Penyiangan Pemupukan Karakteristik Responden

ruang bagi tanaman untuk memperoleh oksigen dan unsur hara, sehingga tanaman akan tumbuh lebih optimal dengna jumlah anakan yang maksimal juga. Bibit yang ditanam minimal lima bibit per rumpun dan ujung akarnya tidak terlalu dalam atau masih berada dipermukaan tanah.

5.3.4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bertujuan untuk membersihkan atau mengurangi tanaman selain tanaman pokok yang ditanam padi atau bisa disebut dengan tanaman gulma. Penyiangan ini bertujuan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara dan untuk mencegah serangan hama seperti tikus. Gulma-gulma tersebut dicabut secara manual dengan menggunakan tangan, yang bikenal dengan sebutan ngarambet. Kegiatan ini dilakukan disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan ke lumpur atau dibuang ke pematang sawah. Sebelum melakukan kegiatan ngarambet, biasanya para petani mengurangi gulma dengan cara ngagarok. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengerok permukaan tanah dengan menggunakan alat garokan. Alat garokan ini pada umumnya dibuat sendiri oleh petani. Kegiatan penyiangan ini pada umumnya dilakukan dua kali, yaitu ketika tanaman berumur 15 HST Hari Setelah Tanam dan umur tanaman 30 HST. Akan tetapi kegiatan ini bersifat kondisional, dapat dissuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma dilahan. Pada penyiangan kedua, kegiatan ngagarok tidak dilakukan karena pertumbuhan gulma sudah berkurang.

5.3.5. Pemupukan

Penggunaan pupuk organik maupun pupuk anorganik kimia diperlukan tanah untuk menambah kebutuhan hara tanah dari luar. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tanaman yang ketersediannya terbatas. Kegiatan pemupukan ini pada umumnya dilakukan 2 kali pemupukan dalam satu musim tanam baik untuk pupuk organik maupun pupuk anorganik. Menurut rekomendasi pemerintah, pemupukan sebaiknya dilakukan tiga kali untuk pupuk Urea, sementara ini untuk pupuk TSP dan KCL digunakan sekaligus saat pemupukan pertama. Dosis yang dianjurkan untuk pemupukan per hektar adalah 200-300 kg Urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCL. Sementara penggunaan pupuk kimia untuk usahatani padi sehat di lokasi penelitian rata-rata per hektar adalah 200 kilogram untuk Urea, 93 kilogram untuk TSP, 1 kilogram untuk KCL, 20 kilogram untuk Phonska, dan 2 kilogram untuk NPK. Selain penggunaan pupuk anorganik, petani responden di lokasi penelitian pada umumnya menggunakan juga pupuk organik, seperti pupuk kompos dan pupuk kandang. Penggunaan pupuk kompos di lokasi penelitian rata-rata digunakan sebanyak 2 ton per hektar, sedangkan penggunaan pupuk kandang rata- rata sebanyak 497 kilogram per hektar. Pupuk kompos yang digunakan adalah pupuk dengan merek “OFER” yang merupakan singkatan dari Organic Fertilizer. Pupuk ini diproduksi oleh koperasi kelompok tani yang ada di lokasi penelitian. Pupuk kompos ini berasal dari limbah pertanian, seperti jerami kering, arangsekan, dan dedak halus, serta kotoran sapi yang relatif sudah matang. Bahan- bahan tersebut, ditambahkan larutan kultur bakteri seperti larutan bioaktivator, molase, dan air yang kemudian di fermentasi dengan suhu 40-45 ˚C. Kotoran hewan yang terkandung dalam pupuk kompos ini mengandung unsur hara seperti yang terdapat pada pupuk kimia anorganik. Pupuk kompos ini dapat diaplikasikan dengan dua cara, yaitu disebar langsung sepanjang jalur antara rumpun padi, atau dengan cara menempatkan pupuk kompos pada tiap rumpun padi. Pemberian pupuk yang pertama dialkukan saat umur tanaman 15 HST atau setelah ngarambet dilakukan. Pemberian pupuk dapat dilakukan kembali apabila perkembangan tanaman disarankan belum optimal. Pemupukan kedua dapat dilakukan setelah tanaman berumur 30 HST. Selain pupuk organik dan pupuk kimia, pemupukan juga diberikan dengan pupuk cair. Namun tidak semua petani responden menggunakan pupuk cair ini. Pupuk cair yang digunakan petani responden, pada umumnya dibuat sendiri. Pupuk ini berasal dari ikan asin, keong, urin kelinci, gula, dan tambahan kotoran hewan yang kemudian di fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Pupuk cair ini dikenal dengan naman LOF Liquid Organik Fertilizer. Pupuk cair ini diberikan sebanyak tiga kali, yaitu ketika tanaman berumur 14 HST, 28 HST, dan 45 HST.

5.3.6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dokumen yang terkait

Analisis Gender Dalam Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) (Kajian Program Beras Seha! di Desa Ciburuy, Kecall1atall Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 237

Analisis kinerja kelembagaan agribisnis dan efisiensi teknik usahatani padi (kasus petani binaan lembaga pertanian sehat, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 36 108

Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 11 194

Kelembagan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik (Studi Kasus Komunitas Petani Padi Sawah, Kampung Ciburuy,Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

6 103 177

Evaluasi kemitraan petani padi dengan lembaga pertanian sehat dompet dhuafa republika desa Ciburuy, kecamatan Cigombong kabupaten Bogor

0 4 216

Penataan kelembagaan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat (studi di kampung Ciburuy, desa Ciburuy, kecamatan Cigombong, kabupaten Bogor)

1 22 173

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sehat di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

3 9 218

Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Padi Semiorganik di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,Kabupaten Bogor

3 28 148

Penerapan LEISA pada Usahatani Padi Sehat dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Gapoktan Harapan Maju dan Gapokan Silih Asih, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 10 98