Analisis SWOT TINJAUAN PUSTAKA

Perkebunan Kabupaten Donggala, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, BP2HP XIV Palu dan BPDAS Palu-Poso. Pemilihan responden petani hutan rakyat dilakukan secara sengaja Purposive Sampling, dengan memilih 35 responden. Pemilihan secara sengaja ini dilakukan dengan asumsi populasinya dianggap seragam. Pemilihan responden petani pada tingkat kecamatan dilakukan dengan pertimbangan bahwa kedua kecamatan tersebut menggambarkan keadaan keseluruhan kecamatan di wilayah Kabupaten Donggala yang memiliki hutan rakyat yang dipelihara dan terdapat kegiatan transaksi kayu rakyat. Selain karena luasannya, kecamatan yang dipilih dapat mewakili kondisi sosial budaya masyarakat di Kabupaten Donggala. Populasi petani responden adalah mereka yang menanam jenis-jenis kayu baik secara tumpangsari, tanaman pembatas maupun monokultur dan pernah melakukan transaksi kayu. Penarikan contoh pedagang ditelusuri berdasarkan pergerakan kayu mulai dari petani hingga industri kayu. Banyaknya pengambilan contoh pedagang berjumlah 8 orang yang diketahui sering melakukan transaksi kayu di daerah sampel dan 7 orang dari pihak industri kayu yang membeli kayu dari hutan rakyat baik langsung ataupun melalui pedagang perantara. Pemilihan key informant dalam mengkaji fenomena sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan hutan rakyat dilakukan dengan cara Snow- ball sampling yaitu memilih informan kunci secara berantai. Jika pengumpulan data dari informan kesatu sudah selesai, informan tersebut diminta memberikan rekomendasi untuk informan kedua selanjutnya informan kedua juga memberikan rekomendasi untuk infoman ketiga, demikian seterusnya dilakukan secara bergulir. Proses bola salju bergulir ini berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan. Untuk mengetahui implementasi kebijakan pemerintah dan dampak dari kegiatan pengembangan hutan rakyat maka dilakukan wawancara dengan instansi teknis terkait antara lain Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, BP2HP Palu, BPDAS Palu-Poso, ISWA, petani, dan tokoh masyarakat. Informan tersebut berjumlah 9 orang. Pemilihan responden terkait dengan pengambilan keputusan tiap rumah tangga dalam pengembangan hutan rakyat, yaitu petani yang tinggal di lokasi penelitian. Responden tersebut dilihat mampu mengambil keputusan secara mandiri dan mampu berpikir positif dan logis, sehingga mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.

3.3 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Donggala yang meliputi aspek produksi, pemasaran, pengolahan, dan kelembagaan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor strategis dan pengaruhnya terhadap usaha pengembangan hutan rakyat, selain itu untuk mengetahui peran pemerintah dalam usaha tersebut di atas yang meliputi keempat aspek tesebut di atas Melalui analisis ini dapat diserap informasi mengenai pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pengembangan hutan rakyat, peran serta masyarakat, pemerintah dan lembaga lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta pengendalian usaha pengembangan hutan rakyat. Selanjutnya analisis kuantitatif digunakan untuk menggambarkan variabel- variabel yang meliputi aspek produksi dan pemasaran. Pada aspek produksi, analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui struktur tegakan dan potensi tegakan. Analisis struktur tegakan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Davis et al. 2001, yaitu: Keterangan : = Rata-rata pohon dalam kelas diameter ke- i : 1, 2, 3, 4 N = Total pohon ∑ = Jumlah Selanjutnya analisis potensi tegakan, menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Jariyah et al. 2001, yaitu: Keterangan: Potensi Hutan Rakyat Pada aspek pemasaran, dilakukan analisis kuantitatif untuk mengetahui margin pemasaran dan margin keuntungan. Menurut Mubyarto dalam Setianingsih 2007 bahwa terdapat beberapa instrumen yang lazim digunakan untuk mengukur efisiensi suatu tata niaga, yaitu: margin pemasaran marketing margin dan margin keuntungan profit margin. Analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui selisih harga produk di tingkat konsumen dengan harga produk di tingkat petani hutan rakyat atau penjumlahan biaya pada tiap lembaga pemasaran dengan keuntungan masing-masing dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Tomeck dan Robinson 1990, yaitu: MP = Pr – Pf atau MP = ∑ bi + ∑ ki Keterangan: MP : Margin pemasarn Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga di tingkat produsen bi : Biaya pada tiap lembaga pemasaran ki : Keuntungan pada tiap lembaga pemasaran Selanjutnya analisis margin keuntungan merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen rata-rata dengan biaya pemasaran. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Sudiyono 2001; Setyaningsih 2007, yaitu: MKi = Harga jual – ∑ harga beli + biaya Keterangan: Mki : Margin keuntungan Pada aspek produksi variabel-variabel yang dianalisis terdiri dari struktur tegakan, potensi produksi, dan upaya pengembangan hutan rakyat jati di Kabupaten Donggala. Selanjutnya pada aspek pengolahan variabel-variabel yang dianalisis terdiri atas keadaan industri pengolahan kayu rakyat, tingkat persediaan bahan baku, produk dan konsumen kayu rakyat. Pada aspek Kelembagaan variabel-variabel yang dianalisis meliputi lembaga pengurusan sumberdaya, lembaga usaha dan peran pemerintah dalam pembangunan hutan rakyat. Variabel-variabel yang dianalisis terkait aspek produksi, pengolahan, dan kelembagaan dilakukan dengan metode triangulasi, yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan dengan proses-proses sebagai berikut, yaitu 1 wawancara: untuk mendapakan informasi dari para pihak yang terlibat dalam pengembangan hutan rakyat, 2 kajian pustaka atas aturan-aturan dan laporan yang tersedia, 3 selanjutnya melakukan observasi di lapangan. Jadi ke tiga cara tersebut di atas dilakukan secara iteratif untuk mendapatkan data dan informasi yang valid. Secara detail data dapat diperoleh dengan cara:  Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara.  Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang usaha pengembangan hutan rakyat.  Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.  Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Pada aspek pemasaran dilakukan analisis kualitatif untuk mengkaji organisasi pasar yang ditunjang oleh informasi, data, dan pengamatan di lapang. Hal ini dimaksud untuk mengetahui sistem pemasaran yang terdiri dari sruktur pasar dan perilaku pasar dalam pemasaran kayu rakyat. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam keseluruan rantai pemasaran dari tingkat petani sampai pada industri untuk mengetahui peluang dan tantangan pemasaran kayu hutan rakyat ke depan. Pada penelitian ini, yang menjadi fokus kajian kelembagaan untuk aspek produksi, pemasaran, dan pengolahan, yaitu : 1. Lembaga Pengurusan Sumber daya. Pada aspek ini hal-hal yang dianalisis terkait dengan perlu dibentuknya lembaga tersebut, agar dapat membantu petani mengatasi kendala-kendala yang dihadapai di lapangan dalam usaha kayu rakyat. 2. Lembaga Usaha. Pada aspek ini hal-hal yang dinalisis terkait dengan ada tidaknya lembaga usaha yang telah dibentuk di tingkat petani. Lembaga tersebut dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar petani dalam usaha hutan rakyat yang meliputi aspek produski, pemasaran, dan pengolahan. 3. Peran Pemerintah Daerah. Pada aspek ini hal-hal yang dianalisis terkait dengan peran Pemda dalam pengembangan hutan rakyat. Bagaimana dengan hubungan kemitraan yang sudah ada. Variabel yang akan dianalisis adalah ketidaksepadanan informasi Asymmetric Information yaitu: