pungutan liar yang membebani masyarakat. Oleh sebab itu perlu diupayakan sistem insentif yang lain agar masyarakat termotivasi untuk mengembangkan
hutan rakyat. Pemda Kabupaten Donggala lewat Dinas Kehutanan dan Perkebunan telah
berupaya untuk mendukung upaya pengembangan hutan rakyat. Dukungan Pemda tersebut secara nyata lewat pelaksanaan kegiatan Gerhan. Pelaksanaan kegiatan
Gerhan tersebut telah memicu masyarakat untuk mengembangkan hutan rakyat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menyukseskan program Gerhan, yaitu
penyediaan bibit, penyuluhan dan pelatihan singkat. Pelatihan singkat ini dimaksudkan untuk membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan. Kegiatan tersebut mulai dari penyiapan lahan, penggalian lubang tanaman, pengangkutan bibit, dan
penanaman. Di samping itu, Pemda Kabupaten Donggala telah menerbitkan Perbub Nomor 14 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemanfaatan Hutan
Hak. Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan kepada para petani pemilik hutan hak, dalam memanfaatkan hasil hutan yang tumbuh di atas lahan milik
pribadi.
c. Peningkatan Permintaan Pasar Kayu Rakyat
Sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan para petani hutan rakyat, diperoleh informasi bahwa industri plywood yang ada di Kota Palu sangat
antusias untuk memperoleh pasokan bahan baku dari tanaman rakyat berupa kayu jati dan gmelina dengan diameter 20 cm ke atas. Namun karena belum adanya
kesepakatan harga, maka petani belum bersedia untuk menjualnya. Hal ini harus mendapat perhatian dari pemerintah untuk memberikan informasi harga yang
tidak merugikan petani. Di samping itu, permintaan kayu dari unit-unit usaha kayu pertukangan
yang tersebar di luar Kabupaten Donggala khususnya Kota Palu cukup banyak. Hal ini dapat dijadikan suatu peluang karena usaha kayu pertukangan tidak
memberikan syarat kayu dengan kelas awet dan kelas kuat tertentu. Sebaliknya, justru dibutuhkan kayu dengan jenis-jenis yang ringan untuk tujuan pembuatan
meubeler seperti meja, kursi, buffet, dan lemari.
Peningkatan permintaann kayu rakyat tersebut sebagai respon pasar yang dari tahun ke tahun mengalami kesulitan untuk mendapatkan kayu dari hutan
alam. Hal ini menjadi suatu peluang yang menjanjikan bagi para petani pengembang hutan rakyat.
d. Adanya Gap Pemenuhan Kayu dari Hutan Alam
Kesenjangan antara permintaan kayu bulat oleh industri kayu dengan jumlah pasokan bahan baku, telah menjadi isu yang penting dalam pertumbuhan
industri kayu di Kabupaten Donggala. Sesuai dengan data Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri RPBBI bahwa pada tahun 2010 jumlah permintaan kayu
bulat oleh industri penggergajian kayu yang ada di Kabupaten Donggala dan Kota Palu sebesar 28.244.30
m
³. Berdasarkan izin pemungutan kayu yang diterbitkan oleh Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Donggala, maka rencana pasokan kayu pada tahun 2010 sebesar 11.645.26 m³ dengan rincian pasokan dari hutan alam sebesar 970
m
3
Sesuai dengan data yang tersedia dan berdasarkan hasil pengamatan lapangan, bahwa pasokan bahan baku kayu yang diperoleh dari IPK hanya untuk
memenuhi kebutuhan industri kayu yang terkait langsung dalan satu manejemen usaha. Hal ini dapat dilihat bahwa PT. Satya Sena Indratama sebagai produsen
kayu bulat, bertindak sebagai pemasok bahan baku bagi industri kayu PT. Laju Lancar Lestari. Kedua perusahaan tersebut bernaung dalam satu manajemen
usaha. Sebaliknya pasokan bahan baku kayu dari IPKHH adalah untuk memenuhi kebutuhan industri kayu lainnya. Akibat yang ditimbulkan dari kesenjangan
tersebut di atas adalah menurunnya jumlah pasokan kayu bagi industri perkayuan di Kabupaten Donggala. Hal ini berimplikasi pada tidak beroperasinya sejumlah
industri kayu. Di samping itu industri kayu yang masih aktif beroperasipun melakukan penurunan pemenuhan kebutuhan bahan baku.
yang berasal dari IPK dan dari hutan rakyat berupa IPKHH sebesar 10.725.26 m³. Besar kesenjangan antara permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh
penawaran kayu bulat sebesar 16.599.04 m³.
Dengan demikian pasokan kebutuhan akan bahan baku kepada industri kayu seperti tersebut di atas telah menunjukkan bahwa peran hutan rakyat sebagai
subsitusi kebutuhan bahan baku dari IPK hutan alam dapat dijadikan peluang untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Donggala.
e. Peningkatan Harga Kayu dari Tahun ke Tahun
Peningkatan harga kayu secara umum dipengaruhi oleh peningkatan permintaan kayu oleh konsumen. Di samping itu, peningkatan harga kayu di
tingkat produsenpetani juga disebabkan oleh menurunnya pasokan kayu dari hutan alam. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan para petani, harga
kayu untuk jenis non komersial atau sebutan lain untuk jenis rimba campuran setiap tahun mengalami peningkatan sebesar rata-rata 10-12. Sebagai contoh
pada tahun 2009 harga kayu untuk jenis rimba campuran dari hutan rakyat rata- rata sebesar Rp 1 100 000m³, sedangkan pada tahun 2010 naik menjadi Rp 1 250
000m³. Selanjutnya untuk kayu yang termasuk dalam kelompok jenis meranti
mengalami kenaikan rata-rata sebesar 11. Pada tahun 2009 harga kayu untuk jenis meranti sebesar Rp 1 200 000m³ dan pada tahun 2010 rata-rata naik menjadi
Rp 1 350 000m³. Walaupun kenaikan harga kayu pada tingkat petani belum signifikan, namun hal ini dapat merupakan peluang bagi petani untuk terus
mengembangkan hutan rakyat. Peningkatan harga tiga tahun terakhir seperti pada Gambar 14.
Gambar 14 Peningkatan harga kayu rakyat tahun 2008-2010 Gambar 14 menunjukkan bahwa secara keseluruhan pada setiap tahun
terjadi peningkatan harga. Perbedaan peningkatan harga pada petani dipengaruhi