6.3. Pembahasan Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Rumah
Sakit Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan JKN 6.3.1.
Pembahasan Aspek RegulasiPeraturan Perundangan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pada pelaksanaan di rumah sakit, peraturan-peraturan yang ada sudah sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan di rumah sakit. Penyelenggaraan regulasi sudah dapat menjadi pengangan rumah sakit untuk melakukan
serangkaian pembuatan standar-standar yang mengikuti kultur rumah sakit.
Aspek Regulasi yang sudah terpenuhi antara lain adalah peraturan mengenai pelaksanaan JKN, sistem pelaporan rumah sakit
ke BPJS, sistem pembayaran dan penagihan klaim, dll. Sehingga, peneliti melihat bahwa peraturan yang ada sudah
mumpuni untuk menjalankan program secara baik dan menjadi pegangan dalam penyelenggaraan di rumah sakit.
6.3.2. Pembahasan Aspek Kepesertaan
Kepesertaan JKN di RSU Kota Tangerang Selatan pada pelaksanaannya mendapatkan respon yang baik, terlihat dari
meningkatnya jumlah pasien yang berobat di RSU Kota Tangerang Selatan dengan program tersebut.
Target kepesertaan semesta yang ditargetkan oleh Pemerintah melalui BPJS Kesehatan akan tercapai dengan konsistensi kepesertaan
saat ini. Hanya saja diharapkan kedepannya penguatan sistem informasi kepesertaan yang lebih baik.
6.3.3. Aspek Keuangan
Jika berkaca kepada pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia, banyak rumah sakit swasta maupun pemerintah yang merasa rugi
dalam penyelenggaraan program JKN karena sering terjadi selisih biaya operasional dengan paket yang ditentukan oleh pemerintah,
sebagian besar merupakan rumah sakit swasta ataupun rumah sakit pemerintah yang sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah
BLUD. Pada kondisinya saat ini, RSU Kota Tangerang Selatan yang
merupakan SKPD Pemerintahan sendiri mendapatkan dana alokasi tahunan yang telah dianggarkan pemerintah kota, sehingga ketika
rumah sakit lain merasa terbebani dengan paket pembiayaan yang tidak sesuai, RSU Kota Tangerang Selatan tidak akan mengalami
permasalahan tersebut. Peneliti melihat hal ini mampu menjadi kekuatan sekaligus
kelemahan penyelenggaraan
program JKN,
jika dilihat
keberlangsungan program JKN, sebaiknya rumah sakit mampu menjadi BLUD sendiri yang akan mampu mengelola keuangan
instansinya tanpa campur tangan pemerintah kota dalam proses internalnya. Alasannya, jika nanti pergantian pemimpin daerah maka
bisa saja beberapa program lama tidak akan sesuai dengan program yang baru dari pemerintahan yang baru, yang nantinya akan berefek
pada penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit.
Hal ini berlandaskan kepada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dimana
pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Saran peneliti agar rumah sakit mampu menjadi BLUD dan
mengelola aspek keuangannya secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah daerah dari segi operasional pelayanan.
6.3.4. Aspek Pelayanan Kesehatan