Anggaran Fungsi Pendidikan The Role of Education on Poverty Reduction in Indonesia

81 dan menjadi langkah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup warga negara. Peningkatan derajat pendidikan diprioritaskan sebagai upaya untuk dapat mengurangi kemiskinan. Rasio anggaran pendidikan terhadap total anggaran digunakan sebagai proksi pengeluaran pemerintah daerah untuk investasi publik bidang pendidikan. Angka ini dapat digunakan untuk menilai penekanan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, relatif terhadap nilai dari investasi publik lainnya. Angka ini juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia. Semakin tinggi persentase pengeluaran pemerintah untuk pendidikan menunjukkan kebijakan prioritas pemerintah untuk pendidikan lebih tinggi relatif terhadap nilai dari investasi publik lainnya, termasuk pertahanan dan keamanan, kesehatan, jaminan sosial, dan sektor sosial atau ekonomi lainnya. Perumusan program pembangunan bidang pendidikan pada akhirnya akan berimplikasi pada besarnya kebutuhan anggaran yang harus disediakan oleh pemerintah. Selama ini, kekurangan anggaran atau keterbatasan anggaran masih menjadi alasan klasik dari lambatnya kemajuan pembangunan pendidikan nasioanl. Namun demikian, mengingat pentingnya pendidikan tersebut, pemerintah tetap memprioritaskan anggaran pembangunan dibidang pendidikan. Keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan ditunjukkan dalam Amandemen UUD 1945 dan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas. Langkah pemerintah dalam pembiayaan pendidikan diwujudkan dengan memprioritaskan anggaran pendidikan dialokasikan minimal 20 . –selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan– dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN pada sektor pendidikan dan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata nasional rasio anggaran fungsi pendidikan di Indonesia selama periode tahun 2006-2010 sudah mencapai lebih dari 20 . . Namun jika dilihat masing-masing provinsi, masih terdapat perbedaan kemampuan daerah dalam memenuhi alokasi yang ditetapkan perundangan. Kemampuan masing-masing daerah berkisar antara 8-38 . , dengan kecenderungan semakin meningkat Gambar 4.7. 82 d u m R E DU 1 0 R E DU0 9 R E DU 0 8 R E DU 0 7 KT I KBI KT I KBI KT I KBI KT I KBI 4 0 3 5 3 0 2 5 2 0 1 5 1 0 R a s io A n g g ar a n P e n d id ik an 1 9,12 22 ,8 6 20,41 24,83 2 2,72 27,65 22 ,69 27,96 Sumber: Kemenkeu 2007-2010. Gambar 4.7 Box plot rasio anggaran fungsi pendidikan di Indonesia, tahun 2007-2010. Provinsi-provinsi dengan rasio anggaran fungsi pendidikan tertinggi antara lain Provinsi Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, dan Lampung, berkisar antara 29 . hingga 37 . . Sedangkan provinsi-provinsi dengan rasio anggaran fungsi pendidikan terendah antara lain Provinsi Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Papua Barat, dan Papua berkisar antara 12 – 20 . Gambar 4.8. Jika dilihat, besaran PDRB yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Papua Barat, dan Papua tergolong tinggi, tetapi rasio anggaran fungsi pendidikannya termasuk rendah. Hal ini ditengarai karena fungsi pelayanan umum lainnya masih memiliki persentase tinggi terhadap total belanja daerah provinsi, namun dengan kecenderungan menurun dibanding dengan fungsi pendidikan yang memiliki kecenderungan meningkat DJPK 2011. Gambar 4.8 memperlihatkan rata-rata perubahan rasio anggaran fungsi pendidikan secara nasional dan provinsi selama periode tahun 2007-2010. Rata- rata perubahan rasio anggaran fungsi pendidikan nasional sebesar 1,45 . . Rata- rata perubahan rasio anggaran fungsi pendidikan tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Hal ini dapat mengindikasikan peningkatan perhatian pemerintah daerah terhadap pendidikan di wilayahnya. Sedangkan enam provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Timur, DI. Yogyakarta, Sumatera Barat, Papua Barat, NTT dan Maluku Utara memiliki rata-rata 83 perubahan negatif pada periode tersebut. Berarti terjadi penurunan rasio anggaran fungsi pendidikan di provinsi-provinsi tersebut. 