140 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
12.1 Gender
Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin John M. Echols dan Hassan Sadhily, 1983:256. Menurut
Nasaruddin Umar, de ngan mengutip Webster’s New World
Dictionary 2001:33 mengatakan bahwa gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari
segi nilai dan tingkah laku. Priyono 1996:203 menegaskan konsep ini merujuk pada pemahaman bahwa identitas, peran, fungsi, pola
perilaku, kegiatan, dan persepsi baik tentang perempuan maupun laki-laki ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan dimana
mereka
dilahirkan dan
dibesarkan. Dengan
demikian, penggambaran perempuan dan laki-laki berakar dalam kebudayaan
dan bukan berdasarkan aspek biologis saja. Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni
suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa
perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan
perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,
keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Perubahan sosial gender yang tersosialisasikan secara
evolusional dan perlahan-lahan mempengaruhi biologis masing- masing jenis kelamin. Misalnya, karena kontruksi sosial gender,
kaum laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki terlatih dan tersosialisasikan serta termotivasi untuk menjadi atau
menuju ke sifat gender yang ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya, karena
kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak hanya berpengaruh pada pekembangan
emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis selanjutnya.
Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa setiap sifat biasanya melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifat-sifat
tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil kontruksi masyarakat, dan sama sekali bukanlah kodrat Mansur
Fakih, 1996 : 9-10.
B e n c a n a d a n K e s e h a t a n
| 141
Berdasarkan teori nurture bahwa sifat maskulin dan feminin bukan disebabkan adanya perbedann biologis antara pria-wanita,
tetapi karena adanyua sosialisasi dan kulturalisasi culturally oriented contestans
. Perbedaan esensial menurut teori nature antara pria dan wanita yang secara umum dikenal dan tidak dapat
dipertukarkan biologically
oriented contestans
hanyalah menyangkut aspek 3M Menstruasi, Melahirkan, dan Menyusui.
Untuk sekedar contoh, selama ini yang dicitrakan sebagai orang yang cocok jadi perawat adalah perempuan dan layanan kesehaan
lebih diidentikkaan sebagai pekerjaan perempuan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir sudah mulai banyak mahasiswa akper dari
kalangan pria. Inilah pergeseran nilai mengenai citra pekerjaan dan kepatutan pekerjaan yang dikait-kaitkan dengan gender.
12.2
Perspektif Gender
Lebih dari seabad feminisme telah menjadi pergerakkan, secara konstan berubah dan mengubah bentuknya sendiri, untuk
merespon perubahan pada lingkungan dan pergerakkan lainnya yang berinteraksi di dalamnya. Pergerakkan modern juga
mempengaruhi dengan karakter internasionalnya. Gagasan dan praktik gencar dikomunikasikan, tetapi perbedaan pada konteks
sosial dan politik menghasilkan berbagai macam feminisme yang berbeda.
Teori fungsionalisme struktural atau dikenal sebagai teori fungsional, menurut Mansur Fakih 1996 : 80 tidak secara
langsung menyinggung masalah perempuan dalam teorinya. Dalam keyakinan mereka, masyarakat adalah sebuah sistem yang terdiri
atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan masing-masing bagian secara terus menerus mencari keseimbangan equilibrium dan
harmoni, dapat menjelaskan tentang posisi perempuan. Nasaruddin Umar 2001 : 52 mengatakan bahwa harmoni dan stabilitas
masyarakat dalam pandangan fungsionalisme ditentukan olek efektivitas konsensus nilai-nilai. Sistem nilai senantiasa bekerja dan
berfungsi untuk menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
Kedua, yaitu teori konflik. Dalam soal gender, teori konflik
terkadang diidentikkan dengan teori Marx, karena begitu kuat pengaruh Karl Marx di dalamnya. Teori ini berangkat dari asumsi
142 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
bahwa dalam susunan di dalam suatu masyarakat terdapat beberapa kelas yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Siapa
yang memiliki dan menguasai sumber-sumber produksi dan distribusi, merekalah yang memiliki peluang untuk memainkan
peran utama di dalamnya.
Menurut perspektif teori konflik, perempuan merupakan kelas sosial tersendiri karena pekerjaan yang mereka lakukan,
apakah perempuan sebagai istri, anak perempuan, keponakan perempuan, adik perempuan dari kelas sosial borjuis, ataukah
mereka itu dalah perempuan sebagai istri, anak perempuan, keponakan perempuan, adik perepuan dari kelas sosial proletariat
adalah sama sebagai kelas manusia yang bekerja pada sektor domestik yaitu sebagai ibu rumah tangga.
Bertolak dari konsep Marxis tentang hakikat manusia human nature dan teori Marxis tentang masyarakat, ekonomi dan
politik, serta teori Engels tentang keluarga, perspektif ini mencoba untuk memahami mengapa perempuan tidak pernah memperoleh
kesempatan yang sama dengan pria, dengan menganalisis hubungan antara status pekerjaan perempuan dengan citra diri perempuan.
Dengan kata lain, dalam pandangan teori konflik ini, ketimpangan gender bukanlah sesuatu hal yang bersifat alamiah melainkan
sebagai hasil kontruksi sosial itu sendiri.
