inflasi IHK tahun 2007 berada pada kisaran sasaran yang ditetapkan pemerintah. Realisasi inflasi inti –yang menggambarkan perkembangan faktor fundamental–
tercatat sebesar 6,29. Hal tersebut disebabkan oleh masih memadainya respon sisi penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat serta ekspektasi inflasi
yang relatif stabil. Pada faktor eksternal, realisasi harga minyak dunia meningkat tajam menjadi 72,3 per barel, sehingga memberi tekanan pada imported inflation.
Meskipun demikian, realisasi nilai tukar rupiah yang relatif stabil membantu mengurangi tekanan imported inflation terhadap inflasi domestik.
4.1.3. Perkembangan Kurs
Data nilai kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kurs tengah mata uang rupiah terhadap US dollar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia pada
masing-masing periode. Nilai kurs rupiah terhadap US dollar yang paling rendah selama periode penelitian adalah Rp10.310, terjadi pada bulan September 2005.
Sedangkan nilai kurs rupiah terhadap US dollar yang paling tinggi selama periode penelitian adalah Rp8.441 yaitu pada awal tahun 2004. Kondisi perkembangan kurs
pada periode penelitian dijelaskan secara ringkas sebagai berikut Dikutip dari Laporan Perekonomian Indonesia – Bank Indonesia, tahun 2004 s.d 2007:
4.1.3.1. Perkembangan Kurs 2004
Memasuki 2004, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi,
permintaan valuta asing menunjukkan peningkatan terutama terkait dengan
Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010.
kebutuhan untuk impor dan pembayaran utang luar negeri swasta. Sementara itu, sebagai akibat berlanjutnya tekanan depresiasi terhadap dolar secara global push
factor, modal asing khususnya berjangka pendek turut menambah pasokan valuta asing di dalam negeri. Meningkatnya aliran masuk modal asing juga dipengaruhi oleh
faktor domestik pull factor, terutama imbal hasil yang ditawarkan instrumen rupiah, yang dalam skala regional sangat kompetitif.
Tabel 4.2: Data Nilai Kurs Tengah Rupiah Terhadap US Dolalar Tahun 2004 s.d 2007
Bulan Nilai Kurs
Tahun 2004 Nilai Kurs
Tahun 2005 Nilai Kurs
Tahun 2006 Nilai Kurs
Tahun 2007 Januari
7894.95 8744.90
8972.38 8567.96
Februari 7925.17
8744.94 8753.15
8567.80
Maret 8068.82
8870.52 8671.57
8663.95
April 8108.25
9039.35 8436.94
8597.55
Mei 8465.32
8979.80 8484.86
8344.33
Juni 8882.38
9116.45 8862.73
8483.65
Juli 8536.86
9299.29 8625.48
8567.14
Agustus 8735.43
9486.18 8594.25
8866.68
September 8682.60
9732.57 8643.33
8809.90
Oktober 8596.24
9593.38 8687.18
8607.06
November 8531.47
9540.71 8634.59
8764.27
Desember 8723.09
9357.32 8586.80
8833.60
Sumber: SKEI - Bank Indonesia
www.bi.go.id
, bentuk tabel telah diperbaharui oleh peneliti.
Tekanan depresiasi terhadap rupiah mulai menguat sejak akhir triwulan I
2004, sebagai akibat berbaliknya kembali aliran modal asing jangka pendek capital outflows. Di lain pihak, permintaan valuta asing terus menunjukkan peningkatan
terutama untuk memenuhi kebutuhan impor di sektor migas dan otomotif. Tekanan depresiasi terhadap rupiah mengalami puncaknya pada awal Mei 2004 akibat
berlanjutnya pembalikan aliran modal asing jangka pendek bahkan dalam jumlah besar. Besarnya tekanan depresiasi tersebut pada gilirannya menimbulkan ekspektasi
pelemahan rupiah lebih lanjut, sehingga mendorong pembelian valuta asing oleh pelaku domestik bandwagon effect.
Sumber: Pengolahan Tabel 4.2. Kedalam Bentuk Grafik dengan Bantuan Ms. Office Excel 2007.
Gambar 4.2: Grafik Pergerakan Kurs Rupiah Terhadap US Dollar Tahun 2004 s.d 2007
Pada Agustus dan September 2004 rupiah kembali sedikit terdepresiasi akibat menguatnya ekspektasi terhadap ketidakapastian kondisi politik menjelang
pelaksanaan pemilu eksekutif dan aksi pemboman di depan kedutaan besar Australia pada 9 September 2004.
Dengan berakhirnya ketidakpastian politik pasca terbentuknya pemerintahan baru, optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia mulai merebak. Membaiknya
optimisme tersebut pada gilirannya memicu masuknya kembali aliran modal asing
Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010.
jangka pendek dan turut mendorong apresiasi rupiah hingga mencapai Rp8.965 per dolar. Selanjutnya, selama Oktober sampai dengan Desember 2004 nilai tukar rupiah
bergerak stabil dalam kisaran yang sempit.
4.1.3.2. Perkembangan Kurs 2005