Adanya Pungutan Liar HASIL DAN PEMBAHASAN

pengertian tersebut maka peran perantara dirasa penting untuk menghubungkan antara penjualpetani dan pembeli. Namun, hal ini terkadang tidak sesuai dengan kondisi khusus peredaran kayu di Kabupaten Donggala. Pada konteks ini, middleman justru menjadi perantara yang dirasakan oleh petani banyak berfungsi sebagai free rider. Umumnya petani mengalami kesulitan untuk bertemu langsung dengan pembeli, karena peran para middleman yang menutup rantai tersebut. Dalam penentuan harga kayu umumnya dilakukan oleh petani dan middleman yang mengatasnamakan pembeli. Akibatnya, harga kayu pada tingkat petani lebih kecil. Karena middleman akan berusaha mendapat bagian dari harga yang sesungguhnya lebih dari pembeli. Pada keadaan tertentu middleman akan berlaku sebagai penjual kayu yang mengatas namakan petani dengan terlebih dahulu mendapatkan kesepakatan harga dengan petani. Keberadaan middleman sendiri merupakan salah satu taktik perdagangan yang diterapkan oleh pembeli. Umumnya pembeli dikenal sebagai pemilik utama modal, dan mempunyai usaha di bidang perkayuan yang menjadi sasaran pungutan liar selain petani. Untuk menghindari hal tersebut maka pembeli memanfaatkan middleman, yang umumnya adalah masyarakat yang berdomisili dalam satu kecamatan dengan petani hutan rakyat sebagai pembeli kayu di lapangan. Kondisi ini menjadi sesuatu yang dilematis bagi petani, karena middleman memiliki peran ganda yang begitu kuat dalam penjualan kayu dan penentuan harga, sehingga petani selalu dalam posisi lemah. 5.4 Analisis Strategi Prioritas Pengembangan Hutan Rakyat Analisis strategis ini dimulai dengan penyusunan matriks SWOT, untuk memadukan antara faktor-faktor internal dan eksternal guna mendapatkan strategi pengembangan hutan rakyat ke depan di Kabupaten Donggala. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa total skor faktor internal - kekuatan adalah 3.312, faktor internal - kelemahan 3.245. Selanjutnya total skor faktor eksternal - peluang adalah 3.325, faktor eksternal - ancaman 2.379. Sesuai dengan hasil perpaduan nilai-nilai skor internal dan eksternal tersebut di atas, diperoleh posisi strategi pengembangan hutan rakyat pada kuadran 1, yang merupakan strategi pertumbuhan dengan nilai koordinat sebesar 0.067; 0.936. Selengkapnya seperti pada Gambar 15. ` 0,9 0,6 0,3 0,1 -0,9 -0,6 -0,3 -0,1 0,0 0,1 0,3 0,6 0,9 -0,1 -0,3 -0,6 -0,9 Peluang O Hambatan T Kekuatan S Kelemahan W 0,67:0,936 Gambar 15 Diagram SWOT strategi pengembangan hutan rakyat. Diagram SWOT pada Gambar 15 menunjukkan bahwa hasil perpaduan antara variabel internal dan eksternal berada pada posisi kuadran 1. Hal ini berarti usaha kayu rakyat memiliki kekuatan dan peluang untuk dikembangkan. Karena itu menurut Rangkuti 2006, bahwa apabila titik perpaduan antara kedua variabel berada pada kuadran 1, maka harus diterapkan strategi SO Strength – Opportunities. Dengan demikian pengembangan hutan rakyat harus terus mengupayakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki petani dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada selengkapnya seperti pada Gambar 16.