K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n
| 107
terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dsan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami
perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum
tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 25 sub kelompok 47 jenis komoditi di pedesaan.
Nilai kebutuhan minimum perkomoditi sub-kelompok non- makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran
komoditisub-kelompok tersebut
terhadap total
pengeluaran komoditisub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul
konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 SPKKP 2004, yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-makanan yang lebih rinci dibanding data Susenas Modul
Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Dimana: NF
p
= Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah p GKNM
p
. V
i
= Nilai pengeluaran per komoditisub-kelompok non-makanan daerah p dari Susenas modul konsumsi.
r
i
= Rasio pengeluaran komoditisub-kelompok non-makanan menurut daerah hasil SPPKD 2004.
i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p.
p = Daerah perkotaan atau pedesaan.
9.5 Strategi Pengembangan Masyarakat Community Development
Dalam persepktif profesi pekerjaan sosial, orang miskin adalah orang yang mengalami disfungsi sosial. Karena ia tidak mampu
melakukan tugas pokoknya dengan baik, yaitu tugas dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, seperti : pangan, sandang, perumahan,
kesehatan dan pendidikan. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi yang mencukupi, seperti : tanah, modal, atau keterampilan hidup
life skills. Tingkat pendidikan mereka juga rendah, hanya taatan sekolah dasar, bahkan tidak sedikit pula yang tidak tamat sekolah dasar.
108 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
Selain mempunyai keterbatasan dalam faktor kepemilikan tersebut, orang miskin juga lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatasi akses
ekonominya, sehingga semakin tertinggal jauh dari kelompok masyarakat lain yang mempunyai potensi tinggi.
Dalam konteks itu, Sadi Rusli dkk 1995: 61-62 menjelaskan, upaya mengenal dan mengidentifikasi golongan miskin dapat dikaitkan
dengan permasalahan berikut : a.
Kekuranganmampuan meraih peluang ekonomi. b.
Penguasaan aset produksi yang rendah. c.
Kondisi kurang gizi dan sulit memenuhi kebutuhan pangan dan sandang.
d. Mempunyai anak balita yang kurang gizi dan kesehatan yang rendah.
e. Kondisi perumahan tak layak huni dan kumuh.
f. Kekurangmampuan menyekolahkan anak.
g. Kekuranganmapuan meraih pelayanan kesehatan, air bersih dan
keserasian lingkungan. h.
Tingkat partisipasi yang rendah pada kegiatan kemasyarakatan dan organisasi sosial didesakelurahan.
Strategi yang digunakan dalam metode community development, sebagai upaya peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat
miskin tersebut adalah sebagai berikut : a.
Strategi pemecahan masalah, dimaksudkan untuk mengajak warga masyarakat miskin melihat dan menyadari permasalahan yang
dihadapi, kemudian mendiskusikan bersama bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
b. Konfrontasi, merupakan strategi mengonfrontasikan masyarakat
miskin dengan permasalahan yang dihadapi. c.
Membangun kelembagaan baru, yaitu membangun lembaga-lembaga dalam masyarakat dengan menggunakan sumber daya masyarakat
setempat, dimana masyarakat miskin diintegrasikan ke dalam lembaga tersebut.
d. Pengembangan dan peningkatan keterampilan hidup life skills.
e. Terapi pendidikan, yaitu strategi untuk mengikutsertakan masyarakat
miskin dalam suatu program penanggulangan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan adalah permasalahan yang sangat
kompleks. Dalam pemahaman yang paling sederhana, kemiskinan bisa dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural. Kedua sudut pandang
tersebut mempunyai asumsi yang berbeda tentang cara penanganan kemiskinan. Namun, dalam batas-batas tertentu, kerap sebuah strategi
penanganan kemiskinan mempunyai nuansa material yang kental, tetapi pada konteks yang lain strategi itu justru menggagas perubahan kultural.
K e m i s k i n a n d a n K e s e h a t a n
| 109
Strategi yang mempunyai dua muka tersebut, satu diantaranya adalah stategi penanganan kemiskinan melalui pengembangan masyarakat
pengorganisasian masyarakat. 9.6
Kekeliruan Paradigmatik Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan
yang selama
ini terjadi
memperlihatkan beberapa kekeliruan paradigmatik, antara lain : a.
Masih berorientasi pada aspek ekonomi daripada aspek multidimensional.
b. Lebih bernuansa karatif ketimbang produktivitas.
c. Memposisikan masyarakat miskin sebagai obyek daripada subjek.
d. Pemerintah masih sebagai penguasa daripada fasilitator.
9.7 Strategi Penanggulangan Kemiskinan