5. Waralaba
Merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi merek dagang saluran
distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Pemegang
usaha waralaba hanya mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian dari pendapatannya berupa royalti dan
biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut. Selain pola kemitraan seperti yang disebutkan di atas, menurut
Departemen Pertanian 2003 terdapat beberapa pola kemitraan lain yang juga telah banyak dilaksanakan, yaitu:
6. Kerjasama Operasional Agribisnis KOA
Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan
tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal danatau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi.
7. Pola Kemitraan Penyertaan Saham
Dalam kemitraan saham, penyertaan modal equity antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, penyertaan modal usaha kecil dimulai sekurang-
kurangnya 20 dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap, sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
2.6. Azas dan Prinsip Kemitraan
Kemitraan yang ideal adalah kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat di kelasnya dengan pengusaha kecil yang kuat di bidangnya yang
didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan
dengan tujuan bersama untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya, tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta
tumbuh dan berkembangnya rasa saling percaya di antara mereka. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam kemitraan
tersebut harus memiliki kemampuan dan dan kekuatan yang sama, tetapi yang
lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing Hafsah 2000.
Menurut Hermawan 1999 dalam Natalia 2005, azas dalam kemitraan adalah adanya azas kesejajaran kedudukan mitra, azas saling membutuhkan dan
azas saling menguntungkan, selain itu diperlukan pula adanya azas saling mematuhi etika bisnis kemitraan.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan menurut Fahrudda et al. 2005 adalah 1 Persamaan atau equality, 2 Keterbukaan atau transparancy dan 3 Saling
menguntungkan atau mutual benefit.
2.7. Kendala-kendala kemitraan
Hal-hal yang menjadi kendala tercapainya tujuan kemitraan antara lain adanya struktur pasar monopolistic yang mengharuskan petani untuk menjual
seluruh hasil produksinya kepada perusahaan mitra usahanya, sehingga memberi peluang bagi perusahaan untuk menekan harga produk tersebut. Selain itu
kemampuan petani yang rendah dalam hal pendidikan, kemampuan manajerial serta akses terhadap modal dan informasi Badan Agribisnis Departemen
Pertanian 1995. Menurut Hafsah 2000, kegagalan yang terjadi pada kemitraan usaha sering
disebabkan oleh karena fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari rasa belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas
dasar kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kondisi ini menjadikan kedudukan usaha kecil di pihak yang lemah dan
usaha menengah dan besar sangat dominan dan cenderung mengeksploitasi yang kecil. Di samping itu lemahnya manajemen dan penguasaan teknologi yang
disebabkan oleh lemahnya sumberdaya manusia yang dimiliki usaha kecil sering menjadi faktor kegagalan kemitraan usaha.
2.8. Pendapatan Rumah Tangga