Peran Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana

B e n c a n a d a n K e s e h a t a n | 133 4. Pemenuhan kebutuhan dasar; 5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. c. Paska bencana 1. Rehabilitasi Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: a Perbaikan lingkungan daerah bencana; b Perbaikan prasarana dan sarana umum; c Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d Pemulihan sosial psikologis; e Pelayanan kesehatan; f Rekonsiliasi dan resolusi konflik; g Pemulihan sosial ekonomi budaya; h Pemulihan keamanan dan ketertiban; i Pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan fungsi pelayanan publik. 2. Rekonstruksi Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: a Pembangunan kembali prasarana dan sarana; b Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; e Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; f Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

11.5 Peran Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana

Bencana alam dapat memperbesar risiko penyakit akibat perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut: a. Kepadatan penduduk Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit bawaan udara airborne disease. Kondisi tersebut ikut menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang dilaporkan pasca bencana. 134 | S O S I O L O G I K E S E H A T A N b. Perpindahan penduduk Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit menular baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang rentan. c. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air. d. Terganggunya program kesehatan masyarakat Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat misalnya program pengendalian vektor atau program vaksinasi tidak dipelihara atau dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat meningkat pada populasi yang tidak terlindung. e. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan dapat memengaruhi kepadatan populasi vektor. Salah satu dampaknya adalah pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan pengerat di daerah banjir. f. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain. g. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular. Peran kesehatan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana alam, antara lain: a. Surveilans Bencana Menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat dan terus menerus terhadap berbagai faktor yang menentukan kejadian dan penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis, interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan pencegahan. Surveilans bencana meliputi : 1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular. B e n c a n a d a n K e s e h a t a n | 135 Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut. 2. Surveilans data pengungsi. Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan. 3. Surveilans kematian. Dalam data kematian tercantum nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor. 4. Surveilans rawat jalan. Mengatasi masalah korban bencana yang mengalami cedera dan bekerjasama dengan pihak tenaga kesehatan lain seperti dokter, perawat, dan sebagainya. Serta mendata secara lengkap seluruh korban bencana. b. Mengatasi masalah air dan sanitasi lingkungan Saat bencana terjadi, kelangkaan air bersih tentunya menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Pada kondisi ini banyak sumber air yang mengalami pencemaran. Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu: 1. Pemurnian air yang banyak dilakukan ada tiga tahap, yaitu penyimpanan, filtrasi dan klorinasi. Tapi sepertinya tiga tahap ini belum cukup untuk benar-benar memurnikan air yang tercemar. Arang aktif menghilangkan air dari kotoran organik yang berwarna, bau, bebas klorin dan lainnya. Sedangkan berkas sinar UV berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan virus. 2. SODIS Solar water deisinfectan adalah cara mudah memasak air dengan menjemurnya disinar matahari, cocok utk keadaan darurat. 3. Menyediakan fasilitas sanitasi separti: MCK Mandi, Cuci, Kakus yang layak untuk masyarakat korban bencana. 4. Pengelolaan penampungan dan perencanaan tempat tinggal. c. Mengatasi masalah gizi pada korban bencana dapat dilakukan dengan Kementrian Kesehatan RI, 2010: 1. Melakukan penilaian awal dan re-evaluasi guna mengetahui struktur masyarakat korban bencana misalnya, didaerah bencana banyak terdapat balita dan bayi. 2. Pengelolaan gizi dan pangan. 3. Menyediakan obat-obatan. 4. Imunisasi skrining. 136 | S O S I O L O G I K E S E H A T A N 5. Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya. 6. Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan. 7. