Kaitan Tingkat Kesempatan Kerja menurut Jenjang Pendidikan dengan Tingkat Kemiskinan

106 Demikian pula halnya dengan plot data antara tingkat kesempatan kerja jenjang pendidikan tinggi dengan tingkat kemiskinan di Indonesia selama periode tahun 2007-2010, terjadi hubungan negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat kesempatan kerja lulusan diploma dan strata, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan semakin turun. Gambar 5.7 Scatter-plot antara tingkat kesempatan kerja pendidikan tinggi dan persentase penduduk miskin di Indonesia, tahun 2007–2010. Menurut teori pertumbuhan endogen, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh besarnya modal dan tenaga kerja, serta oleh akumulasi modal manusia melalui pertumbuhan teknologi. Akumulasi modal manusia merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk menunjukkan semakin tinggi modal manusia. Secara umum, semakin berpendidikan seseorang maka akan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Jika tingkat pendidikan lebih tinggi maka akses ke dunia kerja menjadi lebih mudah dan dapat memperoleh posisi yang lebih baik, sehingga tingkat pendapatannya semakin baik. Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi di Indonesia selama ini telah menyebabkan perubahan struktur perekonomian. Namun, perubahan struktur perekonomian tersebut belum sepenuhnya mampu diimbangi dengan pergeseran struktur tenaga kerja. Menurut data BPS, penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2010 masih didominasi oleh pekerja berpendidikan dasar ke bawah 77,20 . . Pekerja berpendidikan tinggi hanya sekitar 2,77 . untuk diploma dan 6,43 . berpendidikan strata BPS 2010g. 107 Disamping itu, karakteristik kemiskinan menurut tingkat pendidikan tertinggi kepala rumah tangga miskin KRTM yang bekerja, antara lain: 90,65 . KRT miskin yang bekerja adalah berpendidikan dasar ke bawah dan KRT miskin yang bekerja berpendidikan menengah atau pendidikan tinggi masing-masing sebesar 8,86 . dan 0,49 . BPS 2010h. Berdasarkan informasi data tersebut, secara umum mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir kepala rumahtangga, semakin kecil kemungkinan rumahtangga tersebut jatuh ke dalam kemiskinan.

5.1.6 Kaitan PDRB per kapita dengan Tingkat Kemiskinan

Berdasarkan plot data antara PDRB per kapita dan tingkat kemiskinan di Indonesia selama periode tahun 2007-2010, terjadi hubungan negatif. Artinya, semakin tinggi PDRB per kapita maka tingkat kemiskinan akan makin kecil. Gambar 5.8 Scatter-plot antara PDRB per kapita dan persentase penduduk miskin di Indonesia, tahun 2007–2010. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita merupakan indikator perekonomian yang sering dipakai untuk mengukur kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Secara umum, kinerja perekonomian Indonesia selama periode tahun 2007-2010 menunjukkan peningkatan. Selama periode tersebut, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6 . dan rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita sekitar 4 . . Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat berdampak terhadap peningkatan pendapatan. Meningkatnya pendapatan per kapita diharapkan dapat membantu untuk keluar dari kemiskinan. 108

5.1.7 Kaitan Indeks Gini dengan Tingkat Kemiskinan

Jika dilihat berdasarkan plot data antara indeks gini dan tingkat kemiskinan selama periode tahun 2007-2010 di Indonesia, terjadi hubungan positif. Artinya, semakin tinggi indeks gini maka tingkat kemiskinan akan semakin besar. Gambar 5.9 Scatter-plot antara indeks gini dan persentase penduduk miskin di Indonesia, tahun 2007–2010. Tingkat kemiskinan erat kaitannya dengan ketimpangan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan suatu daerah dapat menentukan bagaimana pendapatan daerah mampu menciptakan perubahan-perubahan dan perbaikan- perbaikan dalam masyarakat, khususnya dalam mengurangi kemiskinan. Distribusi pendapatan yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran secara umum, tetapi hanya menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja. Menurut Todaro dan Smith 2006 ketimpangan pendapatan yang ekstrem menyebabkan inefisiensi ekonomi. Penyebabnya adalah ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecil bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapat kredit pinjaman. Masyarakat yang tidak dapat meminjam uang, pada umumnya tidak dapat menyediakan pendidikan atau memulai bisnis. Tingkat ketimpangan yang tinggi akan memberikan kontribusi kepada tingkat kemiskinan yang tinggi pula. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan yang memperbaiki distribusi pendapatan –dan juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi– merupakan prioritas penting dalam menanggulangi kemiskinan.