ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan kerja atau kegiatan kerjasama di lapangan belum sesuai dengan prosedur atau perjanjian yang telah ditetapkan.
Belum ada kesejajaran peran atau posisi tawar yang sama antara pihak yang bermitra. Petani tidak dilibatkan sebagai pengelola, melainkan hanya dilibatkan
sebagai buruh tanam maupun buruh pemeliharaan tanaman dengan upah yang dihitung harian. Selain itu petani juga merasa belum ada peningkatan pendapatan
dengan adanya kerjasama karena mereka belum memperoleh sharing hasil kerjasama.
Nilai rata-rata kedua aspek tersebut menurut pendapat masing-masing informan dari Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit
Alam adalah 743,75 dari nilai maksimum 1000. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 944KptsOT. 2011097 maka kerjasama ini termasuk ke dalam
kategori Kemitraan Prima Madya, berarti hubungan tingkat kemitraan usaha ini masih perlu dijalin lebih baik lagi dan perlu adanya kesepakatan-kesepakatan
kerjasama agar dapat berkelanjutan. Perhitungan tingkat hubungan kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.4.2 Proses Manajemen Kemitraan a. Aspek Proses Manajemen
Aspek proses manajemen kemitraan terdiri dari tiga indikator, yaitu perencanaan, pengorganisasian serta pelaksanaan dan efektivitas kerjasama.
a.1 Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan titik awal dilaksanakannya suatu kegiatan. Karena pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan berkaitan dengan hal-hal
yang akan ditetapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan tersebut. Faktor yang dinilai dari indikator perencanaan terdiri atas perencanaan kemitraan dan
kelengkapan perencanaan.
a.1.1 Perencanaan Kemitraan
Dalam perencanaan kemitraan ini, Perum Perhutani, PT KIFC serta kedua LMDH, yaitu LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berpendapat bahwa
penyusunan rencana dilakukan secara bersama-sama, sehingga nilai rata-rata
perencanaan kemitraan sebesar 100. Perencanaan kemitraan antara Perum Perhutani dan KIFC dilakukan lebih dulu, selanjutnya dalam membuat
perencanaan kemitraan dengan LMDH, PT KIFC diwakili oleh Perum Perhutani.
a.1.2 Kelengkapan Perencanaan
Kelengkapan perencanaan mempunyai nilai rata-rata sebesar 28,75. Nilai rata-rata tersebut berdasarkan pendapat Perum Perhutani yang menyatakan bahwa
lingkup perencanaan hanya mencakup 1 aspek, yaitu aspek pembinaan manajemen. Sedangkan PT KIFC berpendapat penyusunan perencanaan meliputi
3 aspek, yaitu aspek permodalan, pembinaan teknologi dan pembinaan manajemen. LMDH Mulyajaya berpendapat penyusunan perencanaan meliputi 2
aspek pembinaan teknologi dan pembinaan manajemen dan LMDH Bukit Alam berpendapat bahwa penyusunan perencanaan meliputi 1 aspek saja, yaitu aspek
pembinaan manajemen. Sehingga nilai perencanaan menurut pendapat Perum Perhutani, PT KIFC,
LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berturut-turut adalah sebesar 125, 135, 130 dan 125, sedangkan nilai rata-rata perencanaan adalah sebesar 128,75. Nilai
indikator perencanaan diperoleh dari hasil penjumlahan antara nilai rata-rata perencanaan kemitraan dan kelengkapan perencanaan.
a.2 Pengorganisasian
Nilai indikator pengorganisasian merupakan penjumlahan dari nilai rata-rata bidang khusus dan kontrak kerjasama. Pengorganisasian dalam kerjasama
pembangunan hutan tanaman ini berdasarkan pendapat Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam mempunyai nilai sebesar
127,50.
a.2.1 Bidang Khusus