Sistem Kurs Kurs 1. Defenisi Kurs

2.1.2.2. Sistem Kurs

Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate dan sistem nilai tukar mengambang flexible exchange rate. Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahankan kurs pada sistem tersebut. Sistem nilai tukar tetap membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar. Selain itu, bank sentral harus berulangkali mengintervensi pasar agar nilai tukar tetap berada pada posisi yang dikehendaki. Sebaliknya, sistem nilai tukar mengambang tidak membutuhkan cadangan devisa. Bank sentral juga tidak perlu mengintervensi pasar karena kurs valuta asing ditetapkan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan Abimanyu, 2004: 8. Tidak semua negara di dunia menganut salah satu sistem nilai tukar di atas. Kenyatan, banyak negara yang menganut varians dari kedua sitem tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, beberapa ahli ekonomi mencoba untuk mengelompokkan berbagai sistem yang ada ke dalam satu continuum yang terdiri dari dua kutub. Kutub yang satu adalah siste nilai tukar tetap, sedangkan kutub yang lainnya pada sisi yang berlawanan adalah sistem nilai tukar mengambang. Berdasarkan besarnya intervensi bank sentral dan cadangan devisa yang diperlukan untuk mempertahankan berbagai sistem tersebut, terdapat enam sistem nilai tukar yang disepakati oleh banyak negara di dunia, yaitu Gillis et al, 1996, Dalam Abimanyu, 2004: 8: 1. Sistem Fixed pegged, di mana otorotas moneter selalu mengintervensi pasar untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk di Bursa Efek Indonesia, 2010. asing tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa yang relatif besar. Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit neraca perdagagnan, cenderung menghasilkan kebijakan devaluasi. 2. Sistem Adjustable Peg, di mana otoritas moneter terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak mengubah kurs apabila terjadi perubahan kenbijakan. 3. Sistem Crawling Peg, di mana otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing dalam sistem ini diubah secara periodik dan berangsur-angsur dalam persentase yang kecil. 4. Sistem Managed Float, di mana otoritas moneter tidak terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namun, otoritas mineter secara kontinyu mengintervensi pasar berdsarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya, karena cadangan devisa yang menipis. Contoh lain, otoritas moneter dapat meng-intervensi pasar agar nilai mata uang Rupiah melemah untuk mendorong peningkatan ekspor. 5. Sistem Wider Band, di mana otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta asing mengambang atau berfluktuasi di antara dua titik tertinggi dan terendah. Jika keadaan perekonomian menyebabkan kurs bergerak melampaui dua titik tersebut, otoritas moneter akan mengintervensi pasar dengan cara membeli atau menjual Rupiah atau US Dollar. Intervensi tersebut menjaga nilai tukar Rupaih tetap berada di antara kedua titik tersebut. 6. Sistem Free Floating, berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa.

2.1.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs