Metode Pengambilan Contoh Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Populasi penelitian adalah petani padi sehat yang berdomisili di Desa Ciburuy. Responden untuk penelitian ini berjumlah 34 petani responden. Dimana responden dipilih dengan metode sensus yaitu pemilihan terhadap semua petani padi sehat yang bertempat tinggal dan memiliki lahan di Desa Ciburuy.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif maupun metode kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik petani dan peranan kelembagaan terhadap petani padi sehat di Desa Ciburuy. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui efisiensi teknis, pendapatan usahatani padi sehat, serta peranan kelembagaan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Proses analisis data meliputi data entry, verifikasi, dan validasi data. Setelah data selesai maka dapat diolah menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic frontier. Analisis fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dari sisi output dan faktor-faktor yang memepengaruhi efisiensi teknis. Analisis dilakukan dengan program Microsoft Excel 2007, Minitab 15 dan Frontier 4.1.

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Model persamaan penduga fungsi produksi forntier dari usahatani padi sehat adalah sebagai berikut : δnY= + 1 lnX 1 + 2 lnX 2 + 3 lnX 3 + 4 lnX 4 + 5 lnX 5 + vi - u i Sedangkan model persamaan penduga fungsi produksi frontier Linier Berganda adalah sebagai berikut : Y = + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 + 4 X 4 + 5 X 5 + 6 X 6 + 7 X 7 + vi - u i dimana : Y = output usahatani padi sehat per musim tanam kilogram X 1 = Jumlah luas lahan Ha X 2 = Jumlah benih padi per musim tanam kilogram X 3 = Jumlah pupuk kompos per musim tanam kilogram X 4 = Jumlah pupuk kandang per musim tanam kilogram X 5 = Jumlah pupuk urea per musim tanam kilogram X 6 = Jumlah pupuk TSP per musim tanam kilogram X 7 = Jumlah tenaga kerja per musim tanam HOK = intersep j = koefisien parameter penduga, dimana i = 1,2,3,...6 v i – u i = error term efek inefisiensi teknis dalam model Nilai koefisien yang diharapkan : 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 0. Nilai koefisien positif berarti dengan meningkatnya input yang berupa luas lahan, benih, pupuk organik atau anorganik, tenaga kerja, dan umur tanaman diharapkan akan meningkatkan produksi padi organik. Variabel sisa random shock v i merupakan variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal i.i.d dengan rataan bernilai nol dan ragam nya konstan, σ v 2 N0, σ v 2 serta bebas dari u i . Variabel kesalahan u i adalah variabel yang menggambarkan inefisiensi dalam produksi yang diasumsikan terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai v i . Variabel acak u i tidak boleh bernilai negatif dan t erdistribusi normal dengan nilai distribusinya Nμi, σ u 2 Coelli et al. 1998. Salah satu keuntungan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang diduga merupakan pendugaan skala usaha return to scale. Proses produksi berada pada skala usaha yang menurun decreasing return to scale terjadi bila ∑ j 1. Bila ∑ j = 1, berarti proses produksi berada pada skal usaha yang tetap constant return to scale. Jika proses produksi berada pada skala usaha yang meningkat increasing return to scale terjadi bila ∑ j 1. Namun fungsi produksi Cobb- Douglas hanya beroperasi pada daerah I increasing return to scale dan daerah II deacreasing return to scale Beattie, et al. 1985. Sementara pada fungsi produksi linier berganda, nilai koefisien dari variabel bukan menunjukkan elastisitas variabel tersebut.

