128 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
perasaan seperti menghindar untuk bergaul dengan orang lain, tidak mau bicara, sering lupa, putus asa, bosan, merasa tidak
berharga, merasa gagal menyelamatkan diri sendiri atau keluarga, tidak peduli pada lingkungan sekitar, menunjukkan
gejala ingin bunuh diri.
b Gangguan amarah
Gejala yang tampak korban hidup tidak mau berhubungan dengan orang lain, menyalahkan orang lain, menyerang orang
lain, menyerang lingkungan, perilaku kasar, dan menyalahkan Tuhan.
c Gangguan perilaku panik
Ketika mendengar suara keras sedikit saja orang sudah lari dan ketika ada goyangan sedikit saja langsung lompat. Nafas
tersengal-sengal setelah itu. d
Gangguan perilaku trauma Anak-anak berpegang terus pada orang tuanya atau orang
dewasa lainnya. Mereka tidak berani ditinggal sendiri. Orang dewasa merasa ketakutan dan waspada terus menerus sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari.
e Gangguan perilaku kacau
Orang mulai berteriak-teriak tanpa ada penyulut, termasuk juga meracau atau orang itu lari ke sana kemari tanpa tujuan. Ia
mulai menangis tanpa kendali meskipun sudah ditenangkan. Atau ia marah-marah tanpa sebab dan ketika diajak bicara tidak
mau mendengar.
f Kecemburuan sosial
Perasaan cemburu yang timbul terhadap orang lain yang status sosialnya berbeda dengan kita. Misalnya, kecemburuan
mengapa bencana terjadi di daerah X bukan di daerah Y Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial, 2010.
11.4 Penanggulangan Bencana
Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa bagi yang mengalaminya. Bahkan,
bencana alam tertentu menimbulkan banyak korban cedera maupun meninggal dunia. Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan luka atau
cedera fisik, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Hilangnya harta benda dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya,
membuat sebagian korban mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut akan sangat berbahaya terutama bagi ana-anak yang dapat
terganggu perkembangan jiwanya.
B e n c a n a d a n K e s e h a t a n
| 129
Mengingat dampak yang luar biasa tersebut, maka penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara
yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Selain itu,
penanggulangan bencana alam juga harus menyeluruh tidak hanya pada saat terjadinya bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana dan
rehabilitasi serta rekrontruksi setelah terjadi bencana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bencana alam tidak terlalu banyak menimbulkan
dampak buruk bagi korban. a.
Prinsip Penanggulangan Bencana Penanggulangan
bencana alam
bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bencana alam dan dampak yang ditimbulkannya.
Karena itu, dalam penanggulangannya harus memperhatikan prinsip- prinsip penanggulangan bencana alam. Dalam Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan sejumlah prinsip penggulangan yaitu:
1.
Cepat dan tepat Prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam penaggulangan
bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penaggulangan akan
berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
2. Prioritas
Prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penaggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada
kegiatan penyelamatan jiwa manusia. 3.
Koordinasi dan keterpaduan Prinsip koordinasi adalah bahwa penanggulangan bencana
didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan yang dimaksud prinsip keterpaduan adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling
mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna
Prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan mayarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan. Prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
130 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
5. Transparansi dan akuntabilitas
Prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana
dilakukan secara
terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan
Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secara luas, termasuk Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM maupun organisasi kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau
lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahannya.
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti
upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengetahui, memahami, dan melakukan
langkah-langkah antisipasi, penyelamatan, dan pemulihan bencana. 8.
Nondikriminatif Prinsip
nondiskriminasi adalah
bahwa negara
dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
9. Nonproletisi
Nonproletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui
pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana. b.
Tahap Penanggulangan Bencana Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah
bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi. Berdasarkan pengertian tersebut, penangggulangan bencana tidak hanya pada saat
dan setelah terjadinya bencana tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke
dalam kegiatan
penanggulangan bencana.
Karena itu,
penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa tahapan. 1.
Tahap Pencegahan Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan
dampak buruk dari bencana alam. Contoh-contoh kegiatan pada tahap ini adalah:
a Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan
kekeringan.
B e n c a n a d a n K e s e h a t a n
| 131
b Penanaman pohon bakau mangrove di sepanjang pantai untuk
menghambat gelombang tsunami. c
Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir. d
Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah permukiman.
e Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir, dan
sebagainya. 2.
Tahap Tanggap Darurat Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok yang
sebaiknya dilakukan adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap darurat. Selain itu, tahap
tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya
yang paling minimal.
Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap aman dan ditampung di tempat penampungan sementara
yang layak. Pada tahap ini dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat
sasaran kepada seluruh korban bencana. Secara operasional, pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan:
a
Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan menangani korban yang luka-luka.
b Penanganan pengungsi.
c Pemberian bantuan darurat, pelayanan kesehatan, sanitasi dan
air bersih. d
Penyiapan penampungan sementara. e
Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu
memberikan pelayanan yang memadai untuk para korban. 3.
Tahap Rehabilitasi Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah
perbaikan fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan mengembalikan
dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap
darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur
sosial dasar, serta
prasarana dan
sarana perekonomian yang sangat diperlukan.
Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan masyarakat atau publik sampai pada
tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga
132 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan psikologis melalui penanganan trauma
korban bencana. 4.
Tahap Rekonstruksi Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah
pembangunan kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakat kembali
berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha.
Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat
mungkin juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana ada
beberapa tahap yaitu: a.
Pra bencana Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana
meliputi: 1.
Dalam situasi tidak terjadi bencana a
Pengurangan risiko bencana; b
Pencegahan; c
Pemaduan dalam perencanaan pembangunan; d
Persyaratan analisis risiko bencana; e
Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; f
Pendidikan dan pelatihan; dan g
Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. 2.
Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana a
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana.
b Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat
dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat.
c Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. b.
Saat bencana Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi: 1.
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
B e n c a n a d a n K e s e h a t a n
| 133
4. Pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan
segera prasarana dan sarana vital. c.
Paska bencana 1.
Rehabilitasi Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan:
a Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d Pemulihan sosial psikologis;
e Pelayanan kesehatan;
f Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g Pemulihan sosial ekonomi budaya;
h Pemulihan keamanan dan ketertiban;
i Pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan fungsi
pelayanan publik. 2.
Rekonstruksi Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih
baik, meliputi: a
Pembangunan kembali prasarana dan sarana; b
Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c
Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
e Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; f
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g
Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
11.5 Peran Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana