Hasil analisis pada Gambar 16 jika dikaitkan dengan tingkat produktivitas penduduk berdasarkan kategori umur seperti dikemukakan oleh Kamaludin 2003
maka responden yang termasuk ketegori usia sangat produktif 25-45 tahun persentasenya lebih tinggi kemudian disusul oleh produktif 46-60 tahun, non
produktif 24 tahun dan non produktif 60 tahun. Berdasarkan karakteristik usia tersebut, responden paling banyak adalah masyarakat yang termasuk dalam
kategori usia sangat produktif. Hal tersebut menjamin bahwa ketersediaan sumberdaya manusia yang dapat mendukung dan berpartisipasi dalam aktivitas
pembangunan dan pemanfataan sumberdaya khususnya pengembangan hutan rakyat cukup banyak. Faktor usia juga menentukan objektivitas seseorang dalam
memberikan pendapat maupun penentuan sikap dan pilihan terhadap pengembangan hutan rakyat.
Tersedianya tenaga kerja pada daerah penelitian diharapkan menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan guna pengembangan usaha kayu rakyat. Selain
itu, kultur dari masyarakat yang umumnya lebih memilih untuk bekerja di kampung sendiri dari pada ke kota kecuali untuk menuntut ilmu merupakan
kekuatan tersendiri yang dapat dimanfaatkan guna memaksimalkan potensi tenaga kerja yang ada. Dengan demikian, tersedianya tenaga kerja dalam jumlah dan usia
yang produktif diharapkan dapat menjadi daya gerak dalam percepatan pembangunan hutan rakyat ke depan.
f. Adanya Partisipasi Masyarakat
Partisipasi merupakan kunci sukses dalam mewujudkan pengembangan hutan rakyat dengan pendekatan pemberdayaan petani. Partisipasi yang dimaksud
dalam penelitian ini dikaji pada partisipasi masyarakat dilokasai penelitian dalam pelaksanaan kegiatan penanaman, pengamanan, dan partisipasi pada kegiatan
pelatihanpenyuluhan. Partisipasi masyarakat pada kegiatan pelatihanpenyuluhan seperti pada Gambar 13.
Gambar 13 Partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan pelatihan penyuluhan
Gambar 13 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhanpelatihan cukup tinggi 62.86. Hal ini berpengaruh pada
penyerapan informasi dan teknologi bagi kegiatan pengembangan hutan rakyat. Untuk kegiatan penanaman masyarakat melakukan secara mandiri pada lahan
masing-masing dibawah bimbinganpendampingan dari penyuluh lapangan. Selanjutnya untuk kegiatan pengamanan hutan, masing-masing pemilik lahan
bertanggung jawab atas keamanan lahannya dari kebakaran, pencurian dan kerusakan tanaman yang disebabkan oleh ternak.
5.3.2 Faktor Internal Kelemahan Weakness
Kinerja usaha kayu rakyatpun dapat dipengaruhi oleh kelemahan- kelemahan yang secara internal ada pada petani. Dibandingkan dengan faktor-
faktor kekuatan, maka kelemahan-kelemahan yang ada perlu diketahui agar dapat dilakukan minimalisasi dengan memanfaatkan kekuata-kekuatan yang ada pada
petani. Berdasarkan hasil wawancara terhadap key informan dan petani diperoleh
variabel-variabel kelemahan dari usaha pengembangan hutan rakyat seperti pada Tabel 31. Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang relatif
mempunyai skor paling tinggi, yaitu belum adanya kelembagaan di tingkat petani dengan nilai skor 0.735, sedangkan variabel dengan skor terendah, yaitu daya
jangkau ke lokasi pemanenan dengan nilai skor sebesar 0.190.