiknya kinerja pasar modal Indonesia dipengaruhi
oleh pasar saham internasional dan regional yang mengalami peningkatan. Kondisi pasar saham global tersebut merupakan dampak dari berakhirnya siklus kebijakan
moneter ketat Federal Reserve dan tren turunnya harga minyak dunia, sejalan dengan menguatnya kembali keyakinan terhadap kestabilan makro, perbaikan indikator
eksternal, dan berlanjutnya penurunan BI Rate, optimisme di kalangan pelaku pasar saham kembali pulih. Selain itu, penguatan kembali indeks tidak terlepas dari masih
Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010.
menariknya Price Earning Ratio PER Indonesia dibanding negara-negara emerging market lainnya.
Pada 2006, investor asing memegang peranan penting dalam transaksi di BEJ. Posisi net beli asing mencapai Rp17,3 triliun dalam perdagangan saham. Ekses
likuiditas global mendorong investor asing untuk mencari outlet penempatan investasi di negara emerging market. Kecenderungan ini didukung prediksi berbagai
analis pasar bahwa emerging market berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju. Langkah investor asing ini kemudian diikuti oleh investor
domestik sehingga memicu peningkatan IHSG lebih lanjut.
4.1.4.4. Perkembangan Investasi dan Pasar Modal 2007