Pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Pengeluaran usahatani meliputi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya
yang sifatnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, meliputi biaya untuk benih, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Sementara komponen biaya
dalam usahatani terbagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi
usahatani. Biaya diperhitungkan adalah biaya tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, seperti opportunity cost lahan milik pribadi, tenaga kerja dalam keluarga,
penggunaan benih hasil produksi sendiri serta penyusutan dari sarana produksi. biaya total usahatani didefinisikan sebagai semua nilai masukan yang habis
terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Analisis RC rasio dapat juga dilakukan untuk menunjukkan besar
usahatani yang diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan usahatani. Semakin besar RC rasio maka semakin besar pula
penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut menunjukkan kelayakan suatu usahatani sehingga menguntungkan
untuk dilaksanakan dimana tingkat kelayakannya dilihat dari nilai RC rasio. Nilai RC rasio lebih besar dari satu yang berarti setiap tambahan biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya. Jika nilai RC rasio lebih kecil dari satu berarti setiap tambahan
biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada tamabahan biaya. nialai RC rasio yang sama dengan satu berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sama
dengan tambahan penerimaan yang diperoleh sehingga memperolehh keuntungan normal.
3.1.6. Konsep Kelembagaan
Kelembagaan pada dasarnya mempunyai dua pengertian, yaitu: kelembagaan sebagai suatu aturan main rule of the game dalam interaksi
personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hierarki Hayami et al. 1981 dalam Baga dkk 2009. Kelembagaan sebagai suatu aturan
main adalah sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun
tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak-hak serta tanggung jawabnya.
Kelembagaan sebagai suatu organisasi adalah sebuah kumpulan orang-orang dengan sadar berusaha untuk memberikan sumbangsih mereka kearah pencapaian
suatu tujuan umum Winardi 2003 dalam Baga 2009. Proses terbentuknya kelembagaan terbagi menjadi dua, yaitu kelembagaan
yang tumbuh secara alamiah yang terbentuk karena adanya kebutuhan masyarakat, berlangsung dalam kurun waktu yang lama, bersifat informal, dan
umumnya tidak tertulis. Kelembagaan juga dapat sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu memiliki ciri yaitu adanya inisisasi dalam proses
pembentukannya, sifatnya lebih formal, dan umumnya bersifat tertulis rumusa tujuan, tata tertib yang berlaku dan rumusan kerja sama antara pelaku. Secara
umum terdapat tiga jenis kelembagaan yang bergerak dalam agribisnis di Indonesia yaitu:
1. Kelembagaan Sosial
Adalah seperangkat aturan atau tata cara untuk melaksanakan sekumpulan kepentingan yaitu kepentingan para petani berdasarkan aturan-aturan sosial
yang terdapat di dalam masyarakat. Bentuk-bentuk kelembagaan sosial dalam pertanian diantaranya kelompok tani, kelompencapir, Himpunan Kerukunan
Tani Indonesia HKTI, dan lain-lain. 2.
Kelembagaan Ekonomi Kelembagaan ekonomi dalam bidang agribisnis dapat berupa : Usaha Dagang
UD, Firma, Perusahaan Terbatas PT, kemitraan, dan lain-lain. Kemitraan usaha agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan
satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing pihak memperoleh
penghasilan dari suatu bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan keterpaduan yang dilandasi rasa
saling menguntungkan, memerlukan, dan saling melaksanakan etika bisnis Suwandi 1995 dalam Baga, dkk 2009.
3. Kelembagaan Sosial-Ekonomi
Adalah kelembagaan yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja tetapi juga
memperhatikan aspek-aspek
ekonomi dalam
pengembangan pertaniannnya. Contoh kelembagaan sosial-ekonomi adalah koperasi.
Berikut ini adalah contoh kelembagaan penunjang dalan kegiatan agribisnis yang ada di lokasi penelitian terdiri dari:
1. Kelompok Tani Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani
secara horizontal dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa dengan kepentingan yang sama yaitu memanfaatkan sumberdaya
pertanian guna meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya. Kelembagaan ini dapat dibentuk berdasarkan komoditas,
areal pertanian, dan gender. Kelompok tani ini digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Selain itu juga berperan
untuk membantu para petani memecahkan permasalahan seperti pemenuhan sarana produksi, teknis produksi dan pemasaran hasil serta
untuk meningktakna produktivitas usahatani melalui pengelolaan usahatani secara bersamaan. Beberapa keuntungan kelompok tani sebagai
berikut
8
: a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan terbinanya
kepemimpinan kelompok. b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama
antar petani. c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi
baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan input atau produk yang dihasilkan.
f. Membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya.
7
Azisturindra. 2010. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat tani. Jakarta: Pusat Penyuluhan Pertanian. Badan Penyuluhan Pertanian dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian
Pertanian.
Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya,
peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat
dan mandiri. Kelopoktani yang berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompok tani gapoktan. Ciri gapoktan atau kelompok tani
yang kuat dan mandiri antara lain
9
: a. Adanya pertemuan anggota pengurus yang diselenggarakan secara
berkala dan berkesinambungan; b. Disusunnya rencana kerja gapoktan dan dievaluasi pada setiap akhir
pelaksanaan; c. Memiliki aturannorma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama;
d. Memiliki pencatatanpengadministrasian setiap anggota organisasi yang rapih;
e. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;
f. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar; g. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha
para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya; h. Adanya kerjasama antara kelompok tani dan gapoktan dengan pihak
lain; i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau
penyisihan hasil usahakegiatan gapoktan. 2. Koperasi
Koperasi dilatarbelakangi oleh adanya kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, seperti lembaga
keuangan, lembaga pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta sumber informasi. Koperasi didefinisikan sebagai
perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
8
______. 2010. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat tani dalam Pengembangan Agribisnis. Jakarta: Pusat Penyuluhan Pertanian. Badan Penyuluhan Pertanian dan Pengembangan SDM
Pertanian. Kementrian Pertanian.
budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis. Gerakan koperasi berperan penting dalam
meningkatkan kekuatan tawar bargaining power para petani. Selain itu juga menjadi kekuatan penyeimbang countervailing power terhadap
berbagai bentuk keserakahan dan ketidakadilan. Koperasi sendiri memiliki ciri-ciri yaitu : anggota sebagai pemilik
dan pelanggan, pelanggan sebagai anggota dan pemilik koperasi; bekerja berdasarkan partisipasi anggota, oleh anggota, dari anggota, dan untuk
anggota; dikelola dan dikontrol oleh anggota secara demokratis; dan peduli pada masyarakat dan pendidikan bagi anggota. Sedangkan prinsip-
prinsip koperasi antara lain: 1. Keanggotaan yang sukarela dan terbuka; 2. Pengawasan demokrasi oleh anggota; 3. Partisipasi anggota dalam
kegiatan ekonomi; 4. Otonomi dan kemandirian independen; 5. Pendidikan, Pelatihan, dan Penerangan; 6. Kerjasama antar Koperasi; 7.
Kepedulian terhadap masyarakat.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional