Terdapat Usaha Pengembangan Hutan Rakyat
dan erosi. Pemahaman ini timbul sebagai akibat dari gejala alam berupa banjir yang pernah melanda kedua kecamatan yang dijadikan wilayah penelitian ini.
Menurut BPS Kabupaten Donggala 2009 bahwa banjir bandang yang pernah melanda kedua kecamatan tersebut terjadi pada tahun 2003 dan 2007 yang
menghanyutkan sejumlah rumah, ternak dan merusak lahan petanian dan sarana transportasi berupa jembatan. Kegiatan pembangunan hutan rakyat merupakan
salah satu upaya menjaga kelestarian lingkungan tempat tinggal masyarakat. Salah satu bentuk pemanfaatan hutan rakyat yang berwawasan lingkungan,
yaitu pemungutan kayu rakyat hasil penjarangan pohon, kayu mati dan pohon yang tumbuhnya merana untuk kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhan kayu bakar tanpa merusak ekosistem yang ada. Pengelolaan vegetasi hutan secara bijaksanapun, dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran air.
Beberapa pengelolah Daerah Aliran Sungai DAS beranggapan bahwa hutan dapat dipandang sebagai pengatur aliran air streamflow regulator, artinya bahwa
hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau Asdak 2004.
Secara hidrologis hutan memberikan efek pada kuantitas dan kualitas air Lee 1988, yaitu jumlah presipitasi yang mencapai tanah dikurangi oleh
intersepsi kanopi hutan. Selanjutnya sejumlah kelembaban tanah ditranspirasikan melalui sistem batang, daun, dan akar. Pada akhirnya melalui sistem akar,
material organik dan serasah meningkatkan infiltrasi dan kelembaban tanah. Kombinasi ketiga proses ini menyebabkan run off menjadi kecil. Waktu run off
menjadi lama dan proses pencairan air menjadi sedikit pada daerah yang berhutan dibandingkan dengan daerah yang tidak berhutan. Vegetasi memegang peranan
penting dalam mengatur banyaknya hasil air yang dihasilkan. Vegetasi hutan cenderung akan lebih menstabilkan besarnya debit puncak yang terjadi yakni debit
puncak akan lebih rendah daripada lahan pertanian Stadmuler 1989 dalam Hardiwinarto 2009. Fakta ini sangat wajar karena pada vegetasi hutan air yang
dihasilkan akan dipakai untuk konsumsi sendiri melalui proses evapotranspirasi yang relatif lebih besar dibandingkan pada lahan pertanian.
Masyarakat memahami bahwa kegiatan pengembangan hutan rakyat sangat positif dan harus terus dilanjutkan. Keberadaan hutan rakyat dapat
mencegah banjir dan erosi tanah serta sebagai penyangga sistem kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat. Karena itu keberadaannya harus dipertahankan
secara optimal untuk menjaga daya dukungnya carring capacity secara lestari. Dengan demikian diharapkan masyarakat benar-benar sadar bahwa
mengembangkan hutan rakyat bukan semata-mata mengejar keuntungan secara ekonomis tetapi juga membawa misi ekologis, yaitu konservasi tanah dan air.
Atas pemahaman akan fungsi hutan rakyat secara holistik dan terpadu tersebut, maka masyarakat dapat merasa memiliki sense of belonging terhadap
keberadaan hutan rakyat.