pelatihan tentang teknis pembuatan tanaman Silvikultur Intensif Silin, pelatihan usaha produktif MDH, Pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat, dan
pelatihan kewirausahaan masyarakat. Selain itu juga telah dilakukan dua kali reguler training di Korea Selatan
yang diikuti oleh 20 orang, terdiri dari petugas Perum Perhutani, Tokoh Desa dan Pengurus LMDH dengan materi koperasi kehutanan, teknik tanaman, pengelolaan
hutan dan lain-lain termasuk semangat Saemaul Undong. Pelatihan baru diberikan kepada beberapa petugas Perum Perhutani, dan pengurus LMDH maupun tokoh
masyarakat, sehingga berhasil atau tidaknya implementasi hasil yang diperoleh selama pelatihan tergantung pada kemampuan dan pemahaman yang mengikuti
pelatihan.
b.3 Sosial
Nilai indikator sosial sebesar 75 yang diperoleh dari penjumlahan nilai rata-rata kontinuitas kerjasama sebesar 50 dan pelestarian lingkungan hidup
sebesar 25 menurut pendapat informan dari Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam.
b.3.1 Kontinuitas Kerjasama
Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk meneruskan kerjasama. Menurut
informan dari Perum Perhutani, kontinuitas kerjasama akan ditentukan oleh hasil panen tanaman kerjasama, jika menguntungkan bagi semua pihak maka kerjasama
akan dilanjutkan. Informan dari PT KIFC menyatakan bahwa investasi dalam bidang kehutanan jangka panjang, sehingga semakin lama akan semakin baik.
Sedangkan LMDH sebagai perwakilan petani berpendapat ingin melanjutkan kerjasama asalkan mereka tetap boleh bermukim di dalam kawasan untuk petani
di Desa Kutanegara dan melakukan tumpang sari di lahan perhutani, karena manfaat tumpang sari sangat besar.
b.3.2 Pelestarian Lingkungan
Perum Perhutani dan PT KIFC berpendapat telah melakukan kegiatan konservasi tanah, air, lingkungan pertanian dan penanganan limbah sesuai dengan
pedoman teknis dan kaidah konservasiperaturan yang berlaku. Kegiatan konservasi lingkungan yang telah dilakukan diantaranya adalah penanaman
bambu di lokasi-lokasi yang rawan longsor, penemapatan papan larangan pada lokasi-lokasi rawan kebakaran, penanaman jenis rimba campuran di lokasi-lokasi
Kawasan Perlindungan Setempat KPS dan pembuatan tanaman yang berfungsi sebagai sekat bakar. Penanganan limbah produksi dilakukan dengan
mengumpulkan plastik-plastik bekas polybag pada satu tempat untuk selanjutnya dimusnahkan dibakar. Sedangkan LMDH Mulyajaya dan LMDH
Bukit Alam yang mewakili petani berpendapat bahwa tidak dilakukan kegiatan konservasi dan penanganan limbah.
Jumlah rata-rata total nilai manfaat berdasarkan pendapat Perum Perhutani, PT KIFC, LMDH Mulyajaya dan LMDH Bukit Alam berturut-turut adalah 450,
415, 365 dan 315, sehingga nilai rata-rata aspek manfaat sebesar 386,25 dari nilai maksimum 500.
Penelitian tentang kajian kemitraan dilakukan oleh Natalia 2005, yang meneliti tentang kemitraan antara Perum Perhutani dengan petani melalui
program pengelolaan hutan bersama masyarakat, pada kasus di Desa Cibeber II, RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang dijalankan termasuk dalam kategori Prima Madya, yaitu perum perhutani sebagai perusahaan besar bertindak sebagai
penyedia sarana, jangka waktu kemitraan menengah 5 tahun dan diperpanjang sampai batas akhir daur tanaman pokok, dan Perum Perhutani tidak terlibat dalam
pemasaran hasil tanaman pertanian. Permana 2007 juga melakukan penelitian tentang kajian kemitraan antara
Perum Perhutani dengan petani melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat di Desa Protomulyo dan Desa Magelung, RPH Mugas, BKPH
Mangkang, KPH Kendal, Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Berdasarkan analisis tingkat hubungan kemitraan, kemitraan antara petani penggarap dengan
Perum Perhutani termasuk dalam kategori Prima Madya. Perum Perhutani sebagai perusahaan besar bertindak sebagai penyedia sarana, jangka waktu kemitraan
yaitu 2 tahun sesuai dengan perjanjian kerjasama, sedangkan untuk pemasaran pihak Perum Perhutani tidak terlibat.
Sedangkan Lestari 2011 dalam penelitiannya tentang analisis pola dan kelayakan kemitraan antara petani hutan rakyat dengan PT Bina Kayu Lestari
Group di Tasikmalaya Jawa Barat menyimpulkan bahwa tingkat hubungan kemitraan antara petani, PT BKL Group dan Perhutani petani di Desa Mekarjaya
maupun antara PT BKL Group, Perhutani dan LMDH di Kelurahan Urug adalah termasuk kategori kemitraan Prima Madya. Sedangkan tingkat kemitraan antara
petani dengan PT BKL Group di desa Leuwibudah adalah termasuk kemitraan Prima Utama.
Berikut ini adalah tabel tingkat hubungan kemitraan beberapa penelitian sebelumnya tentang kemitraan.
Tabel 14 Tingkat hubungan kemitraan beberapa penelitian sebelumnya
1 2
3 Nama
Peneliti Pesta Natalia
Indra Permana Iyis Puji Lestrai
Tahun 2004
2007 2010
Judul Penelitian
Kajian Kemitraan antara Perum Perhutani
dengan Petani Melalui Program Pengelolaan
Hutan bersama Masyarakat Studi
Kasus di Desa Cibeber II, RPH Leuwiliang,
BKPH Leuwiliang, KPH Bogor.
Kajian Kemitraan antara Perum Perhutani
dengan Petani Melalui Program Pengelolaan
Hutan bersama Masyarakat Studi
Kasus di Desa Protomulyo dan Desa
Magelung, RPH Mugas, BKPH Mangkang, KPH
Kendal, Perum Perhutani Unit 1 Jawa
Tengah. Analisis Pola dan Kelayakan
Kemitraan antara Petani Hutan Rakyat dengan PT Bina Kayu
Lestari Group di Tasikmalaya Jawa Barat
Tingkat Hubungan
Kemitraan Kemitraan yang
dijalankan termasuk dalam kategori Prima
Madya Tingkat hubungan
kemitraan antara Petani dengan Perum
Perhutani di Desa Protomulyo dan
Magelung adalah tingkat Prima Madya.
Tingkat hubungan kemitraan antara petani, PT BKL Group, Perhutani di
Desa Mekarjaya dan antara petani, PT BKL Group, Perhutani dan
LMDH di Kelurahan Urug adalah termasuk kategori kemitraan Prima
Madya. Sedangkan hubungan kemitraan antara petani dan PT
BKL Group di Desa Leuwibudah termasuk kategori kemitraan Prima
Utama.
Berdasarkan data perbandingan tingkat hubungan kemitraan ini, dapat dikatakan bahwa beberapa kemitraan yang dijalankan Perum perhutani, baik yang
melibatkan petani saja, melibatkan petani dan perusahaan lokal maupun melibatkan petani dan perusahaan asing dalam hal ini adalah PT KIFC, sudah baik
karena sudah mencapai tingkat Prima Madya, namun masih perlu dijalin lebih
baik lagi dan perlu adanya kesepakatan-kesepakatan kerjasama agar dapat berkelanjutan. Bahkan kemitraan antara petani dengan perusahaan lokal seperti
kasus di Desa Leuwibudah dalam penelitian Lestari 2011 sudah mencapai tingkat Prima Utama, dimana kemitraan usaha tersebut perlu dikembangkan dan
terus dilanjutkan, karena saling membutuhkan, saling menguntungkan, saling memperkuat dan menghidupi.
5.5 Pendapatan Responden dan Kontribusi Tanaman Kerjasama bagi