3 Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama 3.1 Pelaksanaan Kerjasama 3.2 Efektivitas Kerjasama

menangani kemitraan, walaupun belum khusus, yaitu organisasi yang akan dibentuk oleh perwakilan Perum Perhutani dan masyarakat yang pernah mengikuti trainingpelatihan di Korea Selatan. Sedangkan kedua LMDH menyatakan belum ada bidang khusus yang menangani kemitraan.

a.2.2 Kontrak Kerjasama

Dalam kontrak kerjasama terdapat tiga faktor yang dinilai, yaitu keberadaan, isi dan bentuk kontrak kerjasama. Nilai kontrak kerjasama merupakan penjumlahan dari ketiga faktor tersebut. Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya maupun LMDH Bukit Alam memiliki pendapat yang sama, sehingga nilai aspek kerjasama adalah sebesar 115 yang meliputi nilai 25 untuk keberadaan kontrak kerjasama secara tertulis, nilai 40 untuk isi kontrak kerjasama yang meliputi sebagian besar dari kedelapan aspek kemitraan dan nilai 50 untuk bentuk kontrak kerjasama yang dibuat secara lengkap, berjangka panjang serta memuat hak dan kewajiban yang jelas. Terdapat sedikit perbedaan pendapat mengenai isi kontrak kerjasama, Perum Perhutani berpendapat karena yang dikerjasamakan adalah jenis tanaman kehutanan keras, maka isi kontrak kerjasama lebih menekankan pada aspek kualitas dan produktivitas. Menurut PT KIFC isi kontrak meliputi 5 aspek, yaitu aspek kualitas tidak mendetail, sistem pembayaran, harga, permodalan dan sangsi. Sedangkan menurut LMDH Bukit Alam meliputi aspek produktivitas, sistem pembayaran dan sangsi, serta menurut LMDH Mulyajaya hanya meliputi aspek sistem pembayaran dan sangsi. a.3 Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama a.3.1 Pelaksanaan Kerjasama Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit alam mempunyai pendapat yang sama untuk pelaksanaan kerjasama, yaitu kerjasama dilakukan sesuai dengan perjanjian dan dilakukan secara transparan. Sehingga nilai rata-rata untuk pelaksanaan kerjasama sebesar 50. Menurut Perum Perhutani, kerjasama telah dilaksanakan sesuai dengan perjanjian meskipun sebenarnya terdapat beberapa hal yang belum sesuai seperti yang diharapkan dan sudah cukup transparan karena jika terdapat hal-hal yang tidak jelas atau tidak dipahami maka akan dilakukan pembahasan dalam pertemuan rutin. Sedangkan informan dari PT KIFC berpendapat bahwa secara umum pelaksanaan kerjasama sesuai dengan perjanjian dan transparan, walaupun masih ada keterlambatan dalam evaluasi dan pelaporan administrasi keuangan.

a.3.2 Efektivitas Kerjasama

Efektivitas kerjasama merupakan kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat dan menjalankan pekerjaan kerjasama dengan benar. Efektivitas kerjasama meliputi 6 aspek, yaitu aspek kejelasan peranan, kontinuitas suplai, kualitas suplai, sistem pembayaran, cara pembayaran dan penentuan harga. Dari hasil penjumlahan nilai rata-rata masing-masing aspek diperoleh nilai efektivitas kerjasama sebesar 51,25. Perum Perhutani dan PT KIFC berpendapat terdapat kejelasan peranan masing-masing pihak yang bermitra, tetapi LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berpendapat sebaliknya. Aspek kontinuitas suplai, kualitas suplai dan penentuan harga bernilai 0 karena dalam kerjasama pembangunan hutan tanaman ini belum pernah dilakukan penjarangan maupun pemanenan, tanaman tahun 2009 baru memiliki tinggi rata-rata 30 – 200 cm. Dalam perjanjian kerjasama ditetapkan bahwa PT KIFC mendapatkan prioritas utama sebagai pembeli. Saat ini PT KIFC sedang mengumpulkan kayu sebagai stok karena terdapat kemungkinan PT KIFC akan mendirikan industri pengolahan kayu untuk meningkatkan value added kayu hasil kerjasama. Tetapi dalam perjanjian kerjasama tidak ditetapkan mengenai standar kualitas kayu, standar kualitas kayu mengikuti standar mutu yang ada di Perum Perhutani. Penentuan harga hanya melibatkan Perum Perhutani dan PT KIFC. Sistem pembayaran dilakukan sesuai dengan kontrak kerjasama. Perum Perhutani dan LMDH berpendapat bahwa pembayaran dilakukan satu minggu setelah kegiatan, yaitu setiap hari Jumat. Sedangkan PT KIFC berpendapat bahwa pembayaran dilakukan 1-4 minggu setelah pelaksanaan kegiatan. Perbedaan waktu pembayaran ini disebabkan karena perbedaan sudut pandang, pembayaran menurut Perum Perhutani adalah pembayaran dari Perum Perhutani kepada petani yang mengikuti kegiatan penanaman dan pemeliharaan. Sedangkan menurut PT KIFC adalah pembayaran atau penyerahan dana pembangunan tanaman kerjasama. Jumlah nilai untuk aspek proses manajemen dari Perum Perhutani adalah sebesar 380, dari PT KIFC 385, dari LMDH Mulyajaya 335 dan dari LMDH Bukit Alam 330, sehingga nilai rata-rata aspek proses manajemen adalah sebesar 357,50. b. Aspek Manfaat b.1 Ekonomi

Dokumen yang terkait

Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 18 83

Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 19 74

Analisis finansial pengelolaan hutan tanaman jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 6 94

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Simulasi Multisistem Pemanenan Hutan Pada Pengelolaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

1 8 58

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 4 32