Perkembangan Kurs 2005 Perkembangan Kurs 2006

Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. jangka pendek dan turut mendorong apresiasi rupiah hingga mencapai Rp8.965 per dolar. Selanjutnya, selama Oktober sampai dengan Desember 2004 nilai tukar rupiah bergerak stabil dalam kisaran yang sempit.

4.1.3.2. Perkembangan Kurs 2005

Nilai tukar rupiah pada 2005 secara umum terdepresiasi. Kondisi ini terutama terkait dengan melemahnya kinerja neraca pembayaran akibat pengaruh kondisi sektor eksternal dan internal yang kurang menguntungkan. Di sisi eksternal, melambungnya harga minyak dunia dan masih berlanjutnya kebijakan moneter ketat di AS telah memberikan tekanan depresiasi terhadap rupiah. Dari sisi internal, meningkatnya permintaan valas terutama untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri merupakan faktor utama pemicu tekanan terhadap rupiah. Di tengah kondisi pasar keuangan domestik yang masih mengalami kelebihan likuiditas rupiah, permintaan valas semakin terakselerasi sejalan dengan peningkatan ekspektasi depresiasi akibat melonjaknya laju inflasi. Pelemahan rupiah mulai terkendali menyusul implementasi kebijakan stabilisasi makro ekonomi di sisi moneter dan fiskal, kebijakan moneter dilengkapi dengan berbagai langkah yang mencakup pengelolaan permintaan valas khususnya permintaan valas BUMN, pelarangan margin trading rupiah terhadap valas, dan penyempurnaan ketantuan Posisi Devisa Neto PDN. Dari sisi fiskal, kebijakan pengurangan subsidi BBM dalam upaya menjaga kesinambungan fiskal juga memberikan imbas positif bagi rupiah. Berbagai langkah tersebut telah mampu menstabilkan dan memperkuat kembali nilai tukar rupiah, dimana pada akhir 2005 ditutup pada level Rp9.831 per dolar.

4.1.3.3. Perkembangan Kurs 2006

Sepanjang 2006 nilai tukar rupiah secara umum mengalami penguatan terhadap dolar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kondisi fundamental makroekonomi yang membaik, daya tarik investasi keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi global yang relatif lebih kondusif. Sejak Januari hingga awal Mei 2006, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar hingga mencapai level Rp8.722 per dolar, atau menguat 11,3 dibanding akhir 2005. Penguatan rupiah dalam periode tersebut disebabkan meningkatnya pasokan di pasar valuta asing dibanding permintaannya excess supply. Pasokan valuta asing meningkat signifikan terutama bersumber dari aliran masuk modal portofolio asing ke pasar keuangan di dalam negeri. Dalam kurun waktu yang sama, permintaan valuta asing cenderung merosot akibat melemahnya kegiatan impor seiring dengan menurunnya kegiatan ekonomi. Namun, rupiah sempat melemah pada pertengahan Mei 2006 hingga mencapai Rp9.288 per dolar, dipicu oleh perubahan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih besar. Hal ini mendorong investor asing menarik investasi portofolionya dari Indonesia. Meskipun demikian, tekanan pelemahan terhadap rupiah dalam waktu singkat mereda, didukung keyakinan pasar terhadap pengelolaan kebijakan makroekonomi Indonesia yang cukup berhati-hati serta melemahnya Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. ekspektasi keyakinan pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserve Fedres.

4.1.3.4. Perkembangan Kurs 2007