a b
c Gambar 5 Kondisi jalan menuju petak kerjasama di Desa Kutanegara a b dan
di Desa Mulyasejati c.
5.6 Pengeluaran Responden
Pengeluaran responden dihitung dari semua biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, tabungan,
listrikgenset dan kebutuhan lain yang dikeluarkan tahun 2010. Besarnya pengeluaran tiap rumah tangga responden berbeda-beda dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga, pola konsumsi, jenis kebutuhan, tingkat pengetahuan dan faktor lainnya.
Tidak berbeda dengan pendapatan rata-rata, besarnya pengeluaran rata-rata untuk tiap kebutuhan diperoleh dari total pengeluaran untuk masing-masing
kebutuhan dibagi dengan jumlah rumah tangga responden yang mengeluarkan biaya tersebut, tidak dibagi dengan jumlah keseluruhan responden, karena tidak
semua responden mengeluarkan biaya yang sama. Tabel 15 di bawah ini menunjukkan data pengeluaran rumah tangga responden.
Tabel 16 Pengeluaran rata-rata responden tahun 2010
Macam Pengeluaran
Rata-rata RpRespondenThn 1 Ha
1-3 Ha 3 Ha
Pangan 9.636.000
73,42 9.704.944
72,96 11.972.000
85,97 Sandang
415.000 3,16
451.471 3,39
340.000 2,44
Pendidikan 1.540.166
11,74 2.438.196
18,33 1.142.333
8,20 Kesehatan
42.500 0,32
91.184 0,69
96.000 0,69
Tabungan 1.328.000
10,12 876.143
6,59 514.000
3,69 Listrik
1.478.187,5 11,26
2.732.955 20,55
0,00 Lain-lain
2.672.500 20,36
1.200.000 9,02
3.650.000 26,21
Total 13.124.550
13.302.178 13.926.200
Semakin luas lahan garapan, maka pengeluaran rata-rata tahunan rumah tangga responden juga semakin tinggi, tetapi perbedaannya tidak terlalu besar.
Pengeluaran rata-rata total untuk responden dengan lahan garapan 1 Ha sebesar Rp 13.124. 550,-tahun, responden dengan luas lahan 1
– 3 Ha sebesar Rp 13.302.178,-tahun, sedangkan responden dengan luas lahan garapan 3 Ha
memiliki pengeluaran rata-rata total sebesar Rp 13.926.200,-tahun. Pengeluaran total rumah tangga seluruh responden adalah Rp 799.474.500,-
tahun. Alokasi pengeluaran rata-rata terbesar adalah untuk kebutuhan pangan. Persentase pengeluaran pangan untuk responden dengan luas lahan garapan 1
Ha, 1 – 3 Ha dan 3 Ha masing-masing adalah sebesar 73,42, 72,96 dan
85,97 dari total pengeluaran. Umumnya semakin sejahtera seseorang, semakin kecil pengeluarannya untuk belanja pangan. Pada kondisi pendapatan terbatas,
rumah tangga akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar
pendapatannya akan digunakan untuk mengonsumsi makanan BPS, 2003. Alokasi pengeluaran untuk kebutuhan sandang responden dengan luas lahan
1 Ha hanya 2,65, responden dengan luas lahan 1 – 3 Ha sebesar 3,39 dan
responden dengan luas lahan garapan 3 Ha sebesar 2,44 seluruhnya dihitung tehadap total pengeluaran. Dari total 60 responden, 11 responden tidak
mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sandang, hal ini karena responden tersebut sudah lanjut usia sehingga umumnya kebutuhan sandang
mereka dipenuhi oleh anak yang telah berkeluarga. Persentase alokasi pengeluaran untuk pendidikan bagi responden yang memiliki luas lahan garapan
seluas 1 Ha, 1- 3 Ha dan 3 Ha berturut-turut adalah sebesar 11,74, 18,33 dan 8,20. Pendidikan di lokasi penelitian sudah gratis dan tidak memerlukan
biaya transportasi karena murid-murid biasa berjalan kaki menuju ke sekolah. Pengeluaran untuk pendidikan sebagian besar digunakan untuk keperluan jajan
anak dan sebagian kecil untuk membeli buku atau biaya hidup jika anak responden bersekolah di jenjang yang lebih tinggi dari SD dan lokasinya jauh dari
rumah. Sebanyak 23 responden tidak mengeluarkan biaya pendidikan karena anak mereka sudah berkeluarga semua atau sudah tamat sekolah atau belum bersekolah.
Alokasi pengeluaran terkecil adalah untuk kesehatan, yaitu 0,32 untuk responden dengan luas lahan garapan 1 Ha, dan 0,69 untuk responden dengan
lahan garapan seluas 1 – 3 Ha dan 3 Ha. Persentase pengeluaran dihitung
terhadap total pengeluaran. Menurut responden, mereka jarang menderita sakit, kalaupun sakit biasanya mereka mengandalkan obat yang dijual di warung. Selain
itu juga karena saat ini telah ada jamkesmas, sehingga untuk berobat ke puskesmas terdekat mereka hanya perlu mengeluarkan biaya transportasi.
Responden merasa terbantu dengan program layanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah.
Data di atas memberikan informasi bahwa dari pendapatan yang diperoleh responden terdapat pendapatan yang digunakan untuk menabung. Tabungan yang
dimaksud adalah berupa tabungan anak di sekolah. Terdapat responden yang rutin menabung setiap hari anak mereka sekolah, tetapi ada juga yang hanya sesekali
tergantung kondisi keuangan rumah tangga. Kebiasaan menabung ini telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Menurut responden, uang hasil tabungan sangat
berguna jika suatu waktu mereka membutuhkan uang untuk keperluan yang mendesak. Oleh karena itu mayoritas responden yang mempunyai tabungan
adalah responden yang anaknya masih bersekolah. Dari 46 responden di Desa Kutanegara, hanya 18 responden yang menabung. Sedangkan seluruh responden
di Desa Mulyasejati tidak mengalokasikan pendapatan untuk tabungan karena di sekolah anak mereka tidak diterapkan kebiasaan menabung.
Alokasi belanja responden yang memiliki lahan dengan luas 1 Ha dan 1 –
3 Ha untuk penerangan terhadap total pengeluaran cukup besar yaitu masing- masing sebesar 11,26 dan 20,55. Responden di Desa Kutanegara
menggunakan genset sebagai sumber listrik, hal ini karena mereka tinggal di dalam kawasan hutan sehingga tidak tersedia jaringan listrik. Hanya beberapa
responden yang memiliki genset. Pengeluaran responden yang memiliki lahan dengan luas 3 Ha untuk penerangan 0 karena mereka tidak memiliki genset.
Penggunaan genset menyebabkan pengeluaran responden untuk penerangan di Desa Kutanegara lebih besar dibandingkan responden di Desa Mulyasejati.
Alokasi belanja kebutuhan lain adalah untuk peralatan rumah tangga, biaya ke undanganpesta atau biaya pakan ayam untuk responden yang memiliki ternak.
Dan untuk keseluruhan perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai sebesar 65,51 untuk persentase total pendapatan terhadap total pengeluaran. Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan responden belum mencukupi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan karena tanaman jeruk sudah dua
tahun gagal panen akibat curah hujan yang tinggi sehingga bunganya rontok sebelum dapat berbuah, sedangkan jeruk adalah komoditas yang memberikan
pendapatan cukup besar. Defisit pendapatan tersebut biasanya dipenuhi dengan cara meminjam atau berhutang dengan tetangga atau keluarga, adapula beberapa
responden yang kebutuhan sehari-harinya dipenuhi oleh anak mereka yang telah berkeluarga.
5.7 Estimasi Pendapatan Responden dari Tanaman Kerjasama