Jika  dilihat  pada  pelaksanaanya  di  RSU  Kota  Tangerang Selatan  yang  pada  kenyataannya  memiliki  kendala  dalam
pengoperasionalan  aplikasi  yang  terkadang  sering  tidak  mampu dioperasikan.  BPJS  telah  lengah  terhadap  aspek  ketepatan  waktu
dan  efisiensi  pelaksanaan  di  rumah  sakit sehingga  program  tidak berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi
Pemerintah Pusat Kementerian Kesehatan dan BPJS agar mampu meningkatan kualitas teknologinya dalam pelayanan pada program
JKN,  seperti  yang  juga  termuat  pada  Peraturan  Presiden  No.  71 tahun 2013 pasal  43 yang menyatakan untuk menjaga mutu dan
biaya  program  JKN  harus  dilakukannya  Penilaian  Teknologi Kesehatan Health Technology Assessment.
6.2.5. Pembahasan Sikap Para Pelaksana
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan
bagian  bagian  isi  dari  kebijakan  maka  mereka  akan  melaksanakan dengan  senang  hati  tetapi  jika  pandangan  mereka  berbeda  dengan
pembuat  kebijakan  maka  proses  implementasi  akan  mengalami banyak masalah dalam disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana akan
menimbulkan hambatan hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan.
Secara  umum  petugas  yang  melaksanakan  program  JKN  baik dari sisi medis maupun non-medis harus menjalankan tugasnya sebaik
mungkin  karena  merupakan  kebijakan  top-down  dimana  kebijakan atau  program  ini  lahirnya  dari  pemerintah  pusat  untuk  seluruh
Indonesia  Berdasarkan  pemaparan  pada  bab  sebelumnya,  sikap penerimaan terlihat  dari  pendapat  para  informan  mengenai  program
yang baru ini, hal ini merupakan salah satu hal positif program dapat berjalan  secara  berkelanjutan.  Pada  posisi  yang  menjadi  informan
merupakan ujung tombak pelaksanaan program, mereka mengetahui secara jelas tugas dan fungsi jabatannya.
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn, sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi
keberhasilan atau  kegagalan  implementasi  kebijakan  publik.  Hal  ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
hasil  formulasi  warga  setempat  yang  mengenal  betul  permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya
bersifat  top  down  yang  sangat  mungkin  para  pengambil  keputusan tidak  mengetahui  bahkan  tak  mampu  menyentuh  kebutuhan,
keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.
6.2.6. Pembahasan Lingkungan
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi  publik  dalam  perspektif  yang  ditawarkan  oleh  Van
Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan  sosial,  ekonomi,  dan  politik  yang  tidak  kondusif dapat  menjadi  biang  keladi  dari  kegagalan  kinerja  imlementasi
kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan external.
Berdasar  penelitian  Sumaryana  2011  mengenai  pengaruh lingkungan  terhadap  implementasi  kebijakan  tata  ruang  di  kota
Bandung  menyatakan  bahwa  lingkungan  sosial  sangat  menentukan terimplementasinya sebuah kebijakan secara baik,
Jika  ditarik  dari  penelitian  diatas,  pada  penyelenggaraan program  JKN  di  RSU  Kota  Tangerang  Selatan,  lingkungan  yang
sangat  kondusif  dan  tepat  untuk  pelaksanaan  program,  walaupun terkesan  program  JKN  dirancang  untuk  diluncurkan  pada  akhir
jabatan  pemerintah  saat  ini.  Seyogyanya  pelaksanaan  JKN  tidak terlepas  dari  kinerja  pemerintah  daerah,  dukungan  dari  pemerintah
daerah  juga  menjadi aspek  penentu  terselenggaranya  program  JKN. Oleh  sebab  itu,  pelaksanaan  yang  mendapat  dukungan  positif  dari
pemerintah  daerah  dan  masyarakat  menjadi  sangat  penting,  bukan hanya  menjadi  tanggung  jawab  implementors  pelaksana  dalam
penyelenggaraan program. Namun juga harus terlibatnya masyarakat dan birokrasi daerah dengan perangkat-perangkatnya.
Van  Meter  dan  Van  Horn  juga  mengajukan  hipotesis  bahwa lingkungan ekonomi sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi
pelaksana  akan  mempengaruhi  karakter  badan  badan  pelaksana, kecenderungan  para  pelaksana  dan  pencapaian  itu  sendiri  .kondisi
kondisi  lingkungan  dapat  mempunyai  pengaruh  yang  penting  pada keinginan  dan  kemampuan  yuridiski  atau  organisasi  dalam
mendukung  struktur-struktur,  vitalitas  dan  keahlian  yang  ada  dalam badan  badan  administrasi  maupun  tingkat  dukungan  politik  yang
dimilki.  Kondisi  lingkungan  juga  akan  berpengaruh  pada kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah masalah
yang  dapat  diselesaikan  oleh  suatu  program  begitu  berat  dan  para warga  negara  swasta  serta  kelompok  kepentingan  dimobilsir  untuk
mendukung suatu program maka besar kemungkinan para pelaksana menolak program tersebut.
Lebih  lanjut  Van  Meter  dan  Van  Hon  menyatakan  bahwa kondisi  kondisi  lingkungan  mungkin  menyebapkan  para  pelaksana
suatu  kebijakan  tanpa  mengubah  pilihan  pilihan  pribadi  mereka tentang  kebijakan  itu.  Akhirnya,  faktor-faktor  lingkungan  ini
dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian pemberian pelayanan publik. Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar
atau membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan para  pelaksana  dan  kekuatan  kekuatan  lain  dalam  model  ini  juga
mempunyai pengaruh terhadap implementasi program.
6.3. Pembahasan Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Rumah
Sakit Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan JKN 6.3.1.
Pembahasan Aspek RegulasiPeraturan Perundangan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pada pelaksanaan di  rumah  sakit,  peraturan-peraturan  yang  ada  sudah  sesuai  dengan
kebutuhan penyelenggaraan di rumah sakit. Penyelenggaraan regulasi sudah  dapat  menjadi  pengangan  rumah  sakit  untuk  melakukan
serangkaian pembuatan standar-standar yang mengikuti kultur rumah sakit.
Aspek  Regulasi  yang  sudah  terpenuhi  antara  lain  adalah peraturan mengenai pelaksanaan JKN, sistem pelaporan rumah sakit
ke BPJS, sistem pembayaran dan penagihan klaim, dll. Sehingga,  peneliti  melihat  bahwa  peraturan  yang  ada  sudah
mumpuni  untuk  menjalankan  program  secara  baik  dan  menjadi pegangan dalam penyelenggaraan di rumah sakit.
6.3.2. Pembahasan Aspek Kepesertaan
Kepesertaan  JKN  di  RSU  Kota  Tangerang  Selatan  pada pelaksanaannya  mendapatkan  respon  yang  baik,  terlihat  dari
meningkatnya  jumlah  pasien  yang  berobat  di  RSU  Kota  Tangerang Selatan dengan program tersebut.
Target  kepesertaan  semesta  yang  ditargetkan  oleh  Pemerintah melalui BPJS Kesehatan akan tercapai dengan konsistensi kepesertaan
saat  ini.  Hanya  saja  diharapkan  kedepannya  penguatan  sistem informasi kepesertaan yang lebih baik.