Perkembangan Investasi dan Pasar Modal 2005

Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. 4.149 transaksi dengan volume perdagangan senilai Rp14,2 triliun. Maraknya perdagangan obligasi swasta diindikasikan sebagai dampak rendahnya suku bunga simpanan. Selain itu, bertambahnya pasokan obligasi baru juga memberikan insentif bagi investor dalam pilihan portofolionya. Tabel 4.5 Total Investasi PMDN + PMA yang Disetujui Pemerintah Miliar Rp Periode Tahun 2004 s.d 2007 Bulan Investasi Total 2004 Investasi Total 2005 Investasi Total 2006 Investasi Total 2007 Jan 3,830.2 9,880.4 4,711.6 72,192.8 Feb 6,308.8 26,827.5 15,274.0 34,380.1 Mar 9,172.0 12,174.9 17,882.7 99,555.6 Apr 16,895.7 10,772.5 24,211.0 89,638.0 Mei 2,902.6 12,392.9 28,067.6 15,228.6 Jun 8,015.0 8,056.2 31,730.7 22,623.1 Jul 7,433.9 13,962.5 33,682.6 70,542.4 Ags 6,964.2 8,379.4 20,716.4 27,916.0 Sep 40,486.4 39,809.4 28,481.6 40,945.8 Okt 8,767.5 11,718.0 60,360.8 37,884.4 Nov 9,012.1 6,117.6 19,564.6 14,910.5 Des 9,829.9 23,391.9 20,864.5 30,339.0 Sumber: SKEI - Bank Indonesia www.bi.go.id , bentuk tabel telah diperbaharui oleh peneliti.

4.1.4.2. Perkembangan Investasi dan Pasar Modal 2005

Aktivitas pasar modal sepanjang 2005 masih tetap aktif dilakukan. Hal ini tercermin dari masih adanya perusahaan yang melakukan pencarian dana melalui initial public offering IPO dan right issue di pasar saham dan IPO di pasar obligasi. Di pasar saham, indeks bursa pada 2005 menunjukkan kecenderungan penguatan dengan pergerakan yang berfluktuasi akibat tekanan dari berbagai faktor baik dalam maupun luar negeri. Hingga triwulan I-2005 IHSG masih terus mengalami peningkatan yang cukup mengesankan. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan positif tersebut antara lain adalah meningkatnya kepercayaan investor akibat dari optimisme membaiknya kondisi ekonomi makro Indonesia pada 2004. Selain itu, rencana masuknya beberapa saham unggulan Indonesia ke indeks ASEAN dengan kriteria memiliki nilai kapitalisasi pasar besar, likuiditas transaksi yang tinggi, dan kepemilikan saham ke publik yang cukup besar juga memberi sentimen positif bagi peningkatan kegiatan bursa saham. Sumber: Pengolahan Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. setelah dikonversi kedalam satuan miliar rupiah Kedalam Bentuk Histogram Stacked dengan Bantuan Ms. Office Excel 2007. Gambar 4.3: Grafik Investasi Total PMA + PMDN yang Disetujui Pemerintah Tahun 2004 s.d 2007 Dalam perkembangannya, arah pergerakan indeks yang semula meningkat mengalami tekanan perlambatan dan cenderung berfluktuasi. Beberapa faktor internal Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. yang ditengarai memberikan sentimen negatif bagi perkembangan bursa saham pada triwulan berikutnya antara lain adalah kecenderungan kenaikan suku bunga dalam negeri sebagai konsekuensi dari penerapan kebijakan moneter tight biased terkait dengan tingginya inflasi dan depresiasi nilai tukar. Selain itu, melambungnya harga minyak dunia hingga mendekati harga 70barel dan kecenderungan penurunan indeks bursa dunia regional merupakan faktor eksternal utama yang mendorong sentimen negatif bagi perkembangan IHSG. Fluktuasi pergerakan indeks dan persepsi atas perkembangan perekonomian Indonesia setelah dinaikkannya harga BBM, disinyalir sedikit mempengaruhi perilaku investor asing yang menjadi pemain utama market maker pada perdagangan di bursa saham Indonesia. Namun, masih kompetitifnya nilai PER13 Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Singapura, Malaysia dan Philipina tetap menjadi daya tarik bagi investor untuk melakukan pembelian saham. Hingga akhir 2005, secara point to point indeks komposit masih menunjukkan perkembangan menggembirakan dengan level 1164,14 meningkat dari posisi 2004 sebesar 1000,23. Pada pasar obligasi korporasi, kecenderungan naiknya suku bunga yang menurunkan harga obligasi menyebabkan beberapa perusahaan menunda realisasi penerbitan obligasinya sambil menunggu waktu yang menguntungkan. Hal ini mengakibatkan pada 2005, total nilai emisi obligasi korporasi yang diterbitkan dari 19 perusahaan adalah sebesar Rp8,25 triliun menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp19,17 triliun. Dalam periode laporan, frekuensi perdagangan menurun sebesar 3,77 menjadi 4.799 transaksi dengan volume perdagangan yang meningkat dari Rp17,35 triliun menjadi Rp23,27 triliun.

4.1.4.3. Perkembangan Investasi dan Pasar Modal 2006