I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang
menyebabkan perubahan sosial budaya dan pola konsumsi masyarakat. Pada awalnya masyarakat masih mengkonsumsi jagung, ubi, dan sagu lalu berubah
menjadi hanya mengkonsumsi beras semata. Saat ini masyarakat Indonesia mengkonsumsi 139 kg beraskapitatahun yang termasuk konsumsi yang terbesar
dibanding negara-negara lain di Asia Julian 2010. Selain itu juga padi menjadi sumber perekonomian bagi sebagian besar masyarakat pedesaan. Berbagai aspek
kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan politik akan sangat terpengaruh jika produksi padi berkurang.
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, konsumsi beras di Indonesia pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009
sampai 2010, pertumbuhan produksi dan produktivitas padi secara keseluruhan di Indonesia masing-masing sebesar 1,17 dan 1,26. Hal ini tidak sebanding
dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sebesar 1,49 per tahun, dimana konsumsi beras nasional mencapai 139 kg per kapita per tahun. Oleh
karena itu, muncul isu ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi beras yang terus meningkat sehingga diperlukan upaya peningkatan
produksi padi. Pemerintah membuat program untuk upaya peningkatan produksi beras ini dengan program upaya P2BN Peningkatan Produksi Beras Nasional.
Kepedulian masyarakat pada persoalan pertanian, kesehatan, dan lingkungan global yang mengalami peningkatan pada beberapa tahun ini,
diwujudkan dengan berbagai upaya konkrit, seperti upaya pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan, sehat, bebas dari residu-residu
pestisida dan zat kimia lainnya. Salah satu program yang mendukung tersebut adalah program “Go Organik 2010” yang dicanangkan pemerintah yang
bekerjasama dengan para pelaku usaha di sektor swasta. Program ini bertujuan untuk menunjang program ketahanan dan kemandirian di bidang pertanian serta
untuk kembali ke pola pertanian organik sehingga bisa menjadikan ‘Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik utama dunia’. Perpaduan program
P2BN dan ‘Go Organik 2010’ ini berusaha untuk tetap meningkatkan produksi padi nasional dengan menggunakan input-input organik, seperti pupuk dan
pestisida agar dapat mengembalikan kesuburan tanah dan menjaga lingkungan. Program ini pun mendapat animo yang besar dari masyarakat. Oleh karena itu
permintaan terhadap padi organik ini sangat banyak. Ahmad 2007 memproyeksikan kebutuhan pasar dan produksi padi
organik yang terus meningkat dari tahun 2005 sampai 2009 tabel 1. Data tabel 1, tahun 2005 produksi padi mampu memenuhi kebutuhan pasar yaitu sekitar
550,3 kuintal. Namun pada tahun berikutnya produksi padi organik ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi tidak
seimbang dengan peningkatan yang lebih besar pada kebutuhan pasar. Pada tahun 2009, produksi padi organik di Indonesia hanya sebesar 577,08 kuintal, sedangkan
kebutuhan pasar sebesar 1.141,102 kuintal. Permintaan yang lebih tinggi dibanding penawaran, mengindikasikan bahwa padi organik ini memiliki prospek
yang bagus di masa yang akan datang. Bahkan laju pertumbuhan penjualan pangan organik di dunia berkisar dari 20-30 per tahun pada dekade terakhir ini,
termasuk padi organik Asrulhoesein 2010. Luas penanaman padi organik nasional kurang dari 5 dari total luas lahan sawah di Indonesia atau sekitar lebih
dari 630.000 ha
1
.
Tabel 1. Proyeksi Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia Kuintal
Tahun Produksi
Kebutuhan Pasar Selisih Kebutuhan Pasar
dan Produksi 2005
550,30 550,30
0,00 2006
557,17 660,36
101,18 2007
563,86 792,43
228,57 2008
570,52 950,92
380,39 2009
577,08 1.141,10
564,00
Sumber: Ahmad 2007 dalam Asrulhoesein 2010
Adanya perkembangan teknologi pertanian organik ini turut dipengaruhi adanya trend peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan yang berimbas
pada peningkatan konsumsi produk-produk organik terutama pada masyarakat di perkotaan. Konsumen potensial dari produk organik ini adalah warga menengah-
1
Setyono, Agus. 2009. Berbicara dalam www.trubusonline.com
[diakses tanggal 16 Februari 2011]
atas yang jumlahnya berkisar 10 atau 22 juta penduduk Indonesia, akan tetapi produsen beras organik di Indonesia baru melayani maksimal 15 dari jumlah
konsumen tersebut
2
. Hal ini dikarenakan harga produk-produk pertanian organik yang relatif mahal dibanding produk pertanian anorganik. Contohnya beras
organik Cimelati yang dijual dengan harga Rp 10.500,- per kg dan Rajalele yang dijual seharga Rp13.000,- per kg Mahesa R 2010. Beras anorganik bisa dijual
dengan harga Rp 5.000 – Rp 7.000 per kg. Tentu saja bagi masyarakat kalangan menengah bawah lebih memilih mengkonsumsi beras anorganik dibanding beras
organik. Kurangnya kepedulian mereka akan kesehatan dan juga keterbatasan keuangan yang menjadi penyebabnya.
Selain berdampak pada permintaan dan bertambahnya konsumen, animo masyarakat yang besar berdampak pada semakin banyak petani yang tertarik
untuk menerapkan sistem teknologi pertanian organik di berbagai daerah Sulaeman 2007. Akan tetapi hal tersebut menyebabkan munculnya banyak
perbedaan dan pemahaman yang berbeda tentang pertanian organik. Sehingga harus diimbangi dengan regulasi atau peraturan yang jelas baik dari pemerintah
maupun dari lembaga internasional seperti Standar Nasional Indonesia SNI Sistem Pangan Organik. Dimana regulasi ini menjadi aturan dasar pertanian
organik di Indonesia dan juga sertifikasi. Penggunaan sistem pertanian anorganik dapat menghasilkan padi dengan
produktivitas 5-6 ton per hektar Mahesa 2010. Sementara itu, produktivitas padi dengan sistem pertanian organik mengalami penurunan pada panen pertama
hingga 20 atau 4,5 ton per hektar. Akan tetapi pada musim panen keempat dan kelima, produktivitas padi organik akan mengalami peningkatan hingga mencapai
9 ton per hektar
3
. Hal ini berarti dalam jangka panjang padi organik dapat berpotensi menghasilkan padi yang lebih banyak dibanding padi anorganik.
Penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam jumlah yang besar serta dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan penurunan kesuburan dan kesehatan
lahan pertanian, munculnya resistensi hama dan penyakit, terjadinya
2
Suyamto. 2009. Berbicara dalam www.trubusonline.com [diakses tanggal 30 Desember 2010]
3
_______. 2007. Hidup Sehat dengan Mengkonsumsi Beras Organik dalam Harian Medan Bisnis. www.bumiganesa.com
[diakses tanggal 30 Desember 2010].
ketergantungan para petani kepada sarana pertanian kimia, serta tingginya residu pestisida berbahaya dalam pangan yang dikonsumsi Samsudin, 2010.
Penggunaan bahan organik sebagai kompos secara rutin akan meningkatkan kesuburan tanah, melalui penambahan unsur hara dan perbaikan
sifat tanah. Bahan organik juga ini dapat menjadikan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan dapat menekan
perkembangan hama dan penyakit. Selain kompos, banyak juga ditemukan bahan- bahan pestisida yang diolah baik dari tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di
lingkungan sekitar kita maupun hewan seperti air kencing kelinci. Pestisida ini disebut pestisida nabati yang selain dapat membunuh hama dan penyakit juga
tidak mengakibatkan efek negatif bagi lingkungan dan residu yang berbahaya. Ditemukan juga agen antagonis, yaitu beberapa cendawan dan bakteri yang secara
alami dapat menekan perkembangan hama dan penyakit tanaman yang biasa. Kompos atau pupuk organik, pestisida, dan agen antagonis ini dapat dibuat sendiri
atau secara kelompok oleh petani
4
. Pelaksanaan sistem pertanian organik di Indonesia belum dapat
disertifikasi menurut sertifikat organik internasional. Hal ini dikarenakan lahan yang sudah tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia masih dapat
tercemar oleh air dan udara di lingkungan sekitar yang masih menggunakan bahan-bahan kimia. Sementara pertanian organik baik dari lahan, air, dan udara
harus steril dari bahan dan residu kimia berbahaya. Oleh karena itu sistem pertanian yang dilaksanakan masih sistem pertanian sehat. Yang disebut dengan
sistem pertanian sehat ini adalah sistem pertanian yang sudah tidak menggunakan pestisida kimia untuk memberantas hama, tapi menggunakan pestisida nabati.
Meskipun masih menggunakan pupuk anorganik, namun penggunaannya tidak terlalu banyak dibanding pertanian anorganik.
Sentra produksi padi terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat Lampiran 1. Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang mendukung
perkembangan sistem pertanian sehat meskipun skala usahanya masih kecil, terutama untuk sistem pertanian padi sehat. Pengembangan sistem pertanian sehat
4
________. 2010. Pertanian Konvensional vs Pertanian Sehat: Layak Mana?. Majalah Media Infokom Semai. Bogor: Lembaga Pertanian Sehat LPS Dompet Dhuafa.
ini tersebar di berbagai kabupaten, salah satunya Kabupaten Bogor. Sentra produksi padi sehat di Kabupaten Bogor adalah Desa Ciburuy.
1.2. Perumusan Masalah