Analisis Faktor-Faktor SWOT HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 30 Analisis biaya dan pendapatan petani dalam usaha kayu rakyat di Kabupaten Donggala No Uraian Satuan Nilai K.Rimba Campuran 1 Produksi M³ 1.00 2 Harga Rp 1 250 000 3 Biaya Operasional a. Upah tenaga kerja Rp 700 000 b. Konsumsi dan perlengkapan Rp 400 000 4 Penerimaan1x2 Rp 1 250 000 5 Pendapatan4-3 Rp 150 000 6 RC Ratio Rp 1.14 Tabel 30 menunjukkan bahwa usaha kayu rakyat layak untuk dilaksanakan karena nilai RC Ratio lebih dari satu. Menurut Sugiarto 2005 bahwa jika satu kegiatan usaha mempunyai nilai RC ratio lebih dari satu, maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Nilai RC ratio kegiatan usaha kayu rakyat adalah sebesar 1.14 yang berarti bahwa dengan pengeluaran biaya operasional oleh petani usaha kayu rakyat sebesar Rp 1 100 000, maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 1 250 000. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan petani usaha kayu rakyat sebesar Rp150 000m³ untuk kayu rimba campuran setiap kali melakukan transaksi. Hal ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap perekonomiannya. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa usaha kayu rakyat layak untuk dikembangkan menjadi suatu usaha tetap.

d. Dampak Terhadap Pengaturan Tata Air, Banjir dan Erosi

Hutan dengan segala kekayaannya telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, tidak hanya kayu dan hasil hutan non kayu tetapi juga jasa hutan berupa perlindungan plasma nutfah, rekreasi, penciptaan iklim mikro, pemeliharaan kesuburan tanah serta pengaturan terhadap tata air. Pengembangan hutan rakyat secara ekologis berdampak pada lingkungan hidup. Masyarakat mengakui hal tersebut bahwa mereka secara langsung dapat merasakan kenyamanan, kesejukan, keindahan saat berada disekitar kawasan hutan. Sesuai dengan hasil wawancara terhadap responden, umumnya responden memahami manfaat hutan secara ekologis. Keberadaan hutan rakyat memiliki manfaat ekologis yang sangat besar sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi. Pemahaman ini timbul sebagai akibat dari gejala alam berupa banjir yang pernah melanda kedua kecamatan yang dijadikan wilayah penelitian ini. Menurut BPS Kabupaten Donggala 2009 bahwa banjir bandang yang pernah melanda kedua kecamatan tersebut terjadi pada tahun 2003 dan 2007 yang menghanyutkan sejumlah rumah, ternak dan merusak lahan petanian dan sarana transportasi berupa jembatan. Kegiatan pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya menjaga kelestarian lingkungan tempat tinggal masyarakat. Salah satu bentuk pemanfaatan hutan rakyat yang berwawasan lingkungan, yaitu pemungutan kayu rakyat hasil penjarangan pohon, kayu mati dan pohon yang tumbuhnya merana untuk kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan kayu bakar tanpa merusak ekosistem yang ada. Pengelolaan vegetasi hutan secara bijaksanapun, dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran air. Beberapa pengelolah Daerah Aliran Sungai DAS beranggapan bahwa hutan dapat dipandang sebagai pengatur aliran air streamflow regulator, artinya bahwa hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau Asdak 2004. Secara hidrologis hutan memberikan efek pada kuantitas dan kualitas air Lee 1988, yaitu jumlah presipitasi yang mencapai tanah dikurangi oleh intersepsi kanopi hutan. Selanjutnya sejumlah kelembaban tanah ditranspirasikan melalui sistem batang, daun, dan akar. Pada akhirnya melalui sistem akar, material organik dan serasah meningkatkan infiltrasi dan kelembaban tanah. Kombinasi ketiga proses ini menyebabkan run off menjadi kecil. Waktu run off menjadi lama dan proses pencairan air menjadi sedikit pada daerah yang berhutan dibandingkan dengan daerah yang tidak berhutan. Vegetasi memegang peranan penting dalam mengatur banyaknya hasil air yang dihasilkan. Vegetasi hutan cenderung akan lebih menstabilkan besarnya debit puncak yang terjadi yakni debit puncak akan lebih rendah daripada lahan pertanian Stadmuler 1989 dalam Hardiwinarto 2009. Fakta ini sangat wajar karena pada vegetasi hutan air yang dihasilkan akan dipakai untuk konsumsi sendiri melalui proses evapotranspirasi yang relatif lebih besar dibandingkan pada lahan pertanian.