Analisis Deskriptif Analisis Tingkat Hubungan Kemitraan

3. Pengumpulan data-data sekunder yang berasal dari Perum Perhutani, PT KIFC dan Pemerintah Desa.

3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan penguraian dan penjelasan mengenai aspek manajemen, aspek teknis dan aspek sosial budaya dari pelaksanaan programproyek PHBM dalam bentuk pembangunan hutan tanaman di RPH Kutapohaci, BKPH Teluk Jambe, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penjelasan operasional masing-masing aspek dapat dilihat di bawah ini: a. Aspek Manajemen Aspek manajemen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi mekanisme perijinan pendirian program PHBM berupa pembangunan hutan tanaman, organisasiinstansi yang terkait dengan program PHBM dan hubungan antar pihak yang berkepentingan dan struktur organisasi dalam operasional PHBM. b. Aspek Teknis Indikator-indikator yang dikaji yaitu keadaan biofisik yang meliputi: ketersediaan lahan untuk pelaksanaan program PHBM, kondisi fisik komponen penyusun hutan tanaman dan lay out sitetata guna lahan untuk masing-masing komponennya. c. Aspek sosial Budaya Indikator yang dikaji yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan Masyarakat Desa Hutan, motivasi terhadap pengelolaan dan pengembangan PHBM, serta kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk mengembangkan program PHBM.

3.8.2 Analisis Tingkat Hubungan Kemitraan

Perhitungan tingkat kemitraan dilakukan dengan cara kategorisasi yang didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944KptsOT.2101097 tanggal 13 Oktober 1997 mengenai Pedoman Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian. Analisis dilakukan terhadap Perum Perhutani, dan perusahaan Korea Indonesia Forestry Cooperative dan petani yang dalam hal ini diwakili oleh LMDH sehingga dihasilkan rata-rata tingkat hubungan kemitraan dari ketiga pihak yang terlibat. Penghitungan Tingkat Kemitraan Nilai tingkat kemitraan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana : x = nilai rata-rata tingkat hubungan kemitraan tiap kategori a,b,c = Nilai skoring atas jawaban yang dipilih y = Nilai atas banyaknya jawaban yang dipilih Rincian faktor yang dinilai untuk menentukan tingkat kemitraan PHBM berdasarkan aspek proses manajemen dan aspek manfaat disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Rincian faktor yang dinilai dan nilai maksimum tingkat hubungan kemitraan No Faktor yang Dinilai Nilai Maksimum I ASPEK PROSES MANAJEMEN 1 Perencanaan 150 a. Perencanaan Kemitraan 100 b. Kelengkapan Perencanaan 50

2 Pengorganisasian

150 a. Bidang Khusus 25 b. Kontrak Kerjasama 125 3 Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama 200 a. Pelaksanaan Kerjasama 50 b. Efektivitas Kerjasama 150 Jumlah Aspek Proses Manajemen II ASPEK MANFAAT 1 Ekonomi 300 a. Pendapatam 150 b. Harga 50 c. Produktivitas 50 d. Resiko Usaha 50

2 Teknis

100 a. Mutu 50 b. Penguasaan Teknologi 50 3 Sosial 100 a. Keinginan Kontinuitas Kerjasama 50 b. Pelestarian Lingkungan 50 Jumlah Aspek Manfaat 500 Jumlah Nilai Aspek Proses Manajemen Kemitraan + Aspek Manfaat 1000 Contoh : Berdasarkan kuisioner yang diajukan sebanyak 5 orang 12,5 menyatakan bahwa lingkup perencanaan meliputi dua aspek yaitu pembinaan teknologi dan bimbingan nilai 30. Alasan memilih karena dua aspek lainnya jarang dipakai. 35 orang 87,5 memilih lingkup perencanaan meliputi salah X = a+b+cy satu aspek nilai 25 oleh karena itu petani mempunyai dua jawaban yang berbeda, sehingga nilai rata-rata untuk petani adalah 27,5 dari hasil perhitungan 30+252. Perum Perhutani menyatakan bahwa lingkup perencanaan meliputi 3 aspek nilai 35. Sehingga nilai rata-rata adalah 31,25 diperoleh dari hasil perhitungan 27,5+352. Perhitungan seperti ini dilakukan untuk semua aspek yang dihitung dalam merumuskan tingkat hubungan kemitraan antara Petani, Perum Perhutani dan Investor. Berdasarkan jumlah nilai rata-rata aspek proses manajemen dan manfaat maka selanjutnya dapat dilakukan analisis tingkat hubungan kemitraan antara Perum Perhutani, petani dan investor. Berdasarkan proses manajemen dan manfaatnya, tingkat hubungan kemitraan usaha antara Perum Perhutani, petani dan investor dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu: 1. Kemitraan Pra Prima 250 2. Kemitraan Prima 250 – 500 3. Kemitraan Prima Madya 501 – 750 4. Kemitraan Prima Utama 750

3.8.3 Analisis Kontribusi Pembangunan Hutan Tanaman Terhadap

Dokumen yang terkait

Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 18 83

Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 19 74

Analisis finansial pengelolaan hutan tanaman jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 6 94

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Simulasi Multisistem Pemanenan Hutan Pada Pengelolaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

1 8 58

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 4 32