Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
23
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Modal Manusia
Sampai dengan periode 1960-an, ekonom neo-klasik mengasumsikan bahwa tenaga kerja sudah tertentu dan tidak bisa dikembangkan. Analisis mengenai
pendidikan dan pelatihan tidak terintegrasi ke dalam diskusi produktivitas. Pendidikan dalam pandangan neo-klasik selama sekian dekade dipahami sebagai
bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Dalam konteks ini pelayanan pendidikan sebagai bagian dari public service atau jasa layanan
umum dari negara kepada masyarakat yang tidak memberikan dampak langsung bagi perekonomian masyarakat. Sehingga pembangunan pendidikan tidak menarik
untuk menjadi tema perhatian dan kedudukannya tidak mendapat perhatian dalam gerak langkah pembangunan.
Konsep modal manusia human capital dalam ilmu ekonomi diperkenalkan oleh Schultz 1960, 1961 dan Becker 1962. Theodore W. Schultz
merintis benih-benih teoritis hubungan antara pendidikan dan produktivitas. Schultz
berpendapat bahwa para ekonom neo-klasik hanya menganalisis secara eksplisit mengenai modal manusia. Schultz mengajarkan gagasan modal pendidikan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pengetahuan dan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan produktivitas, berkaitan secara spesifik
dengan investasi yang dilakukan dibidang pendidikan. Schultz membahas mengenai investasi sumber daya manusia dan hubungan pendidikan dengan
pertumbuhan ekonomi, dan menetapkan bahwa pendidikan bukan hanya sebagai kegiatan konsumsi, tetapi juga merupakan kegiatan investasi yang mengarah pada
pembentukan modal manusia yang sebanding dengan modal fisik, dan akan diikuti oleh pertumbuhan yang signifikan. Pengeluaran langsung konsumsi
pendidikan merupakan investasi dalam modal manusia, karena mengharapkan pengembalian berupa penghasilan yang akan diperoleh dimasa depan.
24
Konsep antara sumber daya manusia dibedakan dengan konsep modal manusia. Sumber daya manusia dapat berubah menjadi modal manusia melalui
input efektif nilai-nilai pendidikan, kesehatan dan moral. Transformasi sumber daya manusia mentah menjadi sumber daya manusia yang sangat produktif
melalui input-input tersebut adalah proses pembentukan modal manusia. Jadi modal manusia memiliki pengertian persediaan kompetensi, pengetahuan,
keahlian, keterampilan, cita-cita, kesehatan, dan sebagainya yang merupakan hasil pengeluaran atau pembelanjaan di bidang pendidikan, program perawatan dan
pemeliharaan kesehatan Todaro Smith 2006. Kemudian, Becker
14
menganalisis secara empiris investasi modal manusia sehingga muncul teori modal manusia. Penelitian Becker merupakan fundamental
dalam meyakinkan banyak orang untuk membuat pilihan investasi dalam modal manusia dengan menimbang biaya dan manfaat rasional yang mencakup
pengembalian investasi dalam pendidikan. Manfaat investasi pendidikan tidak hanya menekankan dimensi moneter saja manfaat private, tetapi juga
memperhitungkan manfaat dari dimensi non-moneter manfaat sosial seiring dengan peningkatan pendapatan dan pekerjaan. Sementara, biaya yang
dikeluarkan adalah biaya langsung terkait biaya pendidikan dan biaya tidak langsung berupa biaya lain-lain, termasuk penghasilan yang hilang apabila
bekerja. Penelitian Becker menerangkan perbedaan tingkat pengembalian untuk setiap orang yang berbeda dalam kemampuan berinvestasi dalam pendidikan dan
implikasi makroekonomi yang dihasilkan. Gambar 2.1 memperlihatkan representasi skematis dari trade-off dan tingkat
pengembalian dalam keputusan untuk melanjutkan sekolah. Skema ini mengasumsikan bahwa seseorang bekerja dari saat ia lulus sekolah hingga ia tidak
mampu bekerja lagi atau meninggal. Dua profil golongan pencari nafkah disajikan di sini, yaitu lulusan pendidikan dasar diasumsikan mulai bekerja pada usia 16
tahun dan lulusan pendidikan menengah atas diasumsikan mulai bekerja pada usia 19 tahun.
14
Becker 1965 juga mengembangkan teori yang mempelajari model ekonomi rumah tangga, dimana kegiatan produksi dan konsumsi rumah tangga tidak terpisah dari penggunaan tenaga
kerja serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan.
25
Sumber: Todaro dan Smith 2006.
Gambar 2.1 Trade-off dan tingkat pengembalian dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan pendidikan.
Tingkat pendidikan yang dienyam oleh seseorang, secara umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh perpaduan antara permintaan dan
penawaran. Dari sisi permintaan, terdapat dua hal yang paling berpengaruh terhadap jumlah atau tingkat pendidikan yang diinginkan, yaitu: i harapan bagi
siswa yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik dimasa yang akan datang hal ini merupakan manfaat pendidikan
individual bagi siswa danatau keluarganya; serta ii biaya-biaya pendidikan, baik bersifat langsung maupun tidak langsung yang harus ditanggung oleh siswa
danatau keluarganya. Jadi sebenarnya, permintaan terhadap pendidikan merupakan “permintaan tidak langsung” terhadap kesempatan memperoleh
pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik Todaro Smith 2006. Hal ini
dikarenakan untuk memperoleh pekerjaan di sektor modern, sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Bagi sebagian masyarakat negara berkembang,
terutama golongan miskin, permintaan pendidikan adalah untuk mengamankan kesempatan memperoleh pekerjaan. Permintaan atas tingkat pendidikan yang
dianggap harus dicapai untuk mendapatkan pekerjaan berpenghasilan tinggi di sektor modern bagi seseorang atau bagi anggota masyarakat, sangat ditentukan
oleh kombinasi pengaruh dari: selisih atau perbedaan upahpendapatan antara
Manfaat Lulusan Sekolah
Menengah Atas Lulusan
Pendidikan Dasar Pendapatan
Biaya Tidak Langsung 16
Biaya Langsung Umur
19 66
Biaya Langsung