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain. d. Menyediakan layanan kesehatan yang memadai, terjangkau dan bekerjasama dengan petugas kesehatan yang lain. Layanan kesehatan yang disediakan tidak hanya untuk mengobati luka atau cedera fisik korban bencana, tetapi juga untuk membantu pemulihan kondisi gangguan psikis akibat bencana, yaitu dengan Kementerian Sosial, 2011 : 1. Layanan konseling Konseling merupakan suatu proses antara pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menentukan masalahnya. Dalam hal ini konseling adalah suatu hubungan profesional antara seorang konselor pendamping yang terlatih dengan klien yaitu korban bencana alam. 2. Bimbingan Psikososial Penyelesaian masalah yang dihadapi individu dalam situasi darurat juga tidak terlepas dari aspek psikologisnya dan aspek sosial yang saling memberi pengaruh satu sama lain. Atas dasar itu maka bimbingan psikososial dalam situasi darurat sangat diperlukan. 3. Pemulihan Kondisi Sosial Kegiatan pemulihan kondisi sosial dimaksudkan agar masyarakat korban bencana tetap tidak kehilangan relasi sosialnya baik dengan sesama maupun dengan masyarakatnya. Beberapa teknik yang digunakan dalam bimbingan sosial dalam situasi darurat meliputi pertama, pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab. Kedua, pengumpulan informasi seperti wawancara, studi dokumentasi, diskusi, observasi curah pendapat. Ketiga, bermain peran, simulasi. Keempat, tutorial seperti mengerahkan. Kelima, konseling termasuk didalamnya konseling individu, konseling kelompok, dan konseling keluarga. 4. Intervensi Kritis Intervensi kritis pada situasi darurat bertujuan untuk memberikan sebanyak mungkin dukungan dan bantuan kepada korban bencana dan keluarganya, dalam rangka memungkinkan orang yang ditolong mendapatkan kembali keseimbangan psikologisnya secepat mungkin. Komponen intervensi kritis meliputi fokus B e n c a n a d a n K e s e h a t a n | 137 penyembuhan spesifik dan dibatasi waktu dan perhatian pada mereduksi ketegangan dan memecahkan masalah adaptasinya, klarifikasi dan asessment akurat terhadap sumber stres dan makna stres bagi korban bencana alam dan diikuti dengan restukturisasi kognitif secara langsung. Bahan Diskusi Untuk melakukan pemberdayaan kepada warga korban bencana alam, sebutkan dan jelaskan strategi yang dilakukan melalui pendekatan pengurangan risiko berbasis masyarakat ? Rangkuman Bencana merupakan suatu peristiwa alam atau lingkungan buatan manusia yang berpotensial merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau aktivitas manusia. Dampak bencana alam adalah kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat Kementerian Sosial, 2008. Prinsip penanggulangan bencana yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparasi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, nondikriminatif, dan nonproletisi. Soal-Soal Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan dampak positif dan negatif dari bencana alam ? 2. Sebutkan dan jelaskan peran kesehatan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana alam ? Tindak Lanjut Setelah memahami bab 11 sebelas dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 12 dua belas. Daftar Bacaan Harta, M. Sri. 2009. Pemintakatan Resiko Bencana Banjir di Wilayah Gresik Utara. [Tugas akhir] . Surabaya: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember SurabayaTidak dipublikasikan. 138 | S O S I O L O G I K E S E H A T A N Hydro. 2012. Meningkatnya Kebutuhan Air Bersih saat Terjadi Bencana. [Artikel Online]: http:www.hydro.co.id20120928 meningkatnya-kebutuhan-air-bersih-saat-terjadi-bencana . [30 Juli 2013]. Kementrian Kesehatan RI. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta: Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2010. Pengelolaan Kesehatan Masyarakat dalm Kondisi Bencana. [Serial Online]: http: johana.staff.ugm.ac.id [30 Juli 2013]. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta. Schaefer, Ricard T. 2012. Sociology. Jakarta: Salemba Humanika. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sudarma, Momon. 2009. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan, keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan gender dan kesehatan. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian tentang gender, perspektif gender, dan gender dalam kesehatan. Uraian: Lebih dari separuh penduduk miskin di negara berkembang adalah perempuan. Kondisi di atas bisa terjadi akibat dari kemiskinan yang menimpa beberapa keluarga di Indonesia. Perempuan adalah pihak pertama yang merasakan dampak ketika kebutuhan -kebutuhan rumah tangga tidak tercukupi. Perempuan sebagai ibu rumah tangga biasanya bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak, dan pengaturan pengeluaran biaya hidup keluarga Adib, 2011. Penting untuk dipahami bahwa kemiskinan bukan hanya terjadi akibat struktur yang tidak memihak, namun juga rendahnya perlindungan komunitas atas kepemilikan dan pengelolaan aset oleh perempuan. Rendahnya kontrol perempuan terhadap aset keluarga dan sumberdaya adalah pendorong terjebaknya perempuan dalam lingkaran kemiskinan Subiyantoro dkk, 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ekonomi membawa pengaruh kerentanan dari sisi kesehatan pada perempuan.

BAB 12. GENDER DAN KESEHATAN