Ketiga, yaitu teori psikoanalisis. Teori ini pertama kali
diperkenalkan oleh Sigmun Freud 1856-1939. Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan
perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Dalam uraian yang lebih rinci, Freud menjelaskan kepribadian
seseorang tersusun di atas tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Tingkah laku seseorang menurut freud ditentukan oleh interaksi
ketiga struktru tersebut. Umar2002 : 46 mengatakan :
Pertama, id, sebagai pembawaan sifat-sifat fisik-biologis
seseorang sejak lahir, termasuk nafsu seksualitas dan insting yang cenderung agresif. Id bagaikan sumber energi yang memberikan
kekuatan terhadap kedua struktur berikutnya. Id bekerja di luar sistem rasional dan senantiasa memberikan dorongan untuk
mencari kesenangan dan kepuasan biologis.
Kedua, ego, bekerja dalm lingkup rasional dan berupaya
menjinakkan keinginan agresi dari id. Ego berusaha mengatur
B e n c a n a d a n K e s e h a t a n
| 143
antara keinginan subjektif individu dan tuntutan objektif realitas sosial. Ego membantu seseorang keluar dari berbagai problem
subjektif individual dan memelihara agar bertahan hidup dalam dunia realitas.
Ketiga, superego, berfungsi sebagai aspek moral dalam
kepribadian berupaya mewujudkan kesempurnaan hidup lebih dari sekedar mencari kesenangan dan kepuasan, superego juga selalu
mengingatkan ego agar senantiasa menjalankan fungsinya mengontrol id.
12.3
Gender Dalam Kesehatan
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, gender adalah sebuah kontruksi sosial atau tafsir sosial terhadap peran gender.
Sayangnya, terhadap masalah ini, masih banyak penafsiran yang berkembang secara tidak adil, sehingga memberikan tafsiran yang
kurang pada tempatnya terhadap masalah-masalah perempuan. a.
Menurut estimasi PBB di tahun 2025 atau 2050, baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara, kelompok penduduk usia
tua akan lebih banyak dialami oleh kalangan perempuan. Pertumbuhan danatau peningkatan jumlah kaum perempuan
yang menjadi penduduk lanjut usia ini merupakan salah satu masalah perempuan yang perlu diperhatikan dengan saksama,
baik oleh dunia kesehatan maupun pemerintah, sehingga kebutuhan perempuan usia lanjut ini dapat terpenuhi secara
maksimal.
b. Dua dari tiga wanita di dunia saat ini menderita suatu penyakit
yang melemahkan manusia. Gejala-gejala umum penyakit yang mudah menyebar ini mencakup anemia kronik, malnutrisi, dan
kondisi yang sangat lemah. Para penderita menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan dan
produktif, yang sering kali mengakibatkan kematian dini premeture death. Tanpa intervensi langsung, penyakit ini dapat
menular dari ibu ke anak, dengan angka penularan yang sangat tinggi pada wanita dibanding pria. Meskipun penelitian telah
menunjukkan efikasi berbagai strategi pencegahan dan pengobatan, namun hingga kini sangat sedikit strategi yang
dilaksanakan secara matang.
144 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
c. Wanita juga menghadapi ancaman kesehatan reproduktif yang
unik. Tinginya angka penyakit yang dapat dicegah, kematian akibat komplikasi pada kehamilan dan persalinan, aborsi yang
tidak aman, penyakit menular seksual dan kanker pada alat reproduksi sering dijumpai pada wanita yang miskin dan yang
tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang komperhensif.
d. Di lain pihak, peran reproduktif wanita hanya mendapat
perhatian apabila angka fertilitas cukup tinggi. Akibatnya, satu- satunya pelayanan kesehatan yang sering diperoleh wanita
adalah keluarga berencana, meskipun pelayanan ini lebih menekankan pada kontrol fertilitas bukan pada peningkatan
kesehatan
wanita. Dalam
kesehatan reproduksi
pun, pertimbangan
agama dan
politik telah
mengalahkan pertimbangan kesehatan masyarakat, dimana wanita semakin
sulit memperoleh hak untuk pelayanan aborsi yang aman. e.
Dalam praktek layanan kesehatan, masih ada pandangan bahwa ada pekerjaan perempuan dan pekerjaan laki-laki. Menjadi
perawat dan bidan adalah pekerjaan perempuan, sedangkan menjadi dokter adalah pekerjaan laki-laki.pandangan ini
mungkin benar bila disesuaikan dengan situasi, kondisi , dan objek yang dikerjakannya. Namun pembagian kerja seperti ini
merupakan contoh nyata dari kontruksi sosial dalam pembagian tugas dalam bidang kesehatan.
f. Kemudian dalam penanganan kasus HIV dan AIDS merupakan
satu misteri kesehatan yang belum terpecahkan. Penyebab terjangkitnya HIV dan AIDS ini sudah begitu banyak diulas dan
dikupas. Namun demikian, dalam kenyataannya, masih banyak anggota masyarakat yang menyalahkan posisi perempuan
sebagai penyebab utama berkembangnya virus AIDS ini. Penanganan masalah AIDS ini disudutkan pada masalah
maraknya prostitusi. Kelompok orang yang paling tersudutkan dengan isu prostitusi ini yaitu kalangan perempuan. Sedangkan
kaum laki-laki, kurang mendapatkan perhatian yang seimbang dengan penilaiannya terhadap kaum perempuan.
g. Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan adanya
perbedaan. Misalnya
penyaklit kardiovaskular ditemukan pada usia yang lebih tua pada
B e n c a n a d a n K e s e h a t a n
| 145
perempuan dibandingkan pada laki-laki. Bebrepa penyakit misalnya anemia, gangguan makan, dan gangguan pada otot
serta tulang lebih banyak ditemukan pada perempuan.
12.4 Gender dan Penyakit HIV dan AIDS