6 5 4 3 2 1 -1 35 30 25 20 15 10 Rat a - r a t a pe r uba ha n r a s io a nggar a n pe ndidika n R a ta -r a ta R a s io A n g g a ra n P e n d id ik a n 1.45 23.6 J a T e n g J a T i m K a l Ba r K a l Se l K a l Te ng K a l Ti m K e p Ri La m pun g M a l uku M a l U t B a B e l N AD N TB N TT P a p Ba r P a p ua Ria u S ul Ba r S ul Se l S ul Te ng S ul Tr a B a l i S ul U t S um B a r S um S e l S uM ut B a n te n B e n gkul u D IY D KI G or on ta l o J a B a r J a m bi S IN G P ap u a P ap Bar M alU t M alu ku Su lB ar G o ro n talo Su lTra Su lSel Su lTen g Su lU t K alTim K alSel K alTen g K alBar N TT N TB Bali Ban ten JaTim D IY JaTen g JaBar D K I K ep Ri BaB el Lam p u n g Ben gku lu Su m Sel Jam b i Riau Su m Bar Su M u t N A D Sumber: Kemenkeu 2007-2010. Gambar 4.8 Rata-rata rasio anggaran fungsi pendidikan dan tren perubahan menurut provinsi di Indonesia, periode tahun 2007– 2010.

4.3 Kesempatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia SDM. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Daya saing suatu daerah tidak bisa dipisahkan dari mutu dan kualitas sumber daya manusianya. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, yang merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Modal dasar yang berkualitas menjadi alat dan tujuan utama pembangunan. Tingginya tingkat pencapaian pendidikan biasanya menyebabkan kesempatan kerja yang lebih besar dan tingkat partisipasi angkatan kerja yang lebih tinggi. Hal ini terutama karena orang yang lebih berpendidikan menempati posisi yang lebih kompetitif di pasar tenaga kerja, dan juga karena orang tersebut telah berinvestasi yang besar dalam modal manusia dan perlu pengembalian atas investasi pendidikan mereka. Gambaran besaran SDM Indonesia dalam kegiatan perekonomian dapat dilihat dari rasio yang bekerja menurut pendidikan yang ditamatkan terhadap total angkatan kerja, disajikan pada Gambar 4.9. 84 Sumber: BPS 2006c, 2007c, 2008c, 2009c, 2010c. Gambar 4.9 Perkembangan rasio tingkat kesempatan kerja penduduk usia 15 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Indonesia, periode tahun 2003–2010. Gambar 4.9 menunjukkan bahwa tingkat kesempatan kerja menurut jenjang pendidikan cenderung semakin kecil sejalan dengan makin meningkatnya jenjang pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan angka partisipasi sekolah ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang cenderung menurun. Kondisi ini secara umum menunjukkan bahwa taraf pendidikan pekerja di Indonesia sebagian besar masih berpendidikan SD. Namun demikian, perkembangan tingkat kesempatan kerja TKK menunjukkan kecenderung yang menurun bagi pekerja tidak lulus SD dan lulusan pendidikan SD dan SMP. Sedangkan TKK bagi lulusan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi cenderung meningkat. Semakin besar angka tingkat kesempatan kerja berpendidikan tinggi, semakin baik pula kondisi ketenagakerjaan suatu wilayah. Pembangunan ekonomi yang telah terjadi di Indonesia telah menyebabkan perubahan struktur ekonomi. Apabila terjadi perubahan kondisi perekonomian, secara ekonomi akan berdampak terhadap perubahan struktur ketenagakerjaan. Meski telah terjadi perubahan struktur perekonomian di wilayah Indonesia, namun belum sepenuhnya semua wilayah mampu mengimbangi dengan pergeseran struktur tenaga kerja terampil. Hal ini mengindikasikan bahwa laju pergeseran tenaga kerja di wilayah Indonesia relatif lebih lambat dibanding laju pergeseran perekonomian sektoral BPS 2010f. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 SD 035 034 034 033 035 033 026 027 SMP 018 018 018 017 017 017 017 018 SMU 012 011 011 012 012 013 013 014 SMK 005 006 005 006 005 006 007 008 D IIIIII 002 002 002 002 002 003 002 003 DIV-S123 002 003 003 003 003 004 004 005 5 10 15 20 25 30 35 40