58 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
sosial. Akan tetapi juga mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara individual. Tanpa paksaan dan tanpa kekerasan apapun juga dari
masyarakat, para warga masyarakat cenderung untuk selalu taat bertingkah pekerti conform sesuai beradaptasi dengan norma-norma
sosial. Para warga masyarakat akan selalu cenderung bertingkah pekerti sesuai dengan apa yang telah diharuskan. Dapat dikatakan bahwa di
dalam hal ini norma-norma sosial itu telah dapat terlaksana atas kekuatannya sendiri self enforcing.
Namun pada individu-individu tertentu atau pada waktu-waktu dan keadaan-keadaan tertentu, daya self-enforcing dari norma-norma itu
sering kali melemah atau bahkan hilang sama sekali. Menurut Soekanto 2012 beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku
menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut:
a. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu
atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya; b.
Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan;
c. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan
yang dipegang warga masyarakat, dan; d.
Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata.
Kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi ‘mengancam sanksi’ disebut kontrol sosial yang bersifat
preventif. Sedangkan kontrol sosial yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa
berjalan seperti semula disebut kontrol sosial yang bersifat represif.
Kerja kontrol
sosial dengan
cara mengancamkan
dan membebankan sanksi kepada pelanggar-pelanggar norma mempunyai
efek psikologik yang kuat terhadap para pelanggar norma untuk tidak lagi melanggar norma itu. Kontrol sosial ini mempunyai efek membendung
atau mengembalikan para warga masyarakat dari niatnya melanggar norma.
5.2 Sarana Kontrol Sosial yang Utama
Kontrol sosial di dalam arti mengendalikan tingkah pekerti warga masyarakat agar selalu tetap sesuai dengan keharusan norma, hampir
selalu dijalankan dengan kekuatan sanksi. Sanksi adalah sesuatu bentuk penderitaan yang secara sengaja dibebankan oleh masyarakat kepada
masyarakat kepada seorang warga masyarakat yang terbukti melanggar atau menyimpangi keharusan norma sosial. Hal tersebut dengan tujuan
agar warga masyarakat ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan
P e n g e n d a l i a n S o s i a l
| 59
penyimpangan terhadap norma tersebut. Ada tiga jenis sanksi yang digunakan di dalam pelaksanaan kontrol sosial, yaitu:
a. Sanksi yang bersifat fisik
Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik pada mereka yang dibebani sanksi tersebut. Contohnya didera, dipenjara
dan lainnya. b.
Sanksi yang bersifat psikologik Sanksi psikologik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan yang
dikenakan pada si pelanggar norma itu bersifat kejiwaan dan mengenai perasaan. Contohnya hukuman dipermalukan di muka umum,
diumumkannya segala kejahatan yang telah diperbuat dan sebagainya.
c. Sanksi yang bersifat ekonomik
Sanksi ekonomik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan yang dikenakan pada si pelanggar norma itu berupa pengurangan kekayaan
atau potensi ekonominya. Contohnya pengenaan denda, penyitaan harta dan lainnya.
Pada prakteknya, ketiga jenis sanksi tersebut di atas itu sering kali diterapkan secara bersamaan tanpa bisa dipisah-pisahkan. Untuk
mengusahakan terjadinya konformitas, kontrol sosial sesungguhnya juga dilaksanakan dengan menggunakan insentif-insentif positif. Insentif
adalah dorongan positif yang akan membantu individu-individu untuk segera meninggalkan perilaku-perilaku yang salah. Jenis insentif bisa
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: a.
Insentif yang bersifat fisik Insentif fisik tidaklah begitu banyak ragamnya, serta tidak begitu
mudah diadakan. Rasa nikmat jasmaniah yang diperolah tidaklah akan sampai seekstrim rasa derita yan dirasakan di dalam sanksi fisik.
Misalnya jabatan tangan, usapan tangan di kepala dan lainnya. Insentf ini hanya sekedar simbol saja. Kebanyakan insentif fisik lebih tepat
dirasakan sebagai insentif psikologik.
b. Insentif yang bersifat psikologik
c. Insentif yang bersifat ekonomik
Insentif ekonomik kebanyakan berwujud hadiah-hadiah barang atau ke arah penghasilan uang yang lebih banyak.
5.3 Efektif Tidaknya Kontrol Sosial