Sumber Daya Finansial Pembahasan Sumber Daya

penataan SDM pada sebuah institusi harus berjalan dengan maksimal agar program dapat terus berjalan.

2. Sumber Daya Finansial

Sumberdaya finansial menjadi penting juga dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah program, bahkan terkadang program memerlukan budget yang banyak untuk menghasilkan program yang berkualitas pula. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 pasal 32 menyatakan BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan yang memberikan layanan kepada Peserta. Besaran biayanya berdasarkan kesepakatan antaran BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah yang mengacu kepada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sumber Pembiayaan Program JKN berdasarkan hasil wawancara adalah dari penagihan klaim kepada BPJS Kesehatan. Selanjutnya dana yang dikucurkan oleh BPJS Kesehatan bersumber dari nilai klaim yang ditagihkan oleh rumah sakit, pembayaran ini sesuai dengan paket INA-CBGs yang telah ditetapkan pemerintah. Sehingga besaran untuk satu periode penyakit disamaratakan, dengan demikian rumah sakit harus mampu membuat manajemen untuk pemanfaatan dana secara benar. Selain itu, rumah sakit masih mendapatkan subsidi berupa dana dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk alat kesehatan dan obat, sehingga untuk saat ini tidak merasa terbebani dengan nilai tarif yang berbeda. Namun sebaiknya dalam pelaksanaan program JKN agar semakin baik pada masa yang akan datang, rumah sakit harus siap dengan pengelolaan dana sendiri, saat ini posisi RSU Kota Tangerang Selatan yang masih SKPD, tentu menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Sehingga pengelolaan dana masih terpusat di Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Terkait beberapa permasalahan yang terjadi berkenaan dengan pembiayaan yang dipaparkan pada bab sebelumnya, permasalahan di RSU kota Tangerang Selatan mengerucut kepada dua masalah yaitu keterlambatan pencairan klaim dan perbedaan nilai tarif pelayanan dengan nilai paket INA-CBGs. Hal ini terlihat jelas merupakan implikasi dari pelaksana yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya sesuai waktunya. Permasalahan keterlambatan pencairan klaim merupakan prioritas yang harus diselesaikan oleh rumah sakit dan BPJS segera, di satu sisi peran rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan akan terganggu jika pendanaan terhambat, solusi yang dapat peneliti berikan adalah: a. Melakukan pemusatan pada penagihan dan pemberkasan yang terjadwal, sehingga ketika diluar jadwal akan dilakukan peneguran. Contohnya, setiap bulannya pada tanggal 28 berkas sudah lengkap dan sudah diverifikasi terlebih dahulu oleh internal rumah sakit mengenai kelengkapannya. b. BPJS melalui peraturannya sudah menargetkan 15 hari kerja setelah klaim diajukan lengkap dana akan diterima oleh fasilitas kesehatan, berarti harus ada pemberian sanksi jika setelah 15 hari dana belum juga dikirim kepada kas daerah. c. Karena rumah sakit harus mengambil uang pembayaran klaim dari BPJS melalui kas daerah, sebaiknya sudah dibuat kesepakatan antara rumah sakit dengan pemerintah daerah tentang pencairan dana dari BPJS secara langsung, agar pelaksanaan operasional di rumah sakit tidak terganggu. Menurut William Savedoff 2008 menyatakan dalam bukunya bahwa hubungan antara penjamin dana asuransi dan provider pemberi pelayanan merupakan faktor kritis dalam kinerja pendanaan asuransi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan koordinatif yang baik antara BPJS dan Rumah Sakit sangat menentukan kinerja finansial untuk asuransi sosial. Selanjutnya untuk permasalahan perbedaan nilai tarif pelayanan dengan paket yang telah ditentukan dalam INA-CBGs hanya dapat diatasi dengan melakukan peninjauan kembali oleh pihak rumah sakit untuk melakukan pembelian obat ataupun alat kesehatan sesuai dengan budget nilai angka harga pelayanan yang ditentukan oleh pemerintah untuk selanjutnya. Peneliti menyarankan agar lebih membangun sistem manajemen di rumah sakit secara berkesinambungan, karena jika manajemen rumah sakit tidak mampu mengelola dana maupun pembuatan kebijakan khusus, maka dikhawatirkan rumah sakit akan terus menerima kerugian secara terus menerus.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana