Pemeliharaan Kendala Karakteristik Masyarakat Desa Hutan

Gambar 3 Kondisi tegakan tanaman kerjasama di Desa Mulyasejati.

5.2.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang telah dilaksanakan yaitu pemupukan I dan II. Sama seperti kegiatan penanaman, tenaga kerja diupah dengan sistem upah harian sebesar Rp 30.000,-hari dan upah dibayarkan satu minggu setelah kerja, yaitu setiap hari Jumat. Pemupukan pertama dilakukan satu bulan pasca penanaman. Pemupukan ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan awal. Pemberian pupuk berjarak 20-25 cm dari tanaman dengan dua lubang sedalam 10 cm di sebelah Timur dan Barat. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dengan dosis 50 grtanaman, jadi masing-masing lubang diberi pupuk sebanyak 25 gr. Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan relatif masih banyak. Setelah dipupuk bekas lubang ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua sampai dengan tahun kelima dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu bulan Februari - Maret dan bulan November - Desember. Masih sama dengan pemupukan pertama, pupuk yang digunakan adalah urea, hanya saja dosisnya lebih banyak yaitu 100 grtanaman. Sebelum pemupukan terlebih dahulu dilakukan pendangiran, yaitu menggemburkan tanah dengan diameter 1 m. Dua lubang berjarak 20-25 cm sedalam 10 cm di sebelah Timur dan Barat tanaman masing-masing diberi pupuk sebanyak 50 gr. Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan relatif masih banyak dan setelah dipupuk bekas lubang ditutup kembali dengan tanah.

5.2.6 Kendala

Pelaksanaan kerjasama tanaman antara Perum Perhutani, PT KIFC dan LMDH di RPH Kutapohaci ini tidak lepas dari beberapa kendala. Kendala yang dihadapi oleh PT KIFC selaku investor adalah mereka masih harus membuat perjanjian kerjasama PKS lagi dengan pihak lain karena lahan yang dijanjikan dalam MoU ternyata tidak sepenuhnya milik pemerintah, tetapi ada pihak lain yang mengelola, seperti misalnya Perum Perhutani. Selain itu juga terdapat beberapa kendala teknis seperti lambatnya penyediaan lahan untuk lokasi penanaman dan belum adanya kesiapan dari pihak mitra untuk melakukan penanaman dalam jumlah banyak di satu lokasi, lambatnya kegiatan evaluasi serta pelaporan, khususnya laporan keuangan tiga bulanan seperti yang tertuang dalam perjanjian. Sedangkan kendala yang dihadapi Perum Perhutani dan LMDH lebih banyak berupa kendala teknis di lapangan yang disebabkan oleh masalah dana dan gangguan dari masyarakat yang menolak dilakukan penanaman. Menurut salah seorang pelaksana lapangan, dana menjadi kendala karena dana kerjasama tanaman yang disediakan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, kondisi di lapangan berat sedangkan dana yang ada minim. Gangguan yang dilakukan pada tanaman kerjasama terjadi karena masyarakat belum 100 menerima program kerjasama. Hal ini dikarenakan kawasan hutan BKPH Teluk Jambe dulunya tidak produktif dan masih dalam proses recovery. Gangguan banyak terjadi setelah kegiatan penanaman dan masih berlangsung sampai sekarang tanaman telah berumur hampir 2 tahun. Gangguan tersebut sebagian besar adalah perusakan tanaman seperti pencabutan, pembabadan, penyemprotan dan pemangkasan cabang. Selain itu juga terjadi gangguan akibat bencana alam seperti longsor, tetapi intensitas kejadian dan tingkat kerusakan yang diakibatkan lebih kecil dibandingkan perusakan tanaman. Tetapi menurut beberapa informan bahwa dengan adanya kerjasama tanaman ini keadaan sudah semakin kondusif, hubungan dengan masyarakat menjadi lebih baik. Jika terjadi gangguan maka mandor melaporkan kepada KRPH, selanjutnya KRPH membuat laporan yang disebut Laporan Asper LA. Dalam LA tercantum tanggal dan lokasi kejadian, kronologis kejadian serta besarnya kerugian akibat gangguan.

5.3 Pola Kemitraan Pembangunan Hutan Tanaman

Dokumen yang terkait

Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 18 83

Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 19 74

Analisis finansial pengelolaan hutan tanaman jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 6 94

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Simulasi Multisistem Pemanenan Hutan Pada Pengelolaan Hutan Tanaman (Studi Kasus di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

1 8 58

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Potensi Kebakaran Hutan di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 4 32