b. Dukungan Pemerintah
Sektor kehutanan dewasa ini telah dihadapkan kepada beberapa permasalahan, yang secara keseluruhan menjadi kendala tersendiri dalam
pembangunan hutan rakyat yang berkelanjutan. Permasalahan yang terjadi pada sektor kehutanan selama satu dekade terakhir ini, yaitu: 1 kawasan hutan yang
belum mantap; 2 benturan kepentingankonflik pemanfaatan; 3 rendahnya penilaian terhadap sumber daya hutan; 4 kesenjangan bahan baku industri
kehutanan; 5 illegal logging; 6 illegal trade; 7 laju deforestasi yang tinggi; 8 rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan; dan 9 lemahnya
penegakan hukum Dephut 2006. Selanjutnya permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
pengembangan hutan rakyat diantaranya: 1 kebutuhan kayu terus meningkat, disisi lain pasokan kayu dari hutan alam terus menurun; 2 hutan rakyat yang
sudah ada belum dikelolah dengan baik; 3 fasilitas pemerintah belum maksimal dalam kemitraan hutan rakyat; 4 data potensi dan industri perkayuan yang
membutuhkan kayu rakyat belum tersedia secara akurat. Pemerintah pusat sebagai regulator terus berupaya untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut di atas, dengan menetapkan kebijakan-kebijakan dan atau merevisi kebijakan-kebijakan yang telah ada yang terkait dengan
pengembangan hutan rakyat ke depan. Aturan-aturan dimaksud sejalan dengan program prioritas di sektor kehutanan yang diantaranya, yaitu revitalisasi industri
kehutanan, rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan. Kebijakanprogram prioritas tersebut memiliki sasaran strategis diantaranya bertambahnya hutan
rakyat. Beberapa peraturan yang mendukung pengembangn hutan rakyat adalah
sebagai berikut: 1. Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut Nomor P.26Menhut-II2005,
tentang Pedoman Pemanfaatan Hutan Hak. 2. Permenhut. Nomor P.63Menhut-II2006, tentang Penetapan Jenis-Jenis Kayu
Hutan Rakyat yang Peredarannya Menggunakan Dokumen SKSKB.
3. Permenhut. Nomor P.55Menhut-II2006, tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara.
4. Permenhut. Nomor P.33Menhut-II2007, tentang Perubahan Kedua atas Permenhut. No.P.51Menhut-II2006, tentang Penggunaan SKAU untuk
Pengangkutan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Hak. Secara umum peraturan-peraturan tersebut di atas mengarahkan kebijakan
pengelolaan hutan rakyat melalui rehabilitasi lahan, pemanfaatan hutan rakyat agroforestry, pemanfaatan hutan hak untuk fungsi konservasi, pengaturan hak dan
kewajiban pemilik hutan rakyat, dan pengaturan peredaran kayu rakyat. Salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam pengembangan usaha kayu
rakyat adalah Permenhut. No. P.33Menhut-II2007 tentang Penggunaan SKAU saat pengangkutan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak. Kebijakan
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah terus berupaya melakukan perubahan atas peraturan-peraturan sebelumnya, terkait produksi dan peredaran kayu yang
diantaranya adalah Surat Keputusan Menteri Kehutanan SK.Menhut No.230Menhut-II1993, tentang Tata Usaha Kayu, dan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pengusahaan Hutan SK. Dirjen PH No.126Ditjen PH-IV2001, tentang Penatausahaan Hasil Hutan. Pada kedua aturan tersebut belum ada pembedaan
secara tegas penatausahaan hasil hutan dari hutan alam maupun hutan rakyat. Selanjutnya pada Permenhut. Nomor P.33Menhut-II2007 telah memberikan
pembedaan secara tegas antara kayu rakyat dan kayu dari hutan alam. Implikasinya yaitu menghindari penerapan hukuman yang sama atas
pelanggaran pemungutan dan peredaran kayu yang dilakukan terhadap hasil hutan negara dan hutan rakyat, mencegah ekonomi biaya tinggi terutama akibat
pelayanan yang bersifat birokratis, rent seeking dan pengendalian distribusi kayu bulat. Aturan-aturan tersebut dibuat dengan maksud melindungi hak-hak rakyat
terhadap hasil hutan miliknya, sedangkan tujuannya adalah memberikan kepastian hukum terhadap konsumen, menekan biaya tinggi yang ditanggung masyarakat,
dan mempermudah pelayanan kepada masyarakat. Meskipun semangatnya memberikan apresiasi kepada pengelolah hutan rakyat, namun pengaturan
semacam ini seringkali justru akan membuka peluang bagi praktek-praktek