sebelumnya. Pembersihan jerami tersebut dilakukan dengan cara membenamkan jerami ke dalam tanah. Hal tersebut dilakukan agar jerami cepat mmbusuk dan
merubah menjadi kompos sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Proses selanjutnya adalah pembajakan yang dapat dilakukan secara manual
dicangkul dan dibajak baik menggunakan binatang kerbau maupun menggunakan traktor. Petani responden di daerah penelitian lebih banyak yang
menggunakan bajak traktor. Akan tetapi untuk lahan yang jauh dari jalan dan sulit dijangkau oleh traktor, petani responden menggunakan tenaga kerja hewan yaitu
kerbau untuk membajak lahannya, meskipun membutuhkan waktu lebih dari 1 hari untuk mengerjakannya.
Kegiatan pembajakan dilanjutkan dengan kegiatan perataan tanah atau dikenal dengan istilah ngegaru, yaitu kegiatan menghaluskan struktur tanah hasil
pembajakan yang masih berupa bongkahan-bongkahan tanah. Karena pembajakan tanah biasanya tidak mampu mencapai sudut sawah, sehingga dicangkul untuk
menyelesaikan tanah yang tidak terbajak tersebut. Petani juga biasanya merapikan pematang sawah dengan cara dikikis dengan cangkul kemudian dilempar ke
lahan, lalu ditambal lagi dengan tanah berlumpur hingga rata memopok. Setelah itu, kemudian di lahan diberakan selama beberapa minggu. Lamanya waktu
pemberaan tanah tergantung pada umur bibit semai. Penyemaian benih pembibitan untuk usahatani padi sehat memerlukan
waktu sekitar 22 hari setelah disemai. Setelah bibit siap dipindah ke lahan, tanah kembali dibajak dengan kerbau atau traktor. Pembajakan ini dilakukan guna
mengembalikan kondisi tanah setelah beberapa waktu diberakan diistirahatkan. Setelah ini lahan diratakan dengan garok papan perata hingga permukaan lahan
relatif rata.
5.3.2. PembibitanPenyemaian
Sebelum penyemaian dilakukan, lahan dipersiapkan terlebih dulu untuk tempat penyemaian. Persiapan lahan untuk penyemaian biasanya dilakukan
setelah lahan selesai dibajak atau saat waktu pemberaan lahan setelah dibajak. Lahan tersebut dibuat menjadi beberapa petakan. Kemudian petakan tersebut
dibuat lebih tinggi dari permukaan lahan sekitarnya, lalu diratakan
permukaannnya. Luas lahan yang digunakan tergantung jumlah benih, namun tidak ada anjuran tertentu untuk luasan lahan semai atau pembibitan.
Lahan yang telah dipersiapkan kemudian ditaburi dengan kompos lalu ditimpa dengan tanah. Benih kemudian disebar diatas permukaan lahan tersebut.
Benih yang dianjurkan untuk satu hektar lahan adalah 25 kilogram, akan tetapi petani responden di lokasi penelitian pada umumnya menggunakan benih rata-rata
sebanyak 45,3 kilogram per hektar. Sebelum benih siap disebar, dilakukan perendaman benih terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan untuk merangsang perkecambahan, sehingga diperoleh benih yang siap disebar dan tumbuh secara optimal di lahan persemaian. Perendaman
benih ini dilakukan selama 24 jam, setelah ini benih dicuci sambil dipisahkan antara benih yang bernas dengan benih hampa dan kotoran lainnya. Sebelum
ditanam, benih didiamkan selama 12 jam.
5.3.3. Penanaman Tandur
Bibit yang siap ditanam adalah ketika mencapai umur yang optimal untuk dipindah ke lahan. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, terutama perkembangan anakan setelah ditanam. Selain itu, faktor yang berpengaruh dalam menentukan umur bibit yaitu musim tanam. Bibit umur muda
akan menghasilkan anakan yang banyak karena masih dalam masa pertumbuhan generatif yang tinggi. Tanaman padi menggunakan bibit yang telah berumur 20
hari setelah disemai. Bibit berumur 20 hari setelah disemai digunakan untuk penanaman musim kemarau dan bibit yang berumur 25 hari satelah disemai
digunakan untuk musim hujan. Umur yang relatif lebih tua ini digunakan dengan alasan bahwa tingkat serangan penyakit dan hama pada musim paceklik lebih
tinggi, dan bibit tua ini relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit. Sebelum penanaman bibit, lahan terlebih dahulu dibuat pola dengan
meksud membuat jarak tanam dengan menggunakan alat caplakan. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua kali dengan arah berlawanan vertikal-horizontal
sehingga terbentuk pola tanam dengan jarak tanam yang telah ditentukan pada alat caplakan tersebut. Jarak tanam yang digunakan yaitu 22 x 22 cm sampai 25 x 25
cm. Jika jarak tanam antar tanaman lebih luas maka akan memberikan banyak
ruang bagi tanaman untuk memperoleh oksigen dan unsur hara, sehingga tanaman akan tumbuh lebih optimal dengna jumlah anakan yang maksimal juga. Bibit yang
ditanam minimal lima bibit per rumpun dan ujung akarnya tidak terlalu dalam atau masih berada dipermukaan tanah.
5.3.4. Penyiangan