4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis

Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai beriku : TE = exp- E[u i | Є i ] i = 1,..., N Dimana TE i adalah efisiensi teknis petani ke-i, exp- E[u i | Є i ] adalah nilai harapan mean dari u i dengan syarat Є i , jadi 0 ≤ TE i ≤ 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu cross section data. Metode efek inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. 1998. Variabel u i yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumbikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan Nμ i , σ 2 . Dengan demikian parameter distribus μ i efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini sebagai berikut : μ i = + z 1 0 + z 2 2 + z 3 3 + w it dimana faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani padi organik dan anorganik adalah : μ i = efek inefisiensi teknis z 1 = umur petani tahun z 2 = dummy status kepemilikan lahan z 3 = lama bergabung dengan kelompok tani Asumsi yang digunakan untuk model inefisiensi teknis dalam persamaan diatas adalah : 1. Semakin tua umur petani maka diduga akan berpengaruh positif terhadap tingkat inefisiensi teknia, karena semakin tua petani maka kondisinya fisiknya akan semakin lemah. 2. Dummy status kepemilikan lahan diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis, karena akan mempengaruhi keseriusan petani dalam mengolah lahannya. Nilai satu untuk pemilik dan nol untuk non pemilik. 3. Lama bergabung dengan kelompok tani akan berpengaruh pada inefisiensi teknis, karena akan mempengaruhi keseriusan petani dalam bekerja dan pengetahuan petani tentang budidaya serta teknologi baru. Petani yang bergabung dengan kelompok tani akan mendapatkan ilmu, informasi, dan pengalaman yang diperoleh dari baik dari diskusi maupun penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh kelompok tani. Semakin lama petani bergabung dengan kelompok tani maka akan mengurangi tingkat inefisiensi teknis petani atau meningkatkan efisiensi teknis. Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi teknis frontier. Nilai LR test galat satu sisi digunakan untuk mengetahui adanya efek inefisiensi di dalam model sedangkan t-hitung digunakan untuk mengetahui pengaruh nyata koefisien dari masing-masing parame ter bebas i yang dipakai secara terpisah terhadap parameter bebas μ i . Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan dua tahap, yaitu 1 pendugaan parameter j dengan menggunakan metode OLS; 2 tahap pendugaan sel uruh parameter , j , variasi u i dan v i dengan metode Maximum Likelihood MLE. Hipotesis Pertama : H : = = 1 = 2 = 3 = 4 = .................. 10 = 0 H 1 : = = 1 = 2 = 3 = 4 = ................. 10 Hipotesis nol berarti efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterma maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji yang digunakan adalah uji chi-square, dengan persamaan : LR = -2 {ln[H LH 1 ]} Dimana LH dan LH 1 masinng-masing adalah nilai fungsi likelihood dari hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Kriteria uji : LR galat satu sisi X 2 retriksi table Kodde dan Palm maka tolak H LR galat satu sisi X 2 retriksi table Kodde dan Palm maka terima H Hipotesis Kedua: H : 1 = 0 H 1 : 1 ≠ 0 Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing- masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap inefisiensi di dalam proses produksi. Uji Statistik yang digunakan : t-rasio = t-tabel = t α, n-k-1 Kriteria uji : | t-rasio| t-tabel t α, n-k-1 : tolak H | t-rasio| t-tabel t α, n-k-1 : terima H dimana: k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan responden S i = simpangan baku koefisien efek inefisiensi Hasil pengolahan program Frontier 4.1 menurut Aigner et al. 1977, Jondros et al. 1982 ataupun Greene 1993 diacu dalam Adhiana 2005, akan memebrikan nilai perkiraan varians dalam bentuk parameterisasi sebagi berikut : σ 2 = σ 2 v + σ 2 u = σ 2 u σ 2 v paramter dari varians dapat mencari nilai , oleh karena itu 0 ≤ ≤ 1. Nilai paameter merupakan kontribusi dari efisiensi teknis di dalam efek residual total.

4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih yang diperoleh petani baik tunai maupun diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu semua input milik keluarga yang juga diperhitungkan sebagai biaya Soekartawi 2002. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : π total = TR total – TC total π tunai = TR total – TC tunai + Bd Rumus penerimaan total dan biaya adalah : TR = P y x Y TC = TFC + TVC dimana : TR total = Total penerimaan total usahatani Rupiah TC tunai = Total biaya tunai usahatani Rupiah π = Pendapatan Rupiah Bd = Biaya yang diperhitungkan Rupiah Py = Harga output Y = Jumlah output TVC = Total biaya variabel TFC = Total biaya tetap Analisis RC rasio dalam usahatani bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan dengan menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya. RC rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani. Rumus RC rasio dapat ditulis sebagar berikut : Analisis RC rasio digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu usahatani. Apabila rasio RC 1, berarti usahatani yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika rasio RC 1, berarti usahatani tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

4.4.4. Analisis Peranan Kelembagaan

Peranan suatu kelembagaan dilihat dari kemampuannya dalam mengelola dan memberikan manfaat secara efektif berdasarkan kriteria penilaian baik dilihat dari pihak kelompok tani dan koperasi maupun dari petani sebagai anggotanya. Peranan kelembagaan yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para anggotanya. Seperti peranan kelompok tani dan koperasi yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani. Pengukuran dilakukan dengan pemberian skor penilaian hasil tanggapan responden terhadap efektivitas keberadaan kelembagaan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Skor diberikan pada jawaban atau tanggapan responden yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu skor tiga 3 untuk jawaban yang paling mendukung, skor dua 2 untuk jawaban sedang, dan skor satu 1 untuk jawaban yang tidak mendukung. Berdasarkan perolehan skor tersebut, dapat ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas keberadaan kelembagaan. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi yang mungkin, dengan total skor terendah yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban, yang kemudian dikurang satu Umar 2005, dalam Septian 2010. Selang = - 1 Skor efektivitas keberadaan kelembagaan ditentukan dengan cara membagi tiga skor berdasarkan nilai selang yang diperoleh diantara total minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang efektivitas. Selang terndah menyatakan bahwa efektivitas keberadaan kelembagaan rendah, sedangkan selang tertinggi menyatakan efektivitas keberadaan kelembagaan tinggi. dari nilai selang tersebut dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian dapat dilihat pada Tabel 2 Penilaian tanggapan atau jawaban responden terhadap keberadaan kelembagaan berupa kelompok tani dan koperasi, dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif. Nilai yang diperoleh bagi kelompok tani dan koperasi masing-masing contohnya adalah antara 170 sampai 510. Skor 170 diperoleh dari hasil pengalian skor terendah 1 dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu lima dan jumlah responden yang telah ditentukan adalah 34 responden, atau dapat ditulis 1 x 5 x 34 = 170. Sementara skor 510 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi 3 dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu lima dengan jumlah responden 34, atau dapat ditulis 3 x 5 x 34 = 510. Selang yang diperoleh adalah sebagai berikut : Selang = {510-1703} – 1 = 113 Berdasarkan Tabel 2, jika total skor barada pada rentang 170-283 berarti keberadaan kelembagaan dapat dikatakan belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai antara 284-397, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan cukup efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai 398-510, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan efektif. Keberadaan kelompok tani dan koperasi ini dijelaskan mengenai bagaimana peran kelembagaan tersebut terhadap anggotanya. Tabel 2. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kategori Penilaian Rentang Skala Belum Efektif 170-283 Cukup Efektif 284-397 Efektif 398-510 Kelembagaan petani, baik kelompok tani maupun koperasi menjadi salah satu bagian yang dapat berpengaruh pada peningkatan produksi dan pendapatan petani. Semakin efektif peranan kelembagaan maka akan berpengaruh positif pada peningkatan efisiensi teknis dan pendapatan usahatani petani dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kelembagaan petani ini berperan dalam pelaksanaan petani, seperti kelompoktani yang berperan dalam penyediaan alat dan mesin pertanian, pelatihan dan penyuluhan usahatani padi, dan penentuan musim tanam dan varietas padi yang akan ditanam, serta penyaluran bantuan pemerintah berupa pupuk dan benih kepada para petani. Sedangkan koperasi berperan dalam penyediaan modal tanam, penyediaan sarana produksi, serta sarana pemasaran hasil pertanian para petani.

4.5. Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran

Dalam penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap produksi usahatani padi sehat Y adalah lahan X 1 , benih X 2 , pupuk kompos X 3 , pupuk kandang X 4 , pupuk Urea X 5 , pupuk TSP X 6 , dan tenaga kerja X 7 . Adapun batasan dan cara pengukurannya, sebagai berikut : 1. Produktivitas Padi Sehat Y Produksi padi sehat total produksi pada sebidang tanah dengan luasan tertentu dalam periode masa tanam dalam satuan kilogram. Harga hasil produksi padi organik Py adalah harga ditingkat petani pada saat panen. Harga diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. 2. Luas Lahan X 1 Luas lahan usahatani X 1 diukur dalam satuan hektar Ha dan merupakan tempat dimana petani melakukan kegiatan produksi tanaman padi sehat. Biaya korbanan marjinal lahan dihitung berdasarkan besarnya harga sewa lahan per musim dalam satuan rupiah per hektar per musim. 3. Benih X 2 Input benih adalah jumlah input benih yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinal benih adalah harga benih dalam satuan rupiah per kilogram. 4. Pupuk Kompos X 3 Input pupuk kompos adalah jumlah pupuk kompos yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk kompos dalam satuan rupiah per kilogram. 5. Pupuk Kandang X 4 Input pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk kandang dalam satuan rupiah per kilogram. 6. Pupuk Urea X 5 Input pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk urea dalam satuan rupiah per kilogram. 7. Pupuk TSP X 6 Input pupuk TSP adalah jumlah pupuk kimia yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk TSP dalam satuan rupiah per kilogram. 8. Tenaga kerja X 7 Input tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, baik tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga yang digunakan dan diukur dalam satuan HOK Hari Orang Kerja. Biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam satu hari kerja. V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

5.1. Gambaran Umum Desa Ciburuy

Dokumen yang terkait

Analisis Gender Dalam Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) (Kajian Program Beras Seha! di Desa Ciburuy, Kecall1atall Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 237

Analisis kinerja kelembagaan agribisnis dan efisiensi teknik usahatani padi (kasus petani binaan lembaga pertanian sehat, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 36 108

Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 11 194

Kelembagan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik (Studi Kasus Komunitas Petani Padi Sawah, Kampung Ciburuy,Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

6 103 177

Evaluasi kemitraan petani padi dengan lembaga pertanian sehat dompet dhuafa republika desa Ciburuy, kecamatan Cigombong kabupaten Bogor

0 4 216

Penataan kelembagaan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat (studi di kampung Ciburuy, desa Ciburuy, kecamatan Cigombong, kabupaten Bogor)

1 22 173

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sehat di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

3 9 218

Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Padi Semiorganik di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,Kabupaten Bogor

3 28 148

Penerapan LEISA pada Usahatani Padi Sehat dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Gapoktan Harapan Maju dan Gapokan Silih Asih, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 10 98