tertinggi 3 dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu lima, dan 30 petani responden, atau dapat ditulis 3 x 5 x 30 = 450. Sehingga selang yang diperoleh
adalah Selang =
Penilaian jawaban responden terhadap efektivitas keberadaan kelompok tani, dibagi ke dalama tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif.
Berdasarkan tabel 26, jika total skor berada pada rentang nilai 150-249, berarti keberadaan kelompok tani dapat dikatakan efektif. Jika total skor berada pada
rentang nilai 250-349, maka keberadaan kelompok tani dapat dikatakan cukup efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai 350-450, maka keberadaan
kelompok tani dapat dikatakan efektif.
Tabel 25. Kategori Penilaian Efektifitas Kinerja Kelompok Tani
Kategori Rentang
Belum Efektif 1x 5 x 30 150-249
Cukup Efektif 250-349
Efektif 3 x 5 x 30 350-450
Hasil penjumlahan skor penilaian tanggapan responden terhadap lima penilaian kinerja kelompok tani, menunjukkan hasil yang diperoleh total skor
sebesar 354 seperti terlihat pada Tabel 25. Total skor tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian persepsi petani anggota kelompok tani, maka
kelompok tani di desa ini termasuk dalam selang 350-450, yang berarti keberadaan kelompok tani ini sudah efektif bagi petani. Hasil tersebut
menunjukkan kinerja kelompok tani di Desa Ciburuy sudah baik karena efektifitasnya sudah tinggi dilihat dari skala penilaian kinerja kelompok tani.
8.2. Koperasi
Koperasi adalah kumpulan orang yang bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan bersama melalui unit usaha yang dimiliki dan dikelola bersama.
8.2.1. Organisasi Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari
Koperasi yang ada di Desa Ciburuy ini bernama Koperasi Kelompok tani KKT Lisung Kiwari. Koperasi ini merupakan salah satu unit usaha dari
gapoktan Silih Asih, oleh karena itu nama koperasi ini pun bernama koperasi kelompok tani. Koperasi ini terbentuk pada tahun 2003, namun baru memiliki
badan hukum pada tahun 2005. Syarat masuk menjadi anggota koperasi adalah menjadi anggota kelompok tani.
KKT inipun memiliki beberapa unit usaha seperti warung sembako, penggilingan, warnet, penjualan pulsa telepon, dan penyewaan traktor. Penyewaan
traktor ini sistemnya adalah melalui kelompok tani, namun pembayaran sewa ini dibayarkan melalui KKT. Pada Tabel 32. dapat dilihat bahwa dari 34 petani
responden dalam penelitian ini, sebanyak 23 petani ikut tergabung dalam koperasi ini, baik sebagai anggota maupun sebagai ketua. Dari ke 23 responden anggota
KKT ini semuanya juga tergabung dengan kelompok tani. Dari 11 orang peatni yang tidak tergabung dengan KKT ini, 7 orang diantaranya adalah anggota
kelompok tani. Mayoritas petani responden memiliki alasan tidak tergabung dalam KKT ini adalah karena tidak memiliki uang untuk membayar simpanan
pokok yang menjadi salah satu syarat masuk KKT. Apalagi mereka tidak tergabung dari awal terbentuknya KKT ini, sehingga mereka harus membayar
simpanan pokok sama dengan anggota lain, yaitu Rp 600.000,00 6 tahun x Rp 100.000,00. Bagi sebagian petani, hal tersebut sangat memberatkan mereka
karena harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 600.000,00. Karena itu mereka lebih memilih untuk tidak tergabung dalam KKT, padahal petani tersebut
sebenarnya ingin tergabung dengan KKT.
Tabel 26. Sebaran Responden Berdasarkan Keikutsertaannya dalam Koperasi
Kelompok Tani Keterangan
Jumlah orang Persentase
Anggota 23
67,65 Bukan Anggota
11 32,35
Total 34
100,00 Berdasarkan Tabel 28. diketahuni bahwa sebesar 29 persen anggota KKT
terlah bergabung dengan KKT ini ≥ 6 tahun. Dengan istilah lain mereka telah
bergabung sejak awal KKT terbentuk. Sedangkan petani lain ikut bergabung setelah KKT ini terbentuk dan berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa
petani memiliki ketertarikan untuk ikut bergabung dengan KKT ini dari mulai terbentuk sampai sekarang jumlah anggotanya pun terus bertambah.
Berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan bahwa semakin lama petani responden bergabung dengan koperasi ini maka efisiensi teknisnya
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan salah satu manfaat yang dirasakan seperti kemudahan memperoleh input produksi ini justru tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh petani responden. Seperti kemudahan mendapatkan bibit yang diberikan oleh koperasi dengan harga yang murah bahkan gratis, justru membuat petani
menggunakan bibit dalam jumlah yang banyak dan melebihi anjuran. Hal ini dilakukan karena petani responden beranggapan semakin banyak bibit yang
ditanam maka produktivitas padi yang dihasilkan semakin banyak. Namun hal tersebut justru dapat mengurangi produktivitas padi sehat petani responden dan
mengurangi tingkat efisiensi teknis petani responden.
Tabel 27. Sebaran Responden Berdasarkan Lama Bergabung dengan Koperasi
Kelompok Tani Lisung Kiwari Lama Bergabung dengan KKT
Jumlah orang Persentase
0 tahun 11
32,35 3 tahun
7 20,59
3 - 5 tahun 6
17,65 ≥ 6 tahun
10 29,41
Total 34
100,00
8.2.2. Manfaat Koperasi Kelompok Tani