1 Perencanaan 1.1 Perencanaan Kemitraan 1.2 Kelengkapan Perencanaan 2 Pengorganisasian

ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan kerja atau kegiatan kerjasama di lapangan belum sesuai dengan prosedur atau perjanjian yang telah ditetapkan. Belum ada kesejajaran peran atau posisi tawar yang sama antara pihak yang bermitra. Petani tidak dilibatkan sebagai pengelola, melainkan hanya dilibatkan sebagai buruh tanam maupun buruh pemeliharaan tanaman dengan upah yang dihitung harian. Selain itu petani juga merasa belum ada peningkatan pendapatan dengan adanya kerjasama karena mereka belum memperoleh sharing hasil kerjasama. Nilai rata-rata kedua aspek tersebut menurut pendapat masing-masing informan dari Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam adalah 743,75 dari nilai maksimum 1000. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 944KptsOT. 2011097 maka kerjasama ini termasuk ke dalam kategori Kemitraan Prima Madya, berarti hubungan tingkat kemitraan usaha ini masih perlu dijalin lebih baik lagi dan perlu adanya kesepakatan-kesepakatan kerjasama agar dapat berkelanjutan. Perhitungan tingkat hubungan kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.4.2 Proses Manajemen Kemitraan a. Aspek Proses Manajemen

Aspek proses manajemen kemitraan terdiri dari tiga indikator, yaitu perencanaan, pengorganisasian serta pelaksanaan dan efektivitas kerjasama.

a.1 Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan titik awal dilaksanakannya suatu kegiatan. Karena pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan berkaitan dengan hal-hal yang akan ditetapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan tersebut. Faktor yang dinilai dari indikator perencanaan terdiri atas perencanaan kemitraan dan kelengkapan perencanaan.

a.1.1 Perencanaan Kemitraan

Dalam perencanaan kemitraan ini, Perum Perhutani, PT KIFC serta kedua LMDH, yaitu LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berpendapat bahwa penyusunan rencana dilakukan secara bersama-sama, sehingga nilai rata-rata perencanaan kemitraan sebesar 100. Perencanaan kemitraan antara Perum Perhutani dan KIFC dilakukan lebih dulu, selanjutnya dalam membuat perencanaan kemitraan dengan LMDH, PT KIFC diwakili oleh Perum Perhutani.

a.1.2 Kelengkapan Perencanaan

Kelengkapan perencanaan mempunyai nilai rata-rata sebesar 28,75. Nilai rata-rata tersebut berdasarkan pendapat Perum Perhutani yang menyatakan bahwa lingkup perencanaan hanya mencakup 1 aspek, yaitu aspek pembinaan manajemen. Sedangkan PT KIFC berpendapat penyusunan perencanaan meliputi 3 aspek, yaitu aspek permodalan, pembinaan teknologi dan pembinaan manajemen. LMDH Mulyajaya berpendapat penyusunan perencanaan meliputi 2 aspek pembinaan teknologi dan pembinaan manajemen dan LMDH Bukit Alam berpendapat bahwa penyusunan perencanaan meliputi 1 aspek saja, yaitu aspek pembinaan manajemen. Sehingga nilai perencanaan menurut pendapat Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berturut-turut adalah sebesar 125, 135, 130 dan 125, sedangkan nilai rata-rata perencanaan adalah sebesar 128,75. Nilai indikator perencanaan diperoleh dari hasil penjumlahan antara nilai rata-rata perencanaan kemitraan dan kelengkapan perencanaan.

a.2 Pengorganisasian

Nilai indikator pengorganisasian merupakan penjumlahan dari nilai rata-rata bidang khusus dan kontrak kerjasama. Pengorganisasian dalam kerjasama pembangunan hutan tanaman ini berdasarkan pendapat Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam mempunyai nilai sebesar 127,50.

a.2.1 Bidang Khusus

Dokumen yang terkait

Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 18 83

Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 19 74

Analisis finansial pengelolaan hutan tanaman jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 6 94

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Simulasi Multisistem Pemanenan Hutan Pada Pengelolaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

1 8 58

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 4 32