yang memiliki lahan sempit kurang dari 0,1 ha, lebih memilih menyimpan seluruh hasil produksi mereka untuk konsumsi rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa
status kepemilikan lahan petani dan luas lahan petani berkorelasi terhadap perilaku stok petani. Dimana semakin kecil luas lahan petani dan status lahan
gadai akan membuat petani semakin banyak menyimpan stok. Hal ini dikarenakan jumlah produksi yang mereka dapatkan tidak terlalu banyak dan jika dijualpun
uang yang diperoleh tidak terlalu banyak jika dibandingkan uang yang harus mereka keluarkan jika harus membeli beras.
Dengan melakukan stok, petani tidak memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan pangan di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan di
tingkat petani khususnya di lokasi penelitian cukup baik. Hal ini akan membantu mendorong peningkatan ketahanan pangan nasional.
7.2. Biaya Usahatani Padi Sehat
Biaya usahatani terdiri dari dua komponen, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. biaya yang langsung dikeluarkan petani adalah biaya tunai,
seperti biaya input, biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK, biaya air irigasi, pajak, dan sewa lahan. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang
tidak dikeluarkan langsung dalam bentuk uang tunai, seperti opportunity cost lahan, penyusutan, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK.
Biaya tenaga kerja luar keluarga menjadi nilai biaya terbesar dalam biaya tunai. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas usahatani mulai dari persemaian,
penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan sampai pemanenan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga TKLK. Upah untuk tenaga kerja
pria sebesar Rp 25.000,00 dan Rp 15.400.00 untuk upah rata-rata tenaga kerja wanita dengan jam kerja per hari selama lima jam. Namun untuk aktivitas
pemanenan, tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan upahnya berkisar antara Rp 200,00 sampai Rp 300,00 per kilogram bergantung pada jarak lahan
sawah. Hal ini dkarenakan upah pemanenan tersebut sudah termasuk biaya pengangkutan hasil panen ke jalan raya, Rp 200,00 per kilogram untuk lahan yang
jaraknya dekat dengan jalan raya dan Rp 300,00 untuk lahan yang jauh jaraknya. Namun rata-rata petani mengeluarkan biaya panen ini sebesar Rp 250,00 per
kilogram. Petani yang mengluarkan biaya terbesar untuk biaya TKLK ini adalah petani penyewa sebesar Rp 3.537.071,42. Hal ini dikarenakan petani penyewa
tidak menjadikan pekerjaan bertani sebagai mata pencaharian utama, petani ini memiliki pekaerjaan lain selain bertani sehingga mereka banyak mempekerjakan
buruh tani untuk menggarap lahan sewaannya. Biaya kedua terbesar bagi petani pemilik, penyewa, dan penyakap adalah
biaya pupuk organik. Dimana biaya untuk pupuk organik lebih besar dibanding biaya untuk pupuk anorganik. Berbeda halnya dengan petani penggadai yang
biaya pupuk anoganiknya lebih besar. Hal ini dikarenakan jumlah pupuk organik yang digunakan petani kecuali petani penggadai cukup banyak dibanding pupuk
anorganik. Meskipun harga beli pupuk tersebut tidak terlalu mahal yaitu sekitar Rp 700-1.000,- per kilogram. Petani penggadai lebih memilih menggunakan
pupuk anorganik yanng lebih banyak dikareakan mereka sulit menerima teknologi baru untuk mengubah penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik.
Pupuk anorganik yang banyak digunakan oleh petani responden adalah pupuk urea. Sementara pupuk yang jarang digunakan oleh petani responden
adalah pupuk NPK dan KCL. Penggunaan pupuk NPK yang sedikit ini dikarenakan petani telah menggunakan pupuk Phonska, dimana pupuk ini
merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur N, P, dan K. Dikarenakan petani menerapkan sistem pertanian sehat yang menggunakan
obat-obatan alami, maka pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati. Akan tetapi hanya sebagian petani pemilik dan penyewa yang menggunakan pestisida
nabati ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tidak menggunakan obat-obatan sama sekali dan melakukan penyemprotan apabila tanaman mereka terserang
hama atau penyakit. Hal ini dikarenakan, tanaman padi petani responden di lokasi penelitian jarang terkena hama dan penyakit.
Biaya untuk air irigasi dimana sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi pedesaan atau irigasi semi teknis atau yang dikenal petani responden dengan
sebutan Janggol. Biaya ini dikeluarkan untuk membayar sekelompok petugas yang mengatus jalur irigasi lahan mereka. Biaya air irigasi ini berbeda tiap petani
responden tergantung pada luas lahan garapan petani. Sementara bajak yang digunakan di lokasi penelitian terdiri dari bajak dengan traktor yang biayanya
sebesar Rp 100.000,00 dan bajak menggunakan kerbau dengan biaya Rp70.000,00. Pada petani penyakap terdapat biaya bagi hasil dimana mereka
harus memberikan 50-60 persen hasil produksi padi sehat mereka kepada pemilik lahan. Dimana bila bagi hasil ini dihitung dalam bentuk uang maka biaya yang
harus dikeluarkan petani penyakap sekitar Rp 5.795.486,96.
Tabel 18. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per Hektar di Desa Ciburuy
Tahun 2011
Keterangan Hak Milik
Sewa Sakap
Gadai Nilai Rpha
Nilai Rpha Nilai Rpha
Nilai Rpha
Biaya Tunai Benih
159.375,00 251.285,71
320.020,63 577.500,00
Pupuk Organik 3.987.500,00
2.508.809,52 1.182.802,56
400.000,00 Pupuk Anorganik
517.500,00 1.499.200,00
791.875,93 706.250,00 Pupuk Cair
66.875,00 53.500,00
- -
Pestisida -
71.142,86 172.576,60
120.000,00 TKLK
1. Wanita 499.750,00
834.333,33 670.836,70
802.500,00 2. Pria
256.250,00 1.144.404,76
692.314,80 868.750,00
3. Borongan 1.525.000,00
1.558.333,33 1.169.242,32
1.359.375,00 Sewa Lahan
- 1.166.666,67
- -
Air Irigasi 116.666,67
133.619,04 89.642,37
334.375,00 Sewa Bajak
365.000,00 50.257,14
516.505,65 875.000,00
Pajak Lahan 266.666,67
- -
52.083,33 Bagi Hasil
- -
5.795.486,96 -
Total Biaya Tunai 7.760.583,33
9.271.552,38 11.401.304,52 6.095.833,33
Biaya Diperhitungkan TKDK
1. Wanita 30.519,08
- 19.673,12 -
2. Pria 993.750,00
176.904,76 418.704,16 868.750,00 Penyusutan
167.500,08 27.809,54 98.134,41 169.166,53
Sewa Lahan 1.166.666,67
- -
1.166.666,67 Total Biaya
Diperhitungkan 2.358.435,83
204.714,30 536.511,69 2.204.583,19
Total Biaya 10.119.019,16
9.476.266,68 11.937.816,21
8.300.416,53
Total biaya keseluruhan dari usahatani paling besar dikeluarkan oleh petani penyakap sebesar Rp 11.937.816,21. Hal ini dikarenakan adanya
komponen biaya bagi hasil yang harus dikeluarkan petani penyakap. Dimana biaya bagi hasil ini lebih besar biayanya dibanding dengan biaya untuk sewa lahan
atau opportunity cost lahan yang harus dikeluarkan petani lain. Sementara biaya paling kecil dikeluarkan oleh petani penggadai yaitu sebesar Rp 8.300.416,53. Hal
ini dipengaruhi oleh penggunaan pupuk organik dan anorganik yang tidak terlalu banyak sehingga biaya yang dikeluarkannya pun sedikit dibanding petani lain.
7.3. Pendapatan Usahatani Padi