Teori Pertumbuhan Ekonomi Tinjauan Teoritis .1 Teori Modal Manusia

32 Namun, teori pertumbuhan neo-klasik tidak mampu menjelaskan sumber- sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang bukan hanya dari faktor tenaga kerja dan modal. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam model pertumbuhan neo-klasik, tingkat jangka panjang dari pertumbuhan eksogen ditentukan oleh tingkat tabungan model Harrod- Domar atau tingkat kemajuan teknis model Solow. Namun, tingkat tabungan dan tingkat kemajuan teknologi tetap tidak dapat dijelaskan. Ketidakpuasan terhadap teori pertumbuhan neo-klasik model Solow yang kurang sesuai secara empiris di negara-negara berkembang, memicu motivasi untuk meneliti faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dimulai dengan karya Romer 1986 yang menyusun representasi matematis ekonomi dimana perubahan teknologi sebagai hasil dari tindakan yang disengaja oleh manusia dalam penelitian dan pengembangan, untuk peningkatan output per pekerja berkelanjutan. Kemudian, model pertumbuhan endogen Lucas 1988 menyatakan bahwa akumulasi modal manusia yang merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan, sebagaimana akumulasi modal fisik, menentukan pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, teori pertumbuhan endogen menunjukkan dampak pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, yang menekankan pada pentingnya modal manusia untuk inovasi dan kemajuan teknologi. Para ekonom telah lama berpendapat bahwa manfaat dari akumulasi modal manusia tidak mungkin terbatas hanya kepada penerima langsung saja, tetapi mungkin akan mengimbas kepada orang lain juga. Teori pertumbuhan endogen telah membedakan diri dari pendekatan neo-klasik dengan secara eksplisit menjelaskan peran eksternalitas pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi: tenaga kerja berpendidikan dapat meningkatkan produktivitas dibandingkan rekan sekerja mereka yang kurang berpendidikan, atau mungkin ada efek spillover dari akumulasi pengetahuan atau kemajuan teknis yang timbul dari investasi dalam modal manusia. 33

2.1.4 Peranan Pemerintah dalam Perekonomian

Intervensi pemerintah sering digunakan dalam menanggulangi permasalahan pembangunan dengan berbagai jenis keputusan kebijakan publik, karena adanya fenomena kegagalan pasar. Kegagalan pasar yaitu sebuah konsep dalam teori ekonomi yang menjelaskan ketika alokasi barang dan jasa oleh pasar bebas tidak efisien. Kegagalan pasar sering dikaitkan dengan informasi asimetri, pasar persaingan tidak sempurna, masalah principal-agent, eksternalitas, atau keberadaan barang publik. Samuelson 1954, 1955, 1958 dengan perspektif Keynesian, mengembangkan teori keuangan publik dalam beberapa penelitiannya untuk menentukan alokasi sumber daya yang optimal dengan adanya barang private dan barang publik. Samuelson menyatakan bahwa barang publik harus disediakan selama manfaat keseluruhan untuk konsumen dari barang publik setidaknya sama besar dengan biaya penyediaannya. ‘Kondisi Samuelson’ dalam teori barang publik di bidang ekonomi, adalah kondisi untuk penyediaan barang publik yang efisien dapat dianggap sebagai generalisasi dari konsep penawaran dan permintaan dari private untuk barang publik. Peran pemerintah dibangun di atas teori ekonomi kesejahteraan dan digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial melalui kebijakan pemerintah dari sudut pandang efisiensi ekonomi dan pemerataan Stiglitz 2000. Ada beberapa alasan penting perlunya campur tangan pemerintah, antara lain: i tidak semua barang dan jasa bisa disediakan melalui mekanisme pasar; ii untuk memecahkan masalah konflik kepentingan dalam masyarakat; iii supaya pelaku ekonomi, masyarakat, atau pasar bisa berfungsi sebaik- baiknya; iv untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dasar; dan v untuk lebih menyeimbangkan kekuatan-kekuatan pasar sehingga tercipta struktur yang lebih adil Hyman 2006. Dari beberapa alasan tersebut di atas, dapat dirangkum menjadi 3 tiga fungsi utama pemerintah, yaitu: 1. Fungsi alokasi, yaitu peran pemerintah dalam mempengaruhi alokasi sumber daya oleh sektor swasta. 34 2. Stabilisasi, yaitu dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya stabilisasi perekonomian tetapi dalam konteks politik, sosial, dan keamanan. 3. Redistribusi, yaitu fungsi pemihakan yang berupa kebijakan. Di samping peran pemerintah yang strategis tersebut, ternyata pemerintah juga menghadapi resiko kegagalan dalam mencapai tujuannya. Terdapat empat sumber pokok kegagalan pemerintah yaitu, keterbatasan informasi, keterbatasan kendali atas respon pasar, keterbatasan kendali atas birokrasi, dan keterbatasan karena proses politik Stiglitz 2000.

2.1.5 Produk Domestik Regional Bruto PDRB per Kapita

Produk domestik regional bruto PDRB per kapita sering digunakan sebagai salah satu indikator dasar pertumbuhan ekonomi yang mengukur tingkat output total ekonomi relatif terhadap jumlah penduduk suatu wilayah pada periode tertentu. PDRB per kapita mengukur kemampuan suatu wilayah untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduk. PDRB per kapita bukanlah pengukuran standar hidup dalam suatu perekonomian, namun sering digunakan sebagai indikator kesejahteraan dengan alasan rasional bahwa semua penduduk akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan produksi ekonomi wilayah mereka. PDRB per kapita mencerminkan perubahan kesejahteraan populasi secara keseluruhan UN 2007. Pendapatan individu memainkan peran kunci dalam status kemiskinan seseorang ketika mempertimbangkan ukuran kemiskinan secara ekonomi baik absolut atau relatif. Dasar pemikiran dibelakang kedua pendekatan tersebut merupakan pengukuran penghasilan yang didekati dengan pengeluaran. Orang dianggap miskin ketika mereka tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Hal yang sama berlaku untuk suatu wilayah dengan PDRB per kapita pada tingkat agregat, berkaitan dengan tingkat kemiskinan. Pandangan aktivis pro- pertumbuhan mengatakan bahwa peningkatan pendapatan per kapita suatu wilayah pada akhirnya mengarah pada penurunan jumlah penduduk miskin dengan meningkatkan pendapatan individu atau sebaliknya. Gagasan ini yang dikenal dalam literatur bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi dari pendapatan