barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Penambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak
barang dan jasa dimasa yang akan datang Sadono, 2006: 121. Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang
dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi atau pembentukan modal atau penanaman modal meliputi pengeluaran-pengeluaran yang
berikut Sadono, 2006: 121: i.
Pembelian barang jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
ii. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik dan bangunan-bangunan lainnya. iii.
Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan
pendapatan nasional. Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi
bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambahkan kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan.
Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi netto.
2.1.3.2. Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat resiko, serta hubungan antara return dan resiko Tandelilin, 2001: 6:
Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010.
a. Return
Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukan merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan opportunity cost dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam konteks manajemen investasi, perlu
dibedakan antara return yang diharapkan expected return dan return yang terjadi realized return. Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang
diantisipasi investor dimasa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.
Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima return aktual merupakan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
investasi. b.
Risiko Umumnya semakin besar resiko, maka semakin besar pula tingkat return yang
diharapkan. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan. Dalam ilmu investasi pada khususnya
terdapat asumsi bahwa investor adalah makhul yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor seperti
ini tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang
harus ditanggung investor tersebut. c.
Hubungan tingkat risiko dan return yang diharapkan
Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin besar
pula return yang diharapkan atas aset tersebut, demikian sebaliknya. Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara return yang diharapkan dan risiko pada
berbagai jenis aset yang mungkin bisa dijadikan alternatif investasi.
Gambar 2.3. Hubungan Risiko dan Return yang Diharapkan
Garis vertikal dalam gambar di atas menunjukkan besarnya tingkat return yang diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horizontal
memperlihatkan risiko yang ditanggung investor. Titik R
F
pada gambar di atas menunjukkan tingkat return bebas risiko risk-fare rate, untuk selanjutnya akan
ditulis sebagai R
F
. R
F
dalam gambar di atas menunjukka satu pilihan investasi yang menawarkan tingkat return yang diharapkan sebesar R
F
dengan risiko sebesar 0. Selanjutnya obligasi pemerintah terlihat mempunyai risiko yang
Tingkat bunga bebas risiko
Risiko rendah
Risiko moderat
Risiko tinggi
Risiko diatas rata-
rata Risiko
sedang Obligasi
Pemerintah Obligasi
Perusahaan Saham
Opsi ‘put’ ‘call’
Kontrak ‘futures’
Ekuitas Internasional
R
F
Re tur
n y a
ng di
ha ra
pk a
n
Risiko
Sumber: Farrel, James L., 1997, “Portfolio Management: Theory and Application”, McGraw-Hill, Singapore, hal. 11. Dalam Tandelilin, 2001: 7.
Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010.
cenderung rendah dan tingkat return diharapkan yang juga tidak terlalu tinggi. Sedangkan disisi lain, jika kita berinfestasi pada kontrak futures misalnya, sesuai
dengan gambar di atas, terlihat bahwa risiko yang harus ditanggung tergologn sebagai risiko yang tinggi, dengan tingkat return yang diharapkan tinggi pula.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari pola hubungan antara risiko dan return yang diharapkan adalah bahwa risiko dan return yang diharapkan mempunyai
hubungan yang searah dan linier. Artinya, semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan dari aset tersebut, demikian
sebaliknya.
2.1.4. Sertifikat Bank Indonesia 2.1.4.1. Pengertian SBI