3 Sosial 3.1 Kontinuitas Kerjasama 3.2 Pelestarian Lingkungan

pelatihan tentang teknis pembuatan tanaman Silvikultur Intensif Silin, pelatihan usaha produktif MDH, Pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat, dan pelatihan kewirausahaan masyarakat. Selain itu juga telah dilakukan dua kali reguler training di Korea Selatan yang diikuti oleh 20 orang, terdiri dari petugas Perum Perhutani, Tokoh Desa dan Pengurus LMDH dengan materi koperasi kehutanan, teknik tanaman, pengelolaan hutan dan lain-lain termasuk semangat Saemaul Undong. Pelatihan baru diberikan kepada beberapa petugas Perum Perhutani, dan pengurus LMDH maupun tokoh masyarakat, sehingga berhasil atau tidaknya implementasi hasil yang diperoleh selama pelatihan tergantung pada kemampuan dan pemahaman yang mengikuti pelatihan.

b.3 Sosial

Nilai indikator sosial sebesar 75 yang diperoleh dari penjumlahan nilai rata-rata kontinuitas kerjasama sebesar 50 dan pelestarian lingkungan hidup sebesar 25 menurut pendapat informan dari Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam.

b.3.1 Kontinuitas Kerjasama

Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk meneruskan kerjasama. Menurut informan dari Perum Perhutani, kontinuitas kerjasama akan ditentukan oleh hasil panen tanaman kerjasama, jika menguntungkan bagi semua pihak maka kerjasama akan dilanjutkan. Informan dari PT KIFC menyatakan bahwa investasi dalam bidang kehutanan jangka panjang, sehingga semakin lama akan semakin baik. Sedangkan LMDH sebagai perwakilan petani berpendapat ingin melanjutkan kerjasama asalkan mereka tetap boleh bermukim di dalam kawasan untuk petani di Desa Kutanegara dan melakukan tumpang sari di lahan perhutani, karena manfaat tumpang sari sangat besar.

b.3.2 Pelestarian Lingkungan

Perum Perhutani dan PT KIFC berpendapat telah melakukan kegiatan konservasi tanah, air, lingkungan pertanian dan penanganan limbah sesuai dengan pedoman teknis dan kaidah konservasiperaturan yang berlaku. Kegiatan konservasi lingkungan yang telah dilakukan diantaranya adalah penanaman bambu di lokasi-lokasi yang rawan longsor, penemapatan papan larangan pada lokasi-lokasi rawan kebakaran, penanaman jenis rimba campuran di lokasi-lokasi Kawasan Perlindungan Setempat KPS dan pembuatan tanaman yang berfungsi sebagai sekat bakar. Penanganan limbah produksi dilakukan dengan mengumpulkan plastik-plastik bekas polybag pada satu tempat untuk selanjutnya dimusnahkan dibakar. Sedangkan LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam yang mewakili petani berpendapat bahwa tidak dilakukan kegiatan konservasi dan penanganan limbah. Jumlah rata-rata total nilai manfaat berdasarkan pendapat Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berturut-turut adalah 450, 415, 365 dan 315, sehingga nilai rata-rata aspek manfaat sebesar 386,25 dari nilai maksimum 500. Penelitian tentang kajian kemitraan dilakukan oleh Natalia 2005, yang meneliti tentang kemitraan antara Perum Perhutani dengan petani melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat, pada kasus di Desa Cibeber II, RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang dijalankan termasuk dalam kategori Prima Madya, yaitu perum perhutani sebagai perusahaan besar bertindak sebagai penyedia sarana, jangka waktu kemitraan menengah 5 tahun dan diperpanjang sampai batas akhir daur tanaman pokok, dan Perum Perhutani tidak terlibat dalam pemasaran hasil tanaman pertanian. Permana 2007 juga melakukan penelitian tentang kajian kemitraan antara Perum Perhutani dengan petani melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat di Desa Protomulyo dan Desa Magelung, RPH Mugas, BKPH Mangkang, KPH Kendal, Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Berdasarkan analisis tingkat hubungan kemitraan, kemitraan antara petani penggarap dengan Perum Perhutani termasuk dalam kategori Prima Madya. Perum Perhutani sebagai perusahaan besar bertindak sebagai penyedia sarana, jangka waktu kemitraan yaitu 2 tahun sesuai dengan perjanjian kerjasama, sedangkan untuk pemasaran pihak Perum Perhutani tidak terlibat. Sedangkan Lestari 2011 dalam penelitiannya tentang analisis pola dan kelayakan kemitraan antara petani hutan rakyat dengan PT Bina Kayu Lestari Group di Tasikmalaya Jawa Barat menyimpulkan bahwa tingkat hubungan kemitraan antara petani, PT BKL Group dan Perhutani petani di Desa Mekarjaya maupun antara PT BKL Group, Perhutani dan LMDH di Kelurahan Urug adalah termasuk kategori kemitraan Prima Madya. Sedangkan tingkat kemitraan antara petani dengan PT BKL Group di desa Leuwibudah adalah termasuk kemitraan Prima Utama. Berikut ini adalah tabel tingkat hubungan kemitraan beberapa penelitian sebelumnya tentang kemitraan. Tabel 14 Tingkat hubungan kemitraan beberapa penelitian sebelumnya 1 2 3 Nama Peneliti Pesta Natalia Indra Permana Iyis Puji Lestrai Tahun 2004 2007 2010 Judul Penelitian Kajian Kemitraan antara Perum Perhutani dengan Petani Melalui Program Pengelolaan Hutan bersama Masyarakat Studi Kasus di Desa Cibeber II, RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor. Kajian Kemitraan antara Perum Perhutani dengan Petani Melalui Program Pengelolaan Hutan bersama Masyarakat Studi Kasus di Desa Protomulyo dan Desa Magelung, RPH Mugas, BKPH Mangkang, KPH Kendal, Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Analisis Pola dan Kelayakan Kemitraan antara Petani Hutan Rakyat dengan PT Bina Kayu Lestari Group di Tasikmalaya Jawa Barat Tingkat Hubungan Kemitraan Kemitraan yang dijalankan termasuk dalam kategori Prima Madya Tingkat hubungan kemitraan antara Petani dengan Perum Perhutani di Desa Protomulyo dan Magelung adalah tingkat Prima Madya. Tingkat hubungan kemitraan antara petani, PT BKL Group, Perhutani di Desa Mekarjaya dan antara petani, PT BKL Group, Perhutani dan LMDH di Kelurahan Urug adalah termasuk kategori kemitraan Prima Madya. Sedangkan hubungan kemitraan antara petani dan PT BKL Group di Desa Leuwibudah termasuk kategori kemitraan Prima Utama. Berdasarkan data perbandingan tingkat hubungan kemitraan ini, dapat dikatakan bahwa beberapa kemitraan yang dijalankan Perum perhutani, baik yang melibatkan petani saja, melibatkan petani dan perusahaan lokal maupun melibatkan petani dan perusahaan asing dalam hal ini adalah PT KIFC, sudah baik karena sudah mencapai tingkat Prima Madya, namun masih perlu dijalin lebih baik lagi dan perlu adanya kesepakatan-kesepakatan kerjasama agar dapat berkelanjutan. Bahkan kemitraan antara petani dengan perusahaan lokal seperti kasus di Desa Leuwibudah dalam penelitian Lestari 2011 sudah mencapai tingkat Prima Utama, dimana kemitraan usaha tersebut perlu dikembangkan dan terus dilanjutkan, karena saling membutuhkan, saling menguntungkan, saling memperkuat dan menghidupi.

5.5 Pendapatan Responden dan Kontribusi Tanaman Kerjasama bagi

Dokumen yang terkait

Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 18 83

Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 19 74

Analisis finansial pengelolaan hutan tanaman jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 6 94

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Simulasi Multisistem Pemanenan Hutan Pada Pengelolaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

1 8 58

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 4 32