lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing Hafsah 2000.
Menurut Hermawan 1999 dalam Natalia 2005, azas dalam kemitraan adalah adanya azas kesejajaran kedudukan mitra, azas saling membutuhkan dan
azas saling menguntungkan, selain itu diperlukan pula adanya azas saling mematuhi etika bisnis kemitraan.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan menurut Fahrudda et al. 2005 adalah 1 Persamaan atau equality, 2 Keterbukaan atau transparancy dan 3 Saling
menguntungkan atau mutual benefit.
2.7. Kendala-kendala kemitraan
Hal-hal yang menjadi kendala tercapainya tujuan kemitraan antara lain adanya struktur pasar monopolistic yang mengharuskan petani untuk menjual
seluruh hasil produksinya kepada perusahaan mitra usahanya, sehingga memberi peluang bagi perusahaan untuk menekan harga produk tersebut. Selain itu
kemampuan petani yang rendah dalam hal pendidikan, kemampuan manajerial serta akses terhadap modal dan informasi Badan Agribisnis Departemen
Pertanian 1995. Menurut Hafsah 2000, kegagalan yang terjadi pada kemitraan usaha sering
disebabkan oleh karena fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari rasa belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas
dasar kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kondisi ini menjadikan kedudukan usaha kecil di pihak yang lemah dan
usaha menengah dan besar sangat dominan dan cenderung mengeksploitasi yang kecil. Di samping itu lemahnya manajemen dan penguasaan teknologi yang
disebabkan oleh lemahnya sumberdaya manusia yang dimiliki usaha kecil sering menjadi faktor kegagalan kemitraan usaha.
2.8. Pendapatan Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur
atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluan sendiri. Orang yang tinggal di rumah tangga ini disebut anggota
keluarga, sedang yang bertanggung jawab atau dianggap bertanggung jawab terhadap rumah tangga tersebut adalah kepala rumah tangga BPS 1990 dalam
Harini 2000
Menurut White 1976 dalam Kartasubrata 1986, ciri-ciri umum rumah tangga di daerah pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Rumah tangga memiliki dua fungsi rangkap, yaitu unit produksi, konsumsi,
reproduksi dalam arti luas dan unit interaksi sosial, ekonomi dan politik. 2.
Tujuan rumah tangga di pedesaan adalah untuk mencukupi kebutuhan para anggotanya.
3. Impilikasi penting bagi pola penggunaan waktu antara lain adalah :
a. Rumah tangga petani miskin akan bekerja keras untuk mendapatkan
produksi meskipun kecil. b.
Mereka seringkali terpaksa harus menambah kegiatan bertani dengan pekerjaan-pekerjaan lain walaupun hasilnya lebih kecil dibandingkan
dengan hasil bertani. c.
Rumah tangga petani menunjukkan ciri-ciri self-exploitation. Pendapatan adalah arus kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan diantara
berbagai alternatif penggunaan sumber-sumber yang langka Singarimbun Penny 1976.
Sajogyo 1982 membedakan pendapatan rumah tangga di pedesaan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Pendapatan dari usaha bercocok tanam padi.
2. Pendapatan dari usaha bercocok tanam padi, palawija, dan kegiatan pertanian
lainnya. 3.
Pendapatan yang diperoleh dari seluruh kegiatan, termasuk sumber-sumber mata pencaharian di luar bidang pertanian.
Supadi dan Nurmanaf 2006 menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga pedesaan sangat bervariasi. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi
daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan, yaitu sektor pertanian dan non pertanian.
Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahataniternak dan berburuh tani. Pendapatan sektor non pertanian berasal dari
usaha dagang atau jasa. Sajogyo 1984 menyatakan bahwa makin luas usaha tani, maka makin besar persentase penghasilan rumah tangga petani.
Rumah tangga akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan pada kondisi pendapatan terbatas, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan
rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk mengonsumsi makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat
laun akan terjadi pergeseran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan menuju peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk
barang bukan makanan BPS 2003.
BAB III METODE PENELITIAN