Latar Belakang The Role of Education on Poverty Reduction in Indonesia
2
Masalah kemiskinan di Indonesia juga ditandai oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat. Perkembangan indikator seperti Indeks Pembangunan
Manusia IPM
1
dari United Nation Development Program UNDP menunjukkan ketertinggalan Indonesia dibanding dengan beberapa negara di kawasan asia
tenggara Association of Southeast Asian Nations - ASEAN. Meskipun nilai IPM Indonesia tahun 2011 mengalami kenaikan, namun peringkat IPM Indonesia
berada di bawah rata-rata IPM ASEAN.
Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia wilayah ASEAN tahun 2011
No. Negara
IPM Ranking
187
No. Negara
IPM Ranking
187
1 2
3 3
1 2
3 3
1 Singapura
0,866 26
6 Indonesia
0,617 124
2 Brunei
Darussalam 0,838
33 7
Vietnam 0,593
129 3
Malaysia 0,761
61 8
Laos 0,524
138 4
Thailand 0,682
103 9
Kamboja 0,523
139 5
Filipina 0,644
112 10
Myanmar 0,483
149
Sumber: UNDP 2011. Rata-rata IPM ASEAN 2011 = 0,653
Selain hal tersebut, menurut Laporan Daya Saing Global 2011 oleh Forum Ekonomi Dunia, Indonesia menempati peringkat 44 dari 139 negara. Di kawasan
ASEAN, Indonesia menempati posisi kelima dan masih berada di bawah rata-rata ASEAN Tabel 1.2. Indeks daya saing global adalah indikator komposit yang
dapat menangkap fondasi daya saing ekonomi mikro dan ekonomi makro nasional. Daya saing didefinisikan sebagai seperangkat institusi, kebijakan, dan
faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Produktivitas, pada gilirannya mempengaruhi tingkat kemakmuran yang dapat dicapai suatu negara.
Pada tingkat wilayah di dalam suatu negara, konsep daya saing daerah adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja
yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik dan internasional. Sasaran peningkatan daya saing suatu perekonomian adalah bermuara pada
meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk.
1
IPM memberikan ukuran gabungan tiga dimensi pembangunan manusia: panjang umur diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan
rata-rata lama sekolah dan standar hidup yang layak diukur dari paritas daya beli.
3
Dalam pengertian ini, sumber keunggulan daya saing berdasarkan teori tahapan
pembangunan ekonomi
mengklasifikasi menjadi
tiga tahap.
Pertama, .
perekonomian yang didorong faktor produksi, di mana keunggulan bersumber pada sumber daya alam berlimpah dan tenaga kerja murah. Kedua,
perekonomian yang didorong faktor efisiensi, dimana keunggulan dipicu oleh investasi yang besar, modern dan efisien. Ketiga, perekonomian yang didorong
faktor inovasi, dimana keunggulan berasal dari produktivitas tenaga kerja terampil dan pemanfaatan teknologi tinggi.
Tabel 1.2 Global Competitiveness Index GCI negara ASEAN, tahun 2011
No. Negara
GCI Ranking
139
No. Negara
GCI Ranking
139
1 2
3 3
1 2
3 3
1 Singapura
5,48 3
6 Vietnam
4,27 59
2 Malaysia
4,88 26
7 Filipina
3,96 85
3 Brunei
Darussalam 4,75
28 8
Kamboja 3,63
109 4
Thailand 4,51
38 9
Laos Tidak dihitung
Tidak dihitung
5 Indonesia
4,43 44
10 Myanmar
Sumber: WEF 2011a, 2011b. Rata-rata GCI ASEAN 2011 = 4,49
Kualitas sumber daya manusia SDM yang baik tidak hanya menjadi ukuran keberhasilan suatu negara, akan tetapi menjadi cerminan keunggulan
terhadap bangsa lainnya. Pengembangan kualitas SDM, bukan saja pada aspek kemampuan dan ketrampilan, tetapi juga aspek moral dan mentalnya. SDM yang
berkualitas merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa pada percaturan global. Tenaga kerja terampil sebagai
salah satu faktor produksi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi tingkat pendapatan nasional. Dalam hal ini, kualitas SDM
Indonesia masih menjadi tantangan pembangunan di Indonesia. Kualitas SDM Indonesia ini sangat terkait dengan akses ke infrastruktur pendidikan dan kualitas
pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan Indonesia dituntut untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu
bersaing dalam pasar kerja global.
4
Menurut World Bank 2002, pendidikan merupakan salah satu instrumen paling kuat yang dimiliki masyarakat untuk mengurangi kemiskinan dan
kerentanan. Pendidikan dapat membantu meningkatkan pendapatan potensial, memperluas mobilitas tenaga kerja, meningkatkan kesehatan orang tua dan anak-
anak, mengurangi kesuburan dan kematian anak, dan mengupayakan suara rakyat yang kurang beruntung dalam masyarakat dan sistem politik. Todaro dan Smith
2006 mengemukakan bahwa pendidikan dipercaya mempunyai peran penting dalam membentuk kemampuan manusia dan suatu negara untuk menyerap
maupun menciptakan teknologi modern serta mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Secara langsung
pendidikan memberikan pengetahuan dan keterampilan, sehingga meningkatkan produktivitas dan menciptakan akses ke lapangan kerja Weiss 1995, Oxaal 1997.
Dengan demikian, akan mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan dalam membantu mengurangi kemiskinan, serta kelaparan. Secara tidak langsung, peran
pendidikan dapat mencakup banyak bidang kehidupan, termasuk kegiatan ekonomi, kesetaraan gender, kesehatan ibu, dan pengembangan keterampilan.
Pendidikan memberdayakan orang dan membantu mereka untuk menjadi lebih proaktif, mendapatkan kontrol atas hidup mereka, dan untuk memperluas berbagai
pilihan yang tersedia UNESCO 1997. Pendidikan diakui sebagai hak asasi manusia dan berhubungan erat dengan hampir semua dimensi pembangunan, baik
pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, maupun pembangunan manusia. Penelitian mengenai peran penting pendidikan diprakarsai oleh Schultz
2
1960, 1961 dan Becker
3
1962, 1975. Schultz merintis pembahasan tentang investasi sumber daya manusia dan menetapkan bahwa pendidikan sebagai
kegiatan konsumsi dan investasi, - mengarah pada pembentukan modal manusia yang sebanding dengan modal fisik - akan diikuti oleh pertumbuhan ekonomi
yang signifikan. Penelitian Becker meyakinkan banyak orang untuk membuat pilihan investasi dalam modal manusia dengan menimbang biaya dan manfaat
rasional yang mencakup pengembalian investasi dalam pendidikan.
2
Theodore W. Schultz, dianugerahi Nobel Memorial Prize dalam ilmu ekonomi pada tahun 1979 atas rintisan penelitian dalam pembangunan ekonomi, khususnya masalah negara berkembang.
3
Gary S. Becker, dianugerahi Nobel Memorial Prize dalam ilmu ekonomi pada tahun 1992, karena telah memperluas analisis ekonomi mikro ke berbagai perilaku dan interaksi manusia.
5
Pendidikan juga digunakan sebagai alat signaling dan screening dalam pasar tenaga kerja untuk mengidentifikasi sumber daya manusia yang paling produktif
Spence 1973, Stiglitz 1973
4
. Pendidikan erat kaitannya dengan lapangan pekerjaan, di mana pendidikan merupakan suatu “permintaan tidak langsung”
terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan. Sertifikat pendidikan diasumsikan dapat digunakan sebagai sinyal kemampuan yang dimiliki seseorang. Dengan
demikian hasil pendidikan berpengaruh terhadap struktur angkatan kerja, yang pada gilirannya akan berdampak pada tingkat produktivitas pekerja.
Pada akhir periode 1980-an, ide dasar tersebut diperluas oleh Romer 1986, 1990, 1994 dan Lucas 1988, yang menyatakan bahwa investasi dalam modal
manusia, inovasi dan pengetahuan merupakan kontributor yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi. Dikenal sebagai teori pertumbuhan endogen, yang
berfokus pada eksternalitas positif dan efek spillover ekonomi berbasis pengetahuan yang akan mengarah pada pembangunan ekonomi. Selanjutnya,
konsep pendidikan sebagai sebuah investasi berkembang secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan
prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya dan mempunyai peran terhadap pengurangan kemiskinan.
Tilak 1989 telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara pendidikan dan kemiskinan, dan menyimpulkan bahwa ketika partisipasi
pendidikan meningkat, proporsi penduduk miskin mengalami penurunan. Tilak menjelaskan bahwa hubungan antara pendidikan dan kemiskinan akan berbanding
terbalik. Dimana, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk dalam suatu populasi, maka akan semakin rendah proporsi penduduk miskin dalam populasi
tersebut. Disebutkan bahwa pendidikan menanamkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan upah atau pendapatan yang lebih tinggi,
sehingga dapat berguna untuk mengatasi kemiskinan. Hubungan antara pendidikan dan kemiskinan tersebut dapat ditunjukkan melalui diagram plot
antara rata-rata lama sekolah dengan persentase penduduk miskin, seperti yang terdapat di Indonesia melalui Gambar 1.2 di bawah ini.
4
Michael Spence, Joseph Stiglitz dan George Akerlof, menerima Nobel Memorial Prize dalam ilmu ekonomi tahun 2001, mengenai dinamika arus informasi dan pengembangan pasar.
6
Sumber: BPS 2006a, 2007a, 2008a, 2009a, 2010a.
Gambar 1.2 Diagram plot antara rata-rata lama sekolah dengan persentase penduduk miskin di Indonesia, periode tahun 2006-2010.
Kepedulian dunia internasional terhadap pendidikan diwujudkan dalam gerakan global Pendidikan untuk Semua PUS Education for All pada tahun
1990 dan Tujuan Pembangunan Milenium Millennium Development Goals- MDGs pada tahun 2000. Pada April 2000, kebijakan PUS hasil dari World
Education Forum yang diselenggarakan di Dakar, menegaskan komitmen masyarakat internasional untuk mengurangi kemiskinan melalui pendidikan
UNESCO 2000. Beberapa tujuan PUS antara lain: i .
menjamin bahwa hingga tahun 2015 semua anak, khususnya perempuan dan anak-anak dalam keadaan sulit
dan mereka yang termasuk etnis minoritas, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang wajib dan bebas biaya dengan kualitas yang baik; dan
ii .
mencapai perbaikan hingga 50 .
tingkat melek huruf orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan dan akses yang adil pada pendidikan
dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa. Selanjutnya, delapan tujuan yang tertuang dalam kesepakatan MDGs yakni
terkait dengan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, kesehatan, dan lingkungan hidup. Tujuan MDGs menganggap bahwa
penyelesaian pendidikan dasar, bersama dengan pencapaian MDGs lainnya, akan membantu mewujudkan tujuan mengurangi separuh jumlah orang yang hidup
dalam kemiskinan pada tahun 2015. Hal ini dipahami bahwa tingkat pendidikan dasar adalah tingkat dimana anak-anak keluarga miskin bisa lulus, dan diharapkan
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
P e
rs e
n ta
se P
e n
d u
d u
k M
is k
in
Rata-rata Lama Sekolah Tahun
Persentase Penduduk Miskin Linear Persentase Penduduk Miskin
7
prestasi mereka dapat membantu untuk memutus siklus kemiskinan UNESCO 2001. Tujuan PUS di atas juga berkontribusi terhadap upaya global dari delapan
tujuan MDG, terutama MDG-1, MDG-2 dan MDG-3 untuk menanggulangi kemiskinan melalui pendidikan dasar dan kesetaraan gender.
Terkait dengan kepedulian dunia internasional dalam bidang pendidikan, Pemerintah Indonesia juga telah mengarusutamakan tujuan PUS dan MDGs
melalui kebijakan nasional program wajib belajar pendidikan dasar wajar dikdas. Pembukaan Undang-Undang Dasar UUD 1945 sendiri telah
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Wajib belajar telah menjadi prioritas kebijakan nasional pemerintah
Indonesia sejak awal periode 1970-an, dimulai dengan meningkatkan pembangunan sarana pendidikan dasar.
5
Pada tahun 1983, Pemerintah Indonesia mencanangkan program wajib belajar enam tahun untuk anak usia 7–12 tahun
secara nasional. Kemudian dilanjutkan dengan program wajar dikdas sembilan tahun pada tahun 1994
6
, yang ditargetkan bisa tercapai pada tahun 20032004, meskipun akhirnya tidak dapat tercapai tepat waktu karena adanya krisis ekonomi
yang melanda Indonesia pada tahun 1997 Bappenas 2009. Setelah
krisis ekonomi,
perhatian pemerintah
terhadap upaya
penanggulangan kemiskinan semakin besar. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Indonesia dengan program-program pengentasan kemiskinan, namun
belum mencapai hasil yang diharapkan. Pemerintah secara tegas menetapkan upaya penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan
sebagaimana termuat dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional. Dalam Program Pembangunan Nasional Propenas tahun 2000–2004, terdapat dua
strategi utama penanggulangan kemiskinan. Pertama, melakukan berbagai upaya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan melindungi keluarga dan
kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara akibat dampak negatif krisis ekonomi dan kemiskinan struktural. Kedua, melakukan berbagai
upaya untuk membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, antara lain: memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru Bappenas 2004.
5
Sebagai persiapan pelaksanaan wajib belajar, dilaksanakan Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar melalui Instruksi Presiden Inpres No. 10 Thn 1973 dan Inpres No. 7 Thn 1983.
6
Inpres Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
8
Propenas 2000-2004 menargetkan tingkat kemiskinan sekitar 14 .
hingga tahun 2004. Namun nyatanya, tingkat kemiskinan tahun 2004 masih sekitar 16,66
. .
Selanjutnya, pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2005–2009, dengan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan
SNPK, terdapat tiga klaster program penanggulangan kemiskinan. Pertama, bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, berupa Program Keluarga Harapan
PKH, Bantuan Operasional Sekolah BOS, Bantuan Siswa Miskin BSM, program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas, dan program Beras Miskin
raskin. Kedua, penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM, Program Perluasan
dan Pengembangan Kesempatan Kerja Padat Karya Produktif. Ketiga, penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan makro,
berupa Kredit Usaha Rakyat KUR dan Kredit Usaha Bersama KUBE. Program ini juga dilanjutkan pada RPJMN 2010–2014 Kemkominfo 2011. Pada RPJMN
2005–2009, menargetkan tingkat kemiskinan sekitar 8,2 .
hingga tahun 2009. Tetapi kenyataannya, tingkat kemiskinan hingga akhir tahun 2009 masih tinggi
yakni sebesar 14,15 .
. Selanjutnya, dalam RPJMN 2010–2014 menargetkan tingkat kemiskinan
hingga 8–10 .
pada akhir tahun 2014. Kenyataannya sampai tahun 2011, tingkat kemiskinan masih sebesar 12,49 . Selama periode tahun 2000–2011, jumlah
penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung menurun, namun demikian penurunannya semakin lambat dan jumlah absolutnya masih
sangat besar yaitu sebesar 30,02 juta jiwa. Sementara itu, masih banyak penduduk Indonesia yang hidup sangat dekat dengan garis kemiskinan. Mereka suatu saat
bisa jatuh ke dalam kemiskinan jika terjadi guncangan perekonomian pada rumah tangga mereka TNP2K 2010.
Gambar 1.3 menampilkan anggaran penanggulangan kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Indonesia, selama tahun 2002-2010. Terlihat bahwa
anggaran penanggulangan kemiskinan semakin meningkat selama periode tersebut dan jumlah penduduk miskin cenderung berkurang. Fenomena ini dapat
memperlihatkan mengenai kepedulian pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan.
9
Sumber: Menkokesra 2011
Gambar 1.3 Anggaran penanggulangan kemiskinan dalam APBN dan jumlah penduduk miskin Indonesia, tahun 2002-2010.
Pengaruh krisis ekonomi di Indonesia secara langsung juga menurunkan kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, terutama
pada kelompok masyarakat miskin. Masyarakat miskin, dengan keterbatasan aset dan akses terhadap pendidikan, memerlukan intervensi pemerintah dalam hal
penyediaan layanan dan pembiayaan pendidikan. Berkaitan dengan adanya krisis ekonomi tersebut, berdampak pula pada lahirnya era reformasi yang membuat
perubahan mendasar dalam kerangka hukum kebijakan nasional bidang pendidikan Indonesia. Hal tersebut diawali dengan amandemen kedua UUD 1945
pada tahun 2000 dan amandemen keempat UUD 1945 pada tahun 2002. Amandemen kedua memasukkan bab mengenai hak asasi manusia, yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Amandemen keempat memuat Pasal 31 yang
mengatur tentang pendidikan dan menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai. Dari sisi
finansial, ketentuan amandemen keempat, pasal 31 ayat 4 menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20
. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN
dan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
17 16
18 23
42 51
63 66
94
5 10
15 20
25 30
35 40
45
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
Jm lh
P e
n d
u d
u k
m is
k in
ju ta
ji w
a
A n
g g
a ra
n T
ri ly
u n
R p
.
Anggaran Trilyun Rp. Penduduk Miskin Juta Jiwa
10
Untuk melaksanakan amanat amandemen UUD 1945 tersebut, maka ditetapkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang sekaligus mengganti dan
menyempurnakan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU Sisdiknas agar sesuai dengan amanat perubahan UUD
1945. Dalam Pasal 34 UU Sisdiknas disebutkan bahwa wajib belajar merupakan program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, sebagai tanggung jawab pemerintah dan untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah,
maka sejak bulan Juli 2005, pemerintah telah melaksanakan program Bantuan Operasional Sekolah BOS yang merupakan Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi-Bahan Bakar Minyak PKPS-BBM bidang pendidikan dan terkait dengan program wajar dikdas 9 tahun. Program ini dimaksudkan untuk menyediakan
pendanaan yang diperlukan untuk mendukung operasional sekolah agar beban biaya sekolah orang tua dapat dikurangi, dan dengan demikian meningkatkan
akses ke pendidikan dasar, khususnya bagi rakyat miskin Kemendiknas 2010. Kemudian melalui Instruksi Presiden Inpres Nomor 5 Tahun 2006, tekad
percepatan penuntasan wajar dikdas 9 tahun diharapkan dapat dicapai pada tahun 20082009. Selanjutnya, dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 34 UU
Sisdiknas, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar. Wajib belajar pada hakikatnya memberikan pelayanan
kepada seluruh masyarakat untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau.
7
Wajib belajar berfungsi dalam mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu dan bertujuan
memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam hal ini, penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal, dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar
yang meliputi SD, MI, SMP, MTs, dan bentuk lain yang sederajat. Di sisi lain, kesadaran dan ekspektasi masyarakat terhadap pendidikan
ternyata juga semakin besar, yang didukung pula dengan anggaran pendidikan nasional yang terus meningkat, sehingga masyarakat berharap bahwa layanan
7
Program wajar dikdas sebelum amandemen UUD 1945, belum menyediakan pembiayaan pendidikan.
11
pendidikan akan semakin baik.
8
Semakin banyak masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, serta semakin banyak pula
program-program beasiswa yang ditawarkan lembaga pemerintah maupun swasta. Sayangnya, belum banyak orang yang dapat meraih kesempatan ini. Masih
banyak orang miskin dan orang pandai tetapi tidak memiliki aset untuk membiayai sekolah atau mengakses ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Sumber: Kemenkeu 2012 diolah.
Gambar 1.4 Alokasi anggaran menurut fungsi pendidikan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia, tahun 2007–2011.
Pada akhir tahun 2011, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional berencana untuk mengusulkan program wajib belajar dua belas tahun
pada tahun 2013.
9
Selanjutnya, pada awal Februari 2012 Komisi X DPR RI telah menyetujui rencana untuk mematangkan program rintisan wajib belajar 12 tahun
pada tahun 2013.
10
Dari kondisi tersebut, hal yang menarik adalah pada jenjang pendidikan mana intervensi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteran masyarakat?
8
Disampaikan Mendikbud, M. Nuh, dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan pada 27 Februari 2012 di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kemdikbud.
9
http:dikdas.kemdiknas.go.idcontentberitamediakemdiknas-si.html
10
http:dikdas.kemdiknas.go.idcontentberitamediakemdikbud-ko.html
50.843 55.298
84.920 90.818
91.001
73.189 91.675
111.598 117.054
156.664
20.000 40.000
60.000 80.000
100.000 120.000
140.000 160.000
180.000
2007 2008
2009 2010
2011
M il
y a
r R
p .
APBN APBD
12