123
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tilak 2006. Tilak menyatakan bahwa pendidikan pasca pendidikan dasar, yaitu pendidikan
menengah dan tinggi, lebih lebih berperan terhadap pembangunan. Pendidikan pasca pendidikan dasar mendorong pertumbuhan ekonomi, yang akan
berkontribusi signifikan terhadap pengurangan kemiskinan di India. Tabel 5.3 menyajikan jumlah dan persentase tenaga kerja menurut tingkat
pendidikan di Indonesia selama periode tahun 2003-2010. Terlihat bahwa jumlah maupun persentase tenaga kerja berpendidikan dasar SD dan SMP secara umum
mengalami penurunan selama periode tersebut. Sedangkan tenaga kerja berpendidikan menengah cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan
informasi hasil penelitian, mulai jenjang pendidikan menengah lebih berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari
permintaan tenaga kerja berpendidikan menengah ke atas yang cenderung meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Tabel 5.3 Jumlah dan persentase tenaga kerja menurut pendidikan di Indonesia, tahun 2003-2010
Tahun SD
SMP SMU
Jumlah Naker
juta jiwa Persentase
Naker Jumlah
Naker juta jiwa
Persentase Naker
Jumlah Naker
juta jiwa Persentase
Naker
2003 35,71
38,48 18,57
20,01 11,84
12,75
2004 35,13
37,48 18,57
19,82 11,39
12,15
2005 36,02
38,34 19,13
20,36 11,98
12,75
2006 34,91
36,58 18,37
19,25 12,92
13,53
2007
37,96 37,99
18,83 18,84
12,75 12,76
2008 36,76
35,84 19,04
18,57 14,40
14,04
2009 29,65
28,27 19,39
18,49 14,58
13,90
2010
31,32 28,94
20,63 19,07
15,91 14,71
Sumber: BPS 2010a.
124
5.3.3 Tingkat Kesempatan Kerja Pendidikan Tinggi
Berdasarkan nilai peluang statistik uji, dapat dikatakan bahwa secara statistik koefisien regresi variabel tingkat kesempatan kerja lulusan
pendidikan tinggi
signifikan pada taraf nyata α = 1
. , . Tingkat kesempatan kerja lulusan
pendidikan tinggi
memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Dengan koefisien sebesar -0,27 dapat diartikan bahwa jika tenaga kerja lulusan
pendidikan tinggi
meningkat 1 .
, maka persentase penduduk miskin akan berkurang sebesar 0,27
. , ceteris paribus.
Berdasarkan informasi hasil penelitian, fenomena ini menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas pekerja terampil dan berpengetahuan tinggi akan
berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan. Pekerja yang memiliki keterampilan tinggi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan per kapita melalui peningkatan produktivitas, sehingga dapat berperan dalam mengurangi kemiskinan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Khan dan Williams 2006. Khan dan Williams menyatakan bahwa pendidikan tinggi sangat
penting untuk pengentasan kemiskinan, karena berperan sebagai pelengkap pendidikan dasar dan menengah, dimana pendidikan tinggi akan menyediakan
guru-guru terlatih, pengembangan kurikulum yang relevan secara lokal, dan melengkapi SDM pendidikan dengan manajemen yang solid dan keterampilan
pemerintahan. Pendidikan tinggi menyediakan keahlian mendasar untuk semua sektor masyarakat dan ekonomi.
Berdasarkan teori tahapan pembangunan ekonomi, pada tahap awal pembangunan, perekonomian akan didorong oleh faktor produksi yang bersumber
pada sumber daya alam berlimpah dan tenaga kerja murah. Pada tahap selanjutnya perekonomian akan didorong oleh faktor efisiensi, yang dipicu oleh investasi yang
besar, modern dan efisien. Kemudian tahap berikutnya, perekonomian akan didorong oleh faktor inovasi, yang berasal dari produktivitas tenaga kerja terampil dan
pemanfaatan teknologi tinggi.
Perkembangan perekonomian di Indonesia, lambat laun akan menyebabkan pergeseran struktur tenaga kerja. Semakin lama, semakin tinggi tingkat
perekonomian, maka dibutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi lebih tinggi.
125
Dengan perkembangan perekonomian yang telah terjadi di Indonesia, semakin dibutuhkan tenaga kerja trampil. Hal ini akan memperluas tingkat kesempatan
kerja bagi tenaga kerja dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Kualitas angkatan kerja Indonesia dapat dilihat antara lain dari tingkat
pendidikan angkatan kerja tersebut. Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, relatif akan semakin baik keahlian yang dimiliki dan diharapkan akan dapat
mengisi lapangan kerja yang menuntut kualifikasi khusus tenaga kerja yang dibutuhkan. Mengingat tuntutan perubahan jaman dan kemajuan teknologi,
maupun kebutuhan dalam pasar kerja, lapangan pekerjaan yang tersedia akan turut berubah yang membutuhkan tenaga kerja trampil dan kemampuan yang
bervariasi. Jika dilihat dari sisi tingkat upah, terdapat perbedaan yang cukup mencolok
antara pekerja berpendidikan dasar SLTP ke bawah, SLTA maupun pendidikan tinggi. Pada tahun 2011, rata-rata upahgaji bersih pekerja berpendidikan SD
hanya sebesar Rp. 758 ribubulan, SLTP sebesar Rp. 1.120 ribubulan, sedangkan SLTA sebesar Rp. 1.445 ribubulan dan pendidikan tinggi lebih dari 2 juta
rupiahbulan Pusdatinaker 2012. 5.3.4 PDRB per kapita
Berdasarkan nilai peluang statistik uji, dapat dikatakan bahwa secara statistik koefisien regresi variabel PDRB per kapita yang diestimasi terindikasi
sangat signifikan pada taraf nyata α = 1
. . PDRB per kapita memiliki pengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan. Dimana jika PDRB per kapita meningkat 1
. , maka persentase penduduk miskin akan berkurang sebesar 0,05
. , cp
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wahyuni 2011 yang menyatakan bahwa peningkatan PDRB per kapita akan berdampak pada
penurunan kemiskinan. Secara teori, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang
tercipta akan memperbesar peluang pekerjaan. Partisipasi dalam lapangan kerja akan menghasilkan pendapatan. Dengan demikian kenaikan pertumbuhan
ekonomi PDRB per kapita akan memberikan manfaat bagi penduduk untuk meningkatkan kesejahteraannya. Ketika pendapatan secara rata-rata meningkat,