Kronologis Kerjasama Tanaman Antara Perum Perhutani, PT KIFC

yang telah ditanami jeruk, ada pula yang meminta kegiatan penanaman hanya dilakukan di batas atau pinggiran kebun jeruk mereka. Pada tahun 2007 pernah terjadi konflik yang mencuat antara masyarakat dengan Perum Perhutani, sebanyak ± 120 orang dari Desa Kutanegara yang tidak setuju dengan penanaman rutin yang dilakukan Perhutani mendatangi KRPH. Konflik tidak sampai mengakibatkan kekerasan fisik dan dapat diredam setelah masyarakat diberi arahan oleh ketua LMDH dan LSM, yaitu LSM Lodaya. Saat evaluasi dapat dikatakan tanaman tahun 2005-2006 mengalami kegagalan, dari rencana 165 Ha hanya dapat terealisasi 55 Ha. Penanaman tahun 2006-2007 di petak 20, 23, 25 dan 26 yang mengalami gangguan telah diupayakan disulam, tetapi yang berhasil hanya dua petak, yaitu petak 25 dan 26. Masalah tenurial ini menjadi salah satu penyebab minimnya produksi di BKPH Teluk Jambe.

4.4 Kronologis Kerjasama Tanaman Antara Perum Perhutani, PT KIFC

dan Masyarakat Desa Hutan Kerjasama pembangunan, pengembangan dan pengelolaan hutan tanaman jenis cepat tumbuh fast growing speciesFGS antara Perum Perhutani dan PT KIFC bersifat top down. Diawali oleh kunjungan delegasi Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, MM dan diikuti Direktur Utama Perum Perhutani, Upik Rosalina Wasrin ke Korea Selatan pada bulan Juni 2007. Selanjutnya pada tanggal 27 Juni 2007 dilakukan penandatanganan MoU antara Direktur Perum Perhutani dengan Vice Chairman CEO National Forestry Cooperative Federation NFCF di Korea Selatan, yang disaksikan oleh Menteri Kehutanan kedua negara. Kerjasama ini merupakan salah satu bentuk realisasi dari MoU antara Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan, dimana Pemerintah Indonesia menyediakan lahan hutan seluas 500.000 Ha untuk investor Korea Selatan. NFCF merupakan sebuah federasi dari koperasi-koperasi kehutanan tingkat kabupatenkota lokal di Korea Selatan yang berjumlah 142 koperasi dan mempunyai anggota sebanyak 479.000 orang yang terdiri dari pemilik hutan dan orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan hutan. NFCF bertugas mendukung pengelolaan hutan lestari dan meningkatkan produksi kehutanan, meningkatkan status ekonomi, sosial dan budaya anggota serta berperan serta dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam pelaksanaannya NFCF juga berfungsi membantu pengembangan koperasi kehutanan, memberi pedoman dalam mengelola hutan milik, mendistribusikan produk kehutanan, membangun sumber- sumber kehutanan, membangun dasar pengelolaan hutan dan mendukung sistem keuangan kehutanan. Dalam pengelolaan hutan, NFCFkoperasi kehutanan lokal mengerjakan pembibitan, penanaman dan pemeliharaan pada lokasi hutan milik rakyat dan negara. Biaya pengelolaan disubsidi oleh pemerintah sebesar 80-90, sedangkan sisanya ditanggung oleh pemilik hutan dan hasil panen dimiliki sepenuhnya oleh pemilik hutan. Biaya panen ditanggung sepenuhnya oleh pemilik hutan dan pelaksanaan tebangan dapat diborongkan kepada NFCFkoperasi kehutanan lokal. Hasil tebangan dapat dijual kepada NFCFkoperasi kehutanan lokal. NFCF membantu pengembangan koperasi kehutanan lokal dengan memperbanyak anggota dan membangun dasar pengelolaan koperasi kehutanan, termasuk diklat dan pendampingan, mendorong efisiensi koperasi lokal, mendistribusikan kegiatan khusus, mendukung dana koperasi kehutanan lokal, menyehatkan koperasi yang rugi dengan pendampingan, suntikan dana, merger, dan lain-lain. Pada bulan Agustus - November 2007 NFCF melakukan Feasibility Study FS dengan menunjuk konsultan, dan baru pada bulan Desember 2007 NFCF memutuskan untuk bekerjasama dengan Perum Perhutani. Selanjutnya pada bulan Januari - Juli 2008 NFCF membuka kantor perwakilan di Indonesia serta melakukan negosiasi dengan Perum Perhutani dengan difasilitasi oleh Departemen Kehutanan. Kantor perwakilan NFCF di Indonesia yaitu PT Korea Indonesia Forestry Cooperative KIFC. PT KIFC adalah suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas PT yang bergerak di bidang pengusahaan Hutan Tanaman Industri HTI berdasarkan Undang-undang Negara Republik Indonesia, mempunyai kesanggupan finansial dan berkeinginan untuk bekerjasama. Setelah terbit rekomendasi dari Dewan Pengawas Perum Perhutani, Menteri Kehutanan RI dan Menteri Negara BUMN, barulah pada tanggal 5 Maret 2009 dilakukan penandatanganan perjanjian Kerjasama PKS antara Perum Perhutani dengan PT KIFC tentang pembangunan, pengembangan dan pengelolaan hutan tanaman jenis cepat tumbuh seluas 10.000 Ha di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani dengan PT KIFC tertuang dalam Addendum PKS No. 11SJDIR2009 dan 2009-07KIFC tentang Pembangunan, Pengembangan dan Pengelolaan Hutan Tanaman di dalam Kawasan Hutan. Perum Perhutani sebagai Pihak Kesatu diwakili oleh Direktur Utama Perum Perhutani, Upik Rosalina Wasrin, sedangkan PT KIFC sebagai Pihak Kedua diwakili oleh Presiden Direktur PT KIFC, Seong In-Kyeong. Tujuan kerjasama adalah untuk menghijaukan dan menghutankan kembali kawasan hutan di wilayah kerja Perum Perhutani, memperoleh manfaat yang optimal dari pengelolaan kawasan hutan baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial bagi kedua pihak Perum Perhutani dan PT KIFC serta Masyarakat Desa Hutan MDH, meningkatkan keberdayaan dan kemandirian MDH dan memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Sesuai dengan Addendum PKS No. 191SJDIR2010 tanggal 7 September 2010 bahwa kegiatan penanaman seluas 10.000 Ha akan dilaksanakan secara bertahap dalam jangka waktu satu daur yakni 8 delapan tahun. Berikut ini disajikan realisasi dan rencana kerjasama tanaman antara Perum Perhutani dan PT KIFC sampai dengan tahun 2011 yang tersebar dalam beberapa KPH di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tabel 4 Realisasi dan rencana kerjasama tanaman antara Perum Perhutani dan PT KIFC sampai dengan tahun 2011 No. KPH Luas Tanaman Kerjasama Ha Realisasi Rencana 2009 2010 Total 2011 Total 1. Purwakarta 834,19 1.271,58 2.105,77 - 2.105,77 2. Sumedang 1.129,77 870,23 2.000 841,50 2.841,50 3. Bogor - 728,42 728,42 - 728,42 4. Indramayu - - - 264,60 264,60 Jumlah 1.963,96 2.870,23 4.834,19 1.106,10 5.940,29 Rencana 10.000 10.000 Sisa 5.165,81 4.059,71 Sumber: KPH Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 18 83

Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 19 74

Analisis finansial pengelolaan hutan tanaman jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 6 94

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Simulasi Multisistem Pemanenan Hutan Pada Pengelolaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

1 8 58

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 4 32