K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l
| 47
a Kerumunan yang bertindak emosional acting mobs, bertujuan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. b
Kerumunan yang bersifat immoral immoral crowds kerumunan yang bertentangan denan norma-norma masyarakat. Contohnya:
orang mabuk. b.
Publik Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, tidak ada pusat perhatian yang tajam dan karena itu kesatuan juga tidak ada.
Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual. Individu- individu dalam suatu publik masih mempunyai kesadaran akan
kedudukan sosial yang sesungguhnya dan juga masih lebih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadi dari pada mereka yang
tergabung dalam kerumunan.
4.2 Lembaga Kemasyarakatan Lembaga Sosial
Lembaga kemasyarakatan atau sosial institution atau sama dengan pranata sosial. Tetapi sosial institution menunjuk pada adanya unsur-
unsur yang
mengatur perilaku
warga masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan
dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Istilah lain dari lembaga kemasyarakatan adalah bangunan sosial dari bahasa Jerman Soziale Gebilde menggambarkan bentuk dan
susunan sosial institution. Disini istilah yang digunakan adalah lembaga kemasyarakatan, karena lembaga lebih menunju pada sesuatu bentuk,
sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga
tersebut.
Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf
kebudayaan bersahaja atau modern. Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Robert Maclever dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara
atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang
dinamakan asosiasi. Sedangkan Leopold Von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya, yang berarti
48 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-
hubungan tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan- kepentingan manusia dan kelompoknya.
Sumner melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan, yang berarti sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan
kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan masyarakat. Fungsi lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah- masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-
kebutuhan; b.
Menjaga keutuhan masyarakat; c.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial sosial control.
4.2.1 Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan
a. Norma-Norma Masyarakat
Norma-norma masyarakat dibentuk bertujuan agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana mestinya.
Mula-mula norma terbentuk secara tidak sengaja, namun lama-kelamaan dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat
mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Agar dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis
dikenal dengan adanya empat pengertian Soekanto, 2012, yaitu: 1.
Cara usage Cara menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma ini mempunyai
kekuatan yang sangat lemah dibandingkan dengan kebiasaan. Cara lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.
2. Kebiasaan folkways
Kebiasaan menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar
dari pada cara. Kebiasaan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
3. Tata kelakuan mores
Menurut Maclever dan Page, mores atau tata-kelakuan adalah kebiasaan yang tidak semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja
akan tetapi bahkan diterima sebagai tata-kelakuan. Tata-kelakuan sangat penting, karena:
K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l
| 49
a Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata
kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang seorang anggota masyarakat melakukan suatu perbuatan;
b Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. Di
satu pihak tata kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan kemasyarakatan yang
berlaku. Di lain pihak mengusahakan agar masyarakat menerima seseorang oleh karena kesanggupannya untuk menyesuaikan diri;
c Tata kelakuan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat.
4. Adat istiadat custom
Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi
custom atau adat istiadat.
Norma-norma yang ada dalam masyarakat setelah mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga
kemasyarakatan. Proses pelembagaan yaitu proses yang dilewatkan oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga
kemasyarakatan. Adanya proses di atas, dibedakan antara lembaga kemasayarakatan sebagai peraturan operative sosial institutions dan
yang sungguh-sungguh berlaku operative sosial institutions. Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma
tersebut membatasi serta mengatur perilaku orang-orang.
Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai yang sungguh-sungguh berlaku, apabila norma-normanya sepenuhnya membantu pelaksanaan
pola-pola kemasyarakatan. Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga institutionalized, apabila norma tersebut:
1. Diketahui;
2. Dipahami atau dimengerti;
3. Ditaati dan;
4. Dihargai.
Antara norma atau kaidah-kaidah yang mengatur pribadi manusia dan hubungan antar pribadi. Kaidah-kaidah pribadi mencakup:
1. Norma kepecayaan yang bertujuan agar manusia beriman;
2. Norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia mempunyai hati
nurani yang bersih. Sedangkan kaidah antar pribadi mencakup:
1. Kaidah kesopanan bertujuan agar manusia bertingkahlaku dengan baik
di dalam pergaulan hidup; 2.
Norma hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.
50 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
b. Sistem Pengendalian Sosial Sosial Control
Pengendalian Sosial diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta
aparaturnya. Pengendalian Sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau
bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian Sosial dapat dilakukan oleh
individu terhadap individu lainnya atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial dan dapat dilkukan oleh suatu kelompok
lainnya atau suatu kelompok terhadap individu. Pengendalian Sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan dalam masyarakat atau bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan atau
kesebandingan.
Pengendalian sosial dapat bersifat: 1.
Bersifat prenventif dalam arti merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara
kepastian dengan keadilan. Usaha-usaha preventif misalnya: dijalankan melalui sosialosasi, pendidikan formal dan informal.
2. Sedangkan usaha-usaha yang represif bertujuan untuk mengembalikan
keserasian yang pernah mengalami gangguan. Wujud dari usaha represif adalah menjatuhkan sanksi terhadap para warga masyarakat
yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yaitu
tanpa kekerasan persuasif ataupun dengan paksaan cooercive. Pengendalian sosial itu sendiri berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah
baru yang menggantikan kaidah-kaidah lama yang telah goyah. Dalam pengendalian sosial juga dikenal teknik-teknik, sebagai berikut:
1. Compultion, diciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga seseorang
terpaksa taat atau mengubah sikapnya. Yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung.
2. Pervation, norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaiannya
sedemikian rupa dengan harapan bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang.
Perwujudan pengendalian sosial sebagai berikut: 1.
Pemidanaan Pemidanaan adalah suatu larangan yang apabila dilanggar, akan
mengakibatkan penderitaan sanksi negatif bagi pelanggarnya. 2.
Kompensasi Pada kompensasi standar atau patokannya adalah kewajiban, di mana
inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan.
K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l
| 51
3. Terapi
Terapi maupun konsiliasi sifatnya remidial. Artinya bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula yaitu sebelum terjadinya
perkara atau snegketa.
4.2.2 Ciri-Ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan
Gillin dan Gillin, menguraikan beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:
a. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran
dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasinya;
b. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga
kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah
melewati waktu yang relatif lama; c.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu;
d. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga bersangkutan; e.
Lembaga-lembaga biasanya juga merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan;
f. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis ataupun
yang tidak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain-lain.
4.2.3 Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan
Menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Dari sudut perkembangannya, dibagi menjadi:
1. Cresive institution atau lembaga-lembaga primer, merupakan
lembaga-lembaga yang secara tidak disengaja tumbuh dari adat- istiadat masyarakat;
2. Enacted institution merupakan lembaga-lembaga dengan sengaja
dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. b.
Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, dibagi menjadi: 1.
Basic institution merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata-tertib dalam
masyarakat; 2.
Subsidiary institution
merupakan lembaga
kembaga kemasyarakatan yang sangat penting.
52 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
c. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan:
1. Approved atau sosial sanctioned institution adalah lembaga-
lembaga yang diterima masyarakat; 2.
Unsanctioned institution adalah lembaga-lembaga yang ditolak masyarakat.
d. Dari sudut faktor penyebarannya, dibagi menjadi:
1. General instiution merupakan lembaga-lembaga karena dikenal
oleh hampir semua masyarakat dunia; 2.
Restricted institution merupakan lembaga-lembaga karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini.
e. Dari sudut fungsinya, dapat dibedakan menjadi:
1 Operative institution berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun
pola-pola atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapi tujuan lembaga yang bersangkutan;
2 Regulative institution bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau
tata-kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri.
4.2.4 Cara-Cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan
Pendekatan untuk mempelajari lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:
a. Analisis secara historis, bertujuan menelit sejarah timbul dan
perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu; b.
Analisis komparatif, bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam berbagai masyarakat berlainan ataupun
berbagai lapisan sosial masyarakat tersebut; c.
Analisis fungsional, bertujuan untuk menyelidiki dengan jalan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga tersebut di dalam
suatu masyarakat tertentu. 4.2.5
Confirmity dan Deviation Masalah confirmity dan deviation, berhubungan erat dengan
pengendalian sosial. Confirmity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai
masyarakat. Sedangkan deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Diadakannya kaidah serta peraturan-
peraturan lain-lain di dalam masyarakat adalah dengan maksud supaya ada comformity warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di
dalam masyarakat yang bersangkutan.
K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l
| 53
Robert K. Merton meninjau penyimpangan deviasi dari sudut struktur sosial dan budaya. Menurut Merton, di antara seluruh unsur
sosial budaya terdapat dua unsur terpenting yaitu kerangka aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai aspirasi
tersbeut. Apabila tidak ada keserasian antara aspirasi dengan saluran- saluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita, maka terjadilah perilaku
menyimpang atau deviation behavior.
Berpudarnya pegangan pada kaidah-kaidah, menimbulkan keadaan yang tidak stabil dan keadaan tanpa kaidah oleh Emile Durkheim
dinamakan anomie. Pola-pola penyerasian menurut Merton tergambar dalam skema berikut:
No Bentuk-Bentuk
Usaha Penyelarasan Nilai
Sosial Budaya
Cara-Cara Norma
yang Telah
Melembaga 1
Conformity +
+ 2
Innovation +
- 3
Ritualism -
+ 4
Retreatism -
- 5
Rebellion ±
± Catatan: tanda + berarti terjadi penyelarasan dalam arti bahwa warga
masyarakat menerima nilai-nilai sosial-budaya atau norma- norma yang ada, sedangkan tanda - berarti menolak. Tanda ±
menunjuk pada pola-pola perilakuan yang menolak dan menghendaki nilai-nilai dan norma-norma yang baru.
Conformity terdapat pada masyarakat-masyarakat yang secara
relatif stabil. Cara-cara yang telah melembaga memberikan peluang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mencapai nilai-nilai sosial
budaya yang menjadi cita-citanya. Pada innovaion tekanan terlampau diletakkan pada nilai-nilai sosial budaya yang pada suatu saat berlaku,
sedankan warga masyarakat merasakan bahwa cara atau kaidah-kaidah untuk mencapai tujuan tersebut kurang memadai.
Ritualism terjadi pada warga masyarakat yang berpegang teguh
pada kaidah-kaidah yang berlaku walaupun harus mengorbankan nilai- nilai sosial budaya yang berlaku. Sedangkan retratism terjadi apabila
nilai-nilai sosial budaya yang berlaku tidak dapat tercapai melalui cara- cara yang telah melembaga. Tetapi para warga masyarakat mempunyai
kepecayaan yang demikian dalamnya sehingga mereka tidak ingin menyimpang dari norma-norma yang telah melembaga. Pada rebillion
54 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
semua nilai-nilai sosial budaya maupun kaidah-kaidah yang berlaku ingin diubah semua untuk diganti dengan hal-hal yang sama sekali baru.
Bahan Diskusi
Identifikasi permasalahan yang ada di kelompok anak jalanan dan geng motor serta berikan solusi permasalahannya ?
Rangkuman
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama yang menyangkut kaitan timbal-
balik yang saling pengarug-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Tipe-tipe kelompok sosial dapat
diklasifikasikan dari beberapa sudut atau dasar berbagai kriteria ukuran. Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial adalah kelompok sosial dipandang
dari sudut individu, in group dan out group, kelompok primer primary group
dan kelompok sekunder secondary group, paguyuban gemeinschaft dan patembayan gesellschaft, formal group dan informal
group , membership group dan reference group, dan kelompok
okupasional dan volonter. Lembaga kemasyarakatan atau sosial institution atau sama dengan
pranata sosial. Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat
tanpa memperdulikan
apakah masyarakat
tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern. Lembaga
kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat. Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan persyaratan kelompok sosial ?
2. Jelaskan in group dan out group dalam tipe-tipe kelompok sosial ?
3. Sebutkan fungsi lembaga kemasyarakatan ?
Tindak Lanjut
Setelah memahami bab 4 empat dengan baik maka mahasiswa disarankan untuk melanjutkan ke bab 5 lima.
K e l o m p o k d a n K e l e m b a g a a n S o s i a l
| 55 Daftar Bacaan
Merton, Robert K. 1967. Social Theory and Social Structure. New York: The Free Press.
Schaefer, Ricard T. 2012. Sociology. Jakarta: Salemba Humanika. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers.
56 |
S O S I O L O G I K E S E H A T A N
Kompetensi:
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup sosiologi, metode dalam sosiologi, proses-proses sosial, perubahan sosial
dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, kependudukan dan kesehatan, kemiskinan dan kesehatan,
keseimbangan lingkungan dan kesehatan, bencana dan kesehatan, gender dan kesehatan.
Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat menjelaskan pengendalian sosial atau kontrol sosial. Ruang Lingkup Materi:
Bab ini berisi uraian tentang pentingnya kontrol sosial, sarana kontrol sosial yang utama, efektif tidaknya kontrol sosial, dan bentuk kontrol
sosial. Uraian :
Istilah kontrol sosial social control merujuk pada teknik dan strategi yang mencegah perilaku manusia untuk menyimpang dalam
semua masyarakat Schaefer, 2012. Kontrol sosial terjadi di semua level masyarakat. Kontrol untuk mengatur perilaku masyarakat ini disertai
dengan sanksi atau hukuman dan penghargaan karena melakukan sesuatu yang terkait dengan sebuah norma sosial.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto 2012, kontrol sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang
bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
5.1 Pentingnya Kontrol